1.1K 144 33
                                    

Past


No edit
Malas sekali yg namanya ngedit,  tolong dimaklumi. 

.
.
.

" sejak kapan hyunjin mengetahui semuanya hyung? "

" saat aku kecelakaan,  anak itu pintar,  hanya karena darahnya tidak sama denganku dia langsung menduganya "

Jinyoung diam untuk sesaat,  tubuh bersender kepala ranjang,  begitupun sang suami yg tidur berbantalkan paha posisi berada didalam kamar villa yg mereka sewa, setelah tadi siang cukup lelah menguras tenaga dan air mata lebih tepatnya jinyoung yg banyak menangis mark hanya menangkan.

" mata mu bengkak " tangan mark mengelus bawah mata , mengelus nya lembut kala jinyoung memejamkan mata
" jangan menangis lagi , aku tidak suka melihatnya "

Jinyoung membuka mata, memegang tangan mark yg berada diwajah, menggenggamnya membiarkan jari mereka terpaut lantas mengangguk dan tersenyum tipis tangan yg kosong disampingnya membelai rambut mark lembut,  perasaan tenang mark selalu disampingnya jg mendukungnya,  tidak pernah mengeluh sedikitpun sekalipun jinyoung membuat kesalahan yg jelas fatal,  selalu mengatakan 'gwenchana ' tapi jelas jinyoung mengerti mark kesakitan hanya saja mark selalu berusaha menjaga perasaannya. 

Jinyoung senang?? 

Tidak

justru sebaliknya jinyoung tertekan,  memiliki pendamping bak malaikat sesungguhnya jinyoung tidak tenang,  mark terlalu baik dan disini jinyoung bukan menyayangkan kebaikan mark hanya saja merasa jika diri sendiri terlihat sangat buruk,  ibarat kain berwarna putih dan jinyoung nodanya kontras terlihat sekalipun itu kecil. 

Kesalahan jinyoung dulu itu besar jinyoungpun sadar itu, berkali kali jinyoung berusaha melupakan dan membalas semua perilaku baik mark tapi sedikitpun jinyoung seakan tidak bisa hanya bisa membebani dengan keadaan yg jinyoung sadar semua kesalahannya. 

Bukan karena kesalahan mark dan semua mark yg nangung,  kata terima kasih saja tentu tidak akan cukup membalas semuanya,  bahkan jika ingat kejadian 10 tahun yg lalu jinyoung tidak bisa membayangkan hancur nya perasaan mark kala itu,  tapi mark berusaha bersikap baik di hadapannya tidak sedikitpun terlihat terpuruk atau kesakitan, menutupi perasaan dengan senyuman berharap jinyoung tidak tertekan tapi pada akhirnya jinyoung tetap kesakitan. 

" hyung? "

Gerakan tangan jinyoung membelai rambut mark terhenti menatap teduh sang pasangan hidup yg membuat alis mark terangkat. 

" boleh aku minta sesuatu padamu? "

Mark memiringkan kepala,  merasa penasaran,  lantas bangun, duduk bergeser disamping jinyoung bersender kepala ranjang,  dengan wajah menatap lekat sang pasangan hidup. 

" mwo? "

Tangan mengelus wajah manis jinyoung,  dibelai dengan lembut jinyoung refleks memejamkan mata terasa nyaman jg menenangkan. 

" ak______"

" ma____ pa____"

Teriakan didepan pintu kamar,  membuat jinyoung menghentikan ucapannya, saling pandang dengan sang suami,  sebelum mereka sama sama tersenyum,  jinyoung turun dari ranjang,  berjalan kearah pintu sekalipun pintu kamar tidak terkunci hyunjin tidak akan berani masuk,  anak itu terlalu menerapkan kedisiplinan,  tentu saja ajaran sang papa.

" hmm___ kenapa? "

Hyunjin tersenyum lebar,  diatas kepala terdapat google kaca mata renang,  jinyoung mengerutkan kening, tapi hyunjin lebih memilih mendorong pelan sang mama,  sebelum mendongok masuk menatap sang papa yg masih ditempat yg sama. 

pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang