Aku sejak tadi hanya membolak-balikkan novel yang sudah habis ku baca 1 jam yang lalu. Sudah hampir 3 jam aku di Taman bersama Hood yang datang 15 menit setelahku. Yeah, aku berhasil mendahuluinya hari ini. Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bisa datang lebih dulu darinya karena sejak pertemuan pertama, ia selalu datang lebih awal dariku.
Dari atas rumah pohon ini aku melihatnya yang tampak serius menggambar sesuatu di sketchbook nya tepat di bawah pohon rindang di hadapan pohon tempat rumah pohon ini berada. Aku masih penasaran dengan isi buku tersebut. Serahasia apa sih gambarnya itu sampai aku tak boleh melihatnya? Paling juga pemandangan Taman ini atau sesuatu yang abstrak. Karena lukisannya pada kanvas kemarin-kemarin, ia selalu menggambar salah satu dari 2 hal yang ku sebutkan tadi.
Tapi kalau aku boleh GR, bisa saja kan dia menggambar ku? Maksudku, ia diam-diam membuat sketsa wajahku dalam jumlah banyak. Pasalnya aku merasa saat membaca novel tadi, ia seperti sedang memperhatikanku dan kemudian kembali menggambar. Dan itu bukan satu kali. Itu terjadi setiap kali ia mengganti halaman kertas gambarnya. Ia sungguh membuatku semakin penasaran.
Hubunganku dan dia mengalami perkembangan 5x lebih cepat dari perkiraanku. Walaupun ia masih belum mau juga berbicara, setidaknya ia bersikap lebih baik dan ramah dibanding beberapa hari yang lalu saat aku bertemu dengannya pertama kali. Sepertinya aku berbakat untuk menaklukan hati seseorang dalam waktu singkat, hahaha.
Anyway kalau ngomongin soal hubungan dengan seseorang, hubunganku dengan Harry belakangan ini buruk. Lebih tepatnya sejak aku bertemu dengan Hood pertama kali.
Harry adalah pacarku. Kami sudah menjalin hubungan hampir 2 tahun. Aku mengenalnya karena ia adalah teman sekelas Niall. Waktu itu ia datang ke rumah untuk mengerjakan tugas kelompok bersama beberapa teman Niall yang lain. Aku lupa siapa namanya yang jelas ada 3 orang. Harry meminta Niall untuk mengenalkannya padaku. Awalnya Niall tak mau karena menurutnya Harry itu playboy dan dia tak mau aku sakit hati karenanya. Tapi buktinya, aku dan Harry bisa bersama selama ini tanpa masalah yang cukup serius.
Satu minggu ini, ia berada di luar kota untuk mewakili sekolah dalam pertandingan sepak bola antar high school. Ia adalah kapten tim high school terbaik dari kota kami. Jadi kepala sekolah memintanya untuk mengikuti pertandingan padahal ia adalah siswa tingkat akhir. Dan sudah seminggu ini juga aku lost contact dengannya.
Aku tak tau dia kemana dan kenapa. Padahal seluruh akun social media nya selalu update. I mean, he's still replying messages from his friends. Sedangkan pesanku, tak ada satu pun yang di balas. Sakitnya tuh disini. *nunjukdada*
"Hei," aku berusaha memanggil Hood yang masih terlihat sangat serius dengan gambarnya. Hhhhh, aku dikacangin.
"Hei bisa kah kau mendengarkan ku sebentar?"
Ia pun akhirnya berhenti. Mungkin karena nada suaraku yang sengaja ku buat memelas. Ia mendongakkan kepalanya dan tersenyum sangat manis padaku.
"Aku ingin curhat, boleh?" tanyaku sedikit ragu. Aku takut ia tak ingin mendengarnya dan menganggap kalau yang aku ceritakan adalah hal yang tak penting untuk nya.
Lagi-lagi ia bereaksi diluar dugaanku. Ia mengangguk dan menutup sketchbook nya lalu duduk manis dengan tangan bersidekap. Ia jadi terlihat lebih mirip seperti murid taman kanak-kanak yang ingin mendengarkan gurunya bercerita.
"Aku bingung," kataku dan kemudian menghela nafas panjang lalu kuhembuskan dengan kasar.
"Sudah seminggu pacarku tak ada kabar. Aku khawatir dengannya. Menurutmu aku harus tetap menunggunya tanpa melakukan apa-apa atau terus coba menghubunginya?"
Aku mengalihkan pandanganku yang semula meneliti langit sore yang mulai berwarna jingga, ke wajahnya. Ada perubahan reaksi disana. Ia terlihat lebih..... murung? Entahlah aku tak tau. Aku bukan ahli pembaca ekpresi wajah seseorang.
Ia masih tak mengeluarkan suara. Aku merasa bodoh sekarang. Sudah tau dia tak pernah mau bicara tapi aku meminta saran kepadanya. Jadi yang salah siapa kalau aku tak mendapat jawaban? Salah dia lah, kenapa dia tak menjawab pertanyaanku? Tidak sopan.
Bukannya memberi respon, ia justru membuka lagi bukunya dan kembali menggambar. Dia ini kenapa sih? bipolar banget. Kemarin baik, sekarang balik jutek lagi. Apa yang salah dengan perkataanku tadi? Masa iya dia marah karena aku cerita tentang Harry padanya.
"Heiii, bagaimana pendapatmu?" tanyaku kesal. Ia hanya mengangkat kedua bahunya tanpa menatapku sama sekali. Tuh kan, ia beneran marah kayanya.
Kami pun terdiam, mungkin lebih tepatnya aku yang kembali diam. Dan sibuk dengan aktivitas kami masing-masing. Ia dengan gambarnya dan aku dengan pikiranku yang terus bergulat. Didalamnya penuh dengan pertanyaan bagaiman keadaan Harry dan reaksi Hood yang menurutku aneh. Aku tak tau kenapa, yang jelas itu aneh. Dan aku tak nyaman dengan kondisi diam seperti ini.
"Emm, kau pernah jatuh cinta?" tanyaku lagi memecah keheningan.
Ia kembali mendongak dengan ekspresi kaget. Aku sengaja menatap balik matanya yang sedang menatapku dengan tatapan yang..... aku tak bisa artikan. Kan sudah ku bilang kalau aku bukan ahli dalam hal ini. Jadi aku tak tau ada apa dengannya.
Setelah menggeleng pelan, ia kembali menggambar. Jawabannya itu sukses membuat kedua mataku membulat sempurna. Dia serius? Ia hidup dari zaman apa sih? Masa iya lelaki sepertinya belum pernah jatuh cinta? Maksudku, lihatlah dia itu menarik. Setiap gadis yang dekat dengannya pasti akan terkena kharismanya. Mungkin dia nya saja yang terlalu menutup diri. Atau memang tak peka.
"Harry adalah cinta sekaligus pacar pertamaku," kataku setelah kami kembali hening. Aku tak peduli dengan tanggapannya kali ini.
"Ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Ia adalah lelaki termanis yang ku kenal. Ia juga romantis. Aku suka kalau ia sedang memperlakukan ku seperti putri raja. Aku selalu merasa istimewa dan di cintai. Dia-"
BRUK
Aku menghentikan ucapanku begitu mendengar suara aneh dari bawah. Dari atas sini aku bisa melihat Hood yang pergi menjauh dengan langkah terburu-buru. Bahunya terlihat naik turun. Sama persis seperti ia marah pada hari Jumat lalu. Dia kenapa? Dia marah aku cerita tentang Harry? Apa masalahnya? Di cemburu? Yakali begitu?!! Imposible.
Dari atas sini aku melihat sebuah benda putih yang tergeletak diatas rumput, tempat Hood duduk tadi. Penasaran, aku pun turun dan mendekati benda itu. Astaga! itu sketchbook miliknya. Jadi suara aneh tadi adalah buku ini yang dibuang atau mungkin jatuh? Tapi kalau jatuh, ia pasti sadar dan memungutnya. Apa dia sengaja membantingnya tadi? Itu artinya, ia benar-benar marah padaku.
Tanganku tergerak untuk membuka sketchbook yang masih terlihat baru ini. Jantungku mendadak berdetak tak karuan sampai aku bisa merasakan darahku berdesir beberapa kali. Aku membuka covernya. Halaman pertama kosong. Hanya ada tanggal, tanda tangan dan tulisan kecil yang biasa ia tulis di sisi kanan bawah setiap karyanya, Hood. Aku kembali membuka halaman berikutnya.
DEG
Sebuah dentuman keras terasa sangat jelas di dalam dadaku. Ternyata benar dugaan ku tentang isi buku ini. Apa maksudnya? Kenapa semua gambarnya adalah sketsa wajahku?!!
***
\\AN//
Haiiii akhirnya aku bisa update lagi nih setelah beberapa hari ini mentok di ide hehehe
Aku mau bilang makasih sebelumnya yang rela luangin waktunya buat baca this weird story, apalagi yang udah vomments + masukin cerita ini ke library kalian, Makasih bangeeett <3 :*
Tanpa kalian cerita ini mungkin bakalan stuck kaya cerita ku sebelum-sebelumnya:") Aku bener-bener nggak bisa bilang apa-apa lagi selain makasih banyaaaakkk guys{{{}}} love you sih much:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent's Hood // c.h [AU]
FanfictionAku memang baru mengenalmu, tapi aku merasa berbeda kalau berada di sisimu. Padahal kau tak pernah merespon perkataanku. Bahkan aku tak pernah mengenal namamu. Aku hanya tau, kau selalu menuliskan sebuah kata berukuran kecil di pojok bawah sebelah k...