Part 8 - Limitless

106 11 0
                                    


Di dalam ruangan kedap suara, mereka akhirnya benar-benar melakukannya. Melakukan sesuatu yang sangat mereka sukai. Bahkan ketika ayah Lay sangat membencinya dan melarang putra satu-satunya itu untuk melakukannya lagi, atau bahkan jika seisi dunia pun ikut melarang namun apa lagi yang bisa dilakukan untuk meredam keinginan untuk melakukan hobi sendiri. Mungkin itu yang kali ini dirasakan anak-anak itu, Sehun dan Luhan bisa saja melakukannya di rumah bersama. Namun tidak dengan Lay, membantah mungkin satu-satunya hal yang bisa dilakukannya saat ini.

"Waahh daebak..." Sehun berseru setelah menyelesaikan bagian akhirnya. Bass ditangannya diangkat tinggi-tinggi sambil menghela nafas puas.

Luhan dan Lay menoleh bersamaan lalu saling pandang, mereka juga merasa puas tapi lihatlah sekarang siapa yang lebih antusias.

"Haah... akhirnya aku melakukannya lagi setelah sekian lama." Sahut Lay memutar-mutar stick drum-nya dengan lihai.

"Kita mulai lagi?" Sehun kembali berseru sambil memainkan senar bass-nya menciptakan suara tak beraturan.

"Hahaa... ini baru Sehun yang aku kenal!" Lay pun memukul drum-nya mengikuti alunan bass Sehun.

Nggiiinnggg... Sehun dan Lay sontak berhenti. Luhan menatap mereka bergantian lalu kembali memainkan gitar listrik di tangannya.

"Canon Rock? Baiklah.." Sehun dan Lay berseru lalu mulai memainkan alat musik masing-masing.

Suara gitar listrik yang dimainkan Luhan melengking memenuhi seisi ruangan, begitu pula dengan suara drum yang dimainkan Lay mengatur tempo permainan mereka, sedangkan alunan bass milik Sehun berdentum-dentum seirama dengan detak jantungnya.

Ya begitulah persahabatan mereka, seperti bass dan gitar yang akan menjadi lebih indah jika dimainkan bersama ditambah dengan drum yang mempertegas dan memberi semangat dalam setiap ketukan dan alunan musik mereka. Dan akan menjadi satu kesatuan yang indah jika dipadukan bersama-sama.

"Canon Rock memang luar biasa. Pemilihan lagu yang tepat Hyeong." Sehun berkata sebelum meneguk air mineral yang dibawanya.

Lay bangkit berdiri sambil memutar-mutar stick drumnya lalu merebahkan badannya ke lantai berkarpet maroon di bawahnya.

"Andai aku bisa melakukan ini setiap hari." Lay berkata lirih masih dengan stick drum ditangannya yang diangkat tinggi-tinggi.

"Come on Lay. See, we did it now. And we will do it again tomorrow, tomorrow again, the day after tomorrow, and limitless." Sahut Luhan, berusaha menghibur sahabatnya itu.

"Nde, geurae-seo." Lay bangkit bangun menyambut uluran tangan Sehun yang mebantunya.

"Kajja..." Sehun berseru lalu memeluk dan mendorong Lay keluar kearah pintu. Luhan mengikuti dibelakangnya.

Mereka melangkah beriringan di koridor studio musik sambil mengobrol dan tertawa tentang betapa hebatnya permainan mereka tadi.

"Ayo kita membentuk band di masa depan." Tiba-tiba ide itu keluar begitu saja dari mulut Lay. Sehun dan Luhan tiba-tiba berhenti lalu menatap Lay bergantian.

"Wae? Bukankah itu bagus? Kita akan bermain musik selamanya dan membuat konser-konser besar di berbagai negara. Bagaimana?" Lay menatap kedua sahabatnya itu sambil menunjuk mereka secara bergantian.

"Caaall..." Sehun dan Luhan berseru semangat lalu tertawa.

"Wahh... ada apa ini?" Seseorang tiba-tiba menginterupsi kebahagiaan mereka.

Seorang namja datang dari belakang mereka, berjalan mendekat dengan gaya angkuhnya.

"Kai..." panggil Lay.

"Yes, its me. Why?" Ia berhenti lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya dengan cara yang benar-benar membuat Sehun dan Luhan membuang muka.

Lay melangkah dan berdiri tepat di hadapan Kai.

"What are you doing here, Lay?"

"Kau sudah tahu jawabannya Kai." Lay menjawab dengan penuh ketenangan.

"Hhaaa... kau melakukannya lagi. Sekarang kita lihat apa lagi yang akan dilakukan ayahmu jika dia tahu." Kai berkata dengan nada sinis.

"Yaa.. neo jinja!" Luhan merangsek maju, berdiri tepat di sebelah Lay.

"Heei aku berkata yang sesungguhnya." Kai kini menatap Luhan tajam.

"Jangan katakan pada siapapun!" Kali ini Sehun yang menginterupsi. Mereka semua menoleh kearah Sehun yang kini menatap Kai dengan ketenangan yang luar biasa.

"Tidak ada jaminan untuk aku menutup mulut." Kai menjawab menaikkan sedikit alis kirinya.

"Lalu apa yang kau inginkan?" Lay berkata dengan tajam, mengabaikan ketenangan dirinya yang mulai runtuh.

Kai menatap Lay dengan senyuman sinis. Dan Lay tahu, apapun itu tidak akan berakhir baik.


***

Baiklah sampai sini dulu yaa hari ini. Aku berusaha melanjukan ini dengan kepala sedikit pusing karena kehujanan saat upacara bendera pagi tadi di tempat kerja. Aku telah memenuhi janjiku kan. Jadi tak ada harapan palsu hari ini, dan aku harap di hari-hari berikutnya juga hehe.

Baiklah selamat membaca dan sampai jumpa.

Kiss and hug from Kai yang baru muncul :)

Black Tears - EXO FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang