Part 9 - Enemy

150 12 0
                                    


Lay tahu apapun permintaan Kai, semua tidak akan berakhir baik. Tapi ia tetap menanyakannya, karena ia pikir hanya dengan itu kali ini Kai bisa menutup mulutnya.

Alih-alih menjawab pertanyaan Lay, Kai malah tertawa dengan angkuhnya.

"Tidak ada yang lucu disini!" Luhan mendahului.

"Lay...Lay... kau masih saja seperti itu, menjadi anak orang kaya memang membuatmu bertingkah seperti -apapun bisa dibeli dengan uang dan jabatan-." Perkataan Kai tepat menghujam ulu hati Lay.

Dan dari perkataannya, Lay yakin Kai masih menyimpan dendam padanya.

"Kau masih membenciku ternyata." Lay kini kembali membangun ketenangan dirinya sambil memikirkan cara bagaimana mereka bisa pergi secepatnya dari sini. Berdialog panjang dengan Kai bukanlah satu hal yang ingin dilakukannya hari ini, tapi Lay pikir ia harus mengulur waktu hingga Kai lupa dengan tujuannya.

"Come on Lay, tak mungkin kau melupakan kejadian 10 tahun lalu."

"Kai geumanhae!" Kini nada suara Lay meninggi, namun Kai sama sekali tak bergeming.

"Wae? kau malu? hidupmu yang terlalu bergelimangan harta itu telah membuat hidup orang hancur!" Seru Kai.

"Geumanhae!" Lay berteriak menghentikan ucapan Kai yang semakin mendesaknya.

Lay berusaha mengatur nafasnya yang memburu setelah menahan aramah dan kekesalan akibat desakan Kai yang terus menerus.

Bahkan Kai terlihat sedikit shock setelah Lay meneriakinya tepat di hadapannya.

Mereka semua terdiam dalam beberapa detik yang sama sekali tak terasa. Aura dan tatapan permusuhan masih jelas terlihat antara Lay dan Kai. Sejengkal ruang kosong yang memisahkan mereka kini tak lagi berjarak ketika Kai maju kearah Lay dan menarik kerah bajunya dengan paksa.

"Lihat saja apa yang akan kau terima nanti... ini belum berakhir!" Kai mengatakannya tepat di depan wajah Lay.

"Yaa! Geumanhae!" Kini Luhan yang berteriak, berdiri diantara mereka berdua.

Lay menepis tangan Kai, saking kerasnya hingga membuat Kai sedikit limbung kesamping dan menahan sakit di pergelangan tangannya.

Tepat pada saat itu, suara sirine mobil polisi tiba-tiba terdengar.

"Lay, Hyeong... palli ka!" Sehun menarik tangan Lay dan Luhan lalu segera berlari secepat kilat, meninggalkan Kai yang tampak kebingungan lalu ikut berlari dan berpisah di koridor yang berbeda.

Mereka masih terus berlari sekuat tenaga, padahal gedung studio musik tadi sudah lewat sangat jauh di belakang mereka.

"Yaa...yaa geumanhae. Aku lelah!" Sehun tiba-tiba berhenti berlari, menunduk menatap jalan sambil mengatur nafasnya.

Luhan dan Lay yang berada di depan Sehun ikut berhenti, mengatur nafas lalu duduk di pinggir jalan yang disekitarnya terlihat hamparan persawahan dan rumah-rumah warga.

"Aku rasa kita sudah lari terlalu jauh." Luhan berkata.

"Aku bertanya-tanya mengapa tiba-tiba ada suara sirine mobil polisi?" Kini Lay yang bertanya, membuat Luhan juga berusaha berpikir.

Tapi tidak dengan Sehun yang tiba-tiba terseyum lebar, membuat dua orang namja di depannya menatap penuh tanya.

Melihat tatapan Luhan dan Lay, Sehun tiba-tiba tertawa. Lalu Luhan pun ikut tertawa kemudian juga Lay.

Mereka saling menertawakan. Entah apa dan kenapa, namun mereka tetap tertawa. Menganggap hal yang terjadi tadi merupakan kejadian lucu.

"Bagaimana bisa kau membunyikan alarm itu Hun-ah? Itu kan alarm saat dulu kita bermain polisi dan penjahat." Luhan bertanya sambil menahan tawa.

Black Tears - EXO FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang