Finally aku terbebas dari buku-buku sialan yang menyiksa dan menghantuiku selama seminggu ini. Selama seminggu ini pula aku merasa sangat sepi dan ada yang kurang. Mungkin karena aku sama sekali tak bertemu Hood.
Yaaaa, hubunganku dengannya menjadi jauh lebih dekat dan sangat baik. Saking dekatnya, Niall dan beberapa temanku menyangka kalau kami sudah berstatus 'pacaran'. Padahal kami masih berstatuskan teman sampai detik ini. Mungkin karena Hood sering menjemput ku di sekolah dan kami juga tak jarang pergi berdua. Atau jangan-jangan Niall pernah melihat Hood yang sedang menciumku? Waduh, bagaimana kalau ia benar-benar pernah melihatnya?!
Semoga saja Niall tak pernah melihatnya. Kalau ia sampai pernah melihat salah satu dari adegan ciuman kami, anggap saja ia tak pernah melihatnya. Atau buat dia amnesia tentang hal itu Tuhan.
But anyway, sebentar lagi acara promnight akan berlangsung dan aku belum menentukan siapa pasanganku. Mana mungkin Niall mau pergi denganku. Ia pasti lebih memilih pergi dengan Casie dibanding pergi dengan adiknya yang imut ini.
Apa aku mengajak Hood saja? Pasti dia tak akan menolak ajakanku. Dia tak mungkin tega membiarkanku pergi dengan lelaki lain, ya kan? Biarkan aku terlalu pede kali ini, Hahahaha.
Tapi aku serius. Ia beneran pernah marah padaku karena aku pergi dengan salah satu temannya Niall. Namanya Ashton. Dia salah satu senior yang katanya sih sudah lama naksir aku. Tapi karena aku waktu itu berstatus pacarnya...... ah, aku malas menyebut nama itu. Pokoknya, karena waktu itu aku berstatus taken, Ash tak pernah mencoba untuk mendekatiku secara berlebihan. Paling hanya menyapa atau titip salam pada Niall.
Jadi waktu itu karena aku tak pulang dengan Niall dan tak ada tanda-tanda kedatangan Hood, aku memilih untuk menerima ajakan pulang barengnya Ash. Tapi kami tak langsung pulang. Ash mengajakku pergi ke salah satu mall untuk sekedar hang out. Begitu kami ingin makan siang, aku tak sengaja menabrak seseorang yang sedang membawa beberapa alat lukis dan kanvas.
Dan ternyata orang itu Hood. Dia langsung saja pergi dengan wajah kesal begitu Ash menolongku untuk berdiri dengan wajah yang terlihat khawatir. Belum sempat aku mengejarnya, ia sudah hilang di kerumunan pengunjung mall yang banyak. Karena kejadian itulah, selama 3 hari Hood tak pernah tersenyum dan selalu membuang muka saat aku menemuinya di Taman.
Sejak saat itu, aku mulai menjauh dari Ash dan mencoba untuk mengerti kalau Hood tak suka aku dekat dengan lelaki lain selain dia.
'Dia bukan siapa-siapamu tapi mengatur.'
Yayaya, aku tau itu. Tapi aku senang saat tau kalau dia cemburu. Dan aku sama sekali tak marah dia bersikap seperti itu. Aku sangat nyaman dan senang. Itu artinya dia sayang padaku bukan? Hahahaha lagi-lagi aku terlalu pede. Biarkan sajalah.
Kembali lagi ke acara promnight. Sepertinya memang aku harus mengajak Hood daripada aku datang seorang diri. Jomblo banget gitu kesannya:") hahahaha.
'Kau harus memikirkan perasaan Harry.'
Oh shit! Bisakah kau diam? Kau adalah bagian dari tubuhku tapi tak pernah mau menurut denganku! Dasar hati yang bodoh. Sudah sakit untuk kesekian kalinya karena nama itu, masih saja memikirkan perasaannya. Kaya dia memikirkan perasaanku saja kemarin-kemarin. Ha!
'Bagaimanapun dia pernah menjadi yang paling spesial.'
Aku. Tidak. Peduli! Persetan dengan kata 'pernah jadi yang paling spesial' itu. Dulu ya dulu. Bahkan dia lebih bahagia dengan Geeya daripada denganku, dulu. Aku sudah melupakannya. Bahkan aku sudah bahagia dengan Hood. Jauh lebih bahagia dibanding saat dengan Harry. Aku juga menyayanginya. Sebagai sahabat pastinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent's Hood // c.h [AU]
FanfictionAku memang baru mengenalmu, tapi aku merasa berbeda kalau berada di sisimu. Padahal kau tak pernah merespon perkataanku. Bahkan aku tak pernah mengenal namamu. Aku hanya tau, kau selalu menuliskan sebuah kata berukuran kecil di pojok bawah sebelah k...