Berita Buruk

197 17 5
                                    

Sasha menanti di depan ruang guru dengan perasaan cemas. Tidak ada pertanda kehadiran Mikasa.

"Ya, Tuhan... Dia kemana ya?."

Tak lama Mikasa pun datang bersama Eren di sampingnya.

"Sha... ada apa?." Tanya Mikasa sambil mendekati Sasha.

Sasha menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu, tapi Shizuka sensei terlihat panik saat memintamu datang ke ruang guru."

Shizuka keluar dari ruang guru lalu dia melihat Mikasa. "Mika." Dia memeluk erat Mikasa.

"Ada apa?." Tanya Mikasa.

"Ayahmu... Ayahmu..."

Mikasa terkejut mendengar kabar itu. Rasa tidak percaya dan kekhawatiran ada di benak Mikasa. Berita yang di dengar seperti petir di siang hari, tanpa iringan hujan petir itu langsung menyambar.

Shizuka membawa mobilnya mengantarkan Mikasa ke rumah sakit. Entah kenapa Eren dan Sasha ikut bersama mereka.

Mikasa duduk di belakang, Sasha memeluknya erat-erat.

"Jangan khawatir." Kata Sasha berulang kali.

Mikasa mencoba mengingat apa yang di katakan Shizuka saat di depan ruang guru.

"Ayahmu kecelakaan saat kerja, dia sedang di beri pertolongan di rumah sakit..."

"A... iya Papa ada di rumah sakit." Pikir Mikasa. "Tapi kenapa?." Mikasa kembali ingat beberapa hari ini dia tidak pernah bertatap muka dengan Levi. "Apa yang aku lakukan? Aku menjauhinya? Dia adalah wali ku. Dia adalah ayahku."

Eren menengok ke belakang, dia melihat Mikasa seperti orang kebingungan. "MIKASA, DIA BELUM MATI." Bentak Eren.

Shizuka sensei menengok saat mendengar Eren bicara.

Mikasa tersadar saat mendengar perkataan Eren. "Ya, dia belum mati. Dia sudah bersusah payah untuk tetap di sisiku. Aku yakin dia tidak akan mati dengan mudah." Pikir Mikasa. "Papa, tetaplah hidup."

Sementara itu di rumah sakit.

Seorang pria berambut blonde berdiri di depan ruang ICU, wajahnya tenang menatap ruangan itu. "Apa yang harus aku katakan pada Mikasa?." Pikirnya. "Aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya."

Tak lama Mikasa dan yang lainnya datang.

"Paman Erd?." Mikasa mendekati pria itu.

Shizuka melihat pria itu.

Dia mengulurkan tangan pada Shizuka. "Nama saya Erd Gin. Teman kerja Levi."

Shizuka menyalaminya. "Saya wali kelas Mikasa. Shizuka."

Mikasa menatap Erd. "Paman kenapa Papa?." Tanyanya.

"Dia sudah di operasi. Jangan khawatir, hanya patah tulang." Jawab Erd.

"Tapi kenapa sampai di ICU segala?." Mikasa menuntut penjelasan.

"Em, ini hanya prosedur." Jawab Erd.

Shizuka melirik Erd. Dia tidak percaya dengan penjelasan Erd tapi dia diam agar Mikasa bisa lebih tenang.

Sasha dan Eren menemani Mikasa.

"Karena kalian sudah ada di sini aku pamit." Kata Erd. "Nanti aku akan datang lagi."

Mikasa mengangguk.

"Aku akan temani." Shizuka sensei berjalan di samping Erd.

Mereka pun jalan bersama hingga di parkiran.

"Sebenarnya bagaimana Pak Levi bisa kecelakaan? ICU, rasanya itu sangat serius." Tanya Shizuka.

Erd menatap Shizuka. "Kenapa kamu tidak bertanya ke dokter saja? Aku tidak bisa menjawab karena Mikasa pasti akan sangat khawatir."

"Karena aku tidak ada hak bertanya jadi aku minta, Ceritakan kejadian sebenarnya kepadaku." Pinta Shizuka sensei.

Seorang wanita mendekati Erd dan Shizuka. "Jangan pernah bertanya seperti itu. Kami melakukan semuanya sesuai prosedur. Jika anda terlibat lebih dalam aku tidak bisa menjamin keselamatan anda." Katanya.

"Pe... Petra." Erd melihat Petra yang membawa sebuket bunga.

"Levi masih di ICU?." Tanya Petra.

Erd mengangguk.

Shizuka memperhatikan sikap Erd kepada wanita itu. "Mereka berbicara dengan bahasa yang formal." Semakin penasaran dengan pernyataan wanita yang tidak di kenalinya lalu dia bertanya "Sebenarnya apa pekerjaan kalian?."

"Anggap saja kami agen." Kata Petra lalu dia pergi.

Erd tersenyum. "Bolehkah aku pulang sensei?."

Shizuka mengangguk. "Silahkan." 

Melihat Erd masuk ke dalam mobilnya lalu pergi.

"Sebenarnya apa yang mereka kerjakan?." Pikir Shizuka sensei.

Ackerman : Papa dan PutrinyaWhere stories live. Discover now