Part 5 - Friendship

846 33 2
                                    

Annyeonghaseyo chingudeul, hari ini saya hadir kembali bawain kalian next part ceritanya Sehun Luhan nih, tapi maaf banget di part ini Luhan tidak muncul. Disini saya ingin memberi kesan seberapa dekat dan bagaimana persahabatan antara Sehun dan Lay. Jeongmal jweisonghamnida karena lama updatenya, mood ku sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja selama UAS bahkan hingga seminggu setelah UAS selesai. Mood ku memang benar-benar merusak inspirasi cerita yang ingin kutulis mungkin dengan banyaknya vote dan komen dari teman-teman semua akan membantuku untuk mengembalikan mood baikku lagi, jadi saya mohon bantuan dari chingudeul juga ya untuk dukungannya ^^ . Baiklah silahkan dibaca chapter berikut ini, happy reading chingudeul. Peluk hangat dari Sehun dan Lay ({}) ^^

***

"Ya...! Gomawo." Sehun menatap sekilas kearah seorang namja tinggi tampan yang baru saja mendaratkan pantatnya ke tempat duduk dihadapan Sehun.

Namun namja itu menatap Sehun dengan alis berkerut dan mulut sedikit menganga siap melontarkan makian akibat perilaku kurang ajar sahabatnya itu yang bahkan mengucapkan maaf dengan tidak sepenuh hati.

"Ya... neo !" sebelum namja dihadapannya mengomel tak tentu arah, buru-buru Sehun menyelanya.

"Yah setidaknya aku tak perlu menceritakan pengalaman liburan sialan itu di depan kelas."

"Dan sadarlah, itu berkat bantuanku kawan."

"Maka dari itu tadi aku berterimakasih kan?"

"Mwo? itu yang kau katakan dengan terima kasih? Hoahh... ucapan terimakasih macam apa itu? Bahkan anak berumur lima tahun pun masih bisa melakukannya dengan baik." Namja tampan itu merasa sangat senang mendapatkan topik yang dapat digunakannya untuk mengatai temannya, hingga membuat Sehun menatapnya dengan wajah kesal. Melihat ekspresi Sehun, namja itu tak melupakan niatnya sedikitpun untuk lebih menggoda temannya.

"Wahh wahh lihat wajahmu itu, itu ekspresi pertama yang kulihat setelah satu bulan kita tak bertemu." Lay memandangnya dengan mata membulat takjub membuat Sehun geli melihatnya. Melihat tak ada tanggapan satu pun dari Sehun, namja tampan itu mencakupkan tangannya sambil menengadahkan kepalanya keatas dengan tatapan berkilat takjub dan berkata,

"Ohh thanks God akhirnya wajah tampan sahabatku satu-satunya ini menunjukkan ekspresi walau ekspresi jelek sekalipun aku rela melihatnya daripada terus-terusan melihatnya memasang wajah datar bak tembok."

Sehun mengaga melihat ekspresi bodoh yang dilakukan seorang namja yang tak dipercayainya telah diakuinya sebagai teman ini.

"Ohh demi Tuhan hentikan ekspresi memalukanmu itu Lay. Dimana kutaruh wajahku jika teman-teman yang lain melihat seorang Sehun memiliki sahabat memalukan seperti dirimu?" Lay mengangguk-anggukan kepalanya dengan ekspresi lugunya.

"Mengapa mesti malu dan ditutupi Sehun-ah, lagipula semua sudah tahu kan." Dengan santai ia mengatakannya sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal membuat Sehun menatap sedikit horror ke arah Lay.

"Ohh i...iya ya.. kau benar juga ya." Sehun berkata dengan sedikit terbata karena tak percaya dengan ucapan Lay yang dipikir-pikir ada benarnya juga tapi betapa memalukannya karena temannya itu benar-benar mengakuinya bahkan lebih memalukan lagi karena sama sekali tak membela dirinya sendiri. Sehun memandang kearah Lay yang masih mempertahankan ekspresi tak bersalahnya, dari begitu banyak hal yang dipikirkan hanya satu kalimat yang menggema di benaknya. 'ohh God seberapa besar dosaku hingga dari beribu namja di Seoul, kau memberikanku namja unik ini menjadi temanku.'

Tak dipungkiri oleh Sehun bahwa keberadaan Lay selalu membuatnya tak pernah bertahan lama dengan keterdiaman serta kesendiriannya. Bahkan saat ini mereka sedang duduk di salah satu bangku di taman indah nan luas milik Xoxo Elemantary School. Mereka duduk berdampingan, Sehun akhirnya menceritakan semua hal kepedihan yang disimpannya sendirian setelah ia mendengar rengekan dari Lay yang bahkan mampu membuat gendang telingan pecah jika mendengarnya. Lay memandang lurus ke hamparan taman bunga dan rumput-rumput hijau sambil mendengarkan Sehun bercerita tanpa sekali pun ia menyela. Lima belas menit berlalu setelah Sehun mengakhiri ceritanya namun Lay masih tetap terdiam sibuk dengan pikirannya sendiri, sedangkan Sehun telah bersiap menerima tatapan dan kata-kata kasihan serta memilukan dari Lay,

Tiba-tiba Lay menoleh ke arah Sehun dengan wajah memerah dan bergelinangan air mata "Sehun-ah, mianhae jeongmal. Aku merasa sangat menyesal setelah mendengar semua ceritamu, aku merasa sangat bersalah bagaimana bisa aku bersenang-senang di Bali sedangkan di tempat lain sahabatku sedang merasakan hal terberat dalam hidupnya, seharusnya aku ada bersamamu saat itu Sehun-ah. Mianhae...mianhae..." Lay memeluk Sehun dengan tangisan yang semakin keras, derai air matanya mengotori jas sekolah Sehun membuat Sehun berpikir sambil bergidik 'baiklah ini masih bisa kutolerir tapi tidak dengan ingusnya.'

"Lay, aku menyesal menceritakannya padamu jika tahu bahwa kau akan mengotori pakaianku dengan air matamu itu." Mendengar itu bukannya akan menghentikan Lay namun malah semakin mengotori pakaian Sehun dengan menyeka air mata dan ingus nya di pakaian Sehun. Sehun mengerjap-ngerjapkan matanya menatap jasnya sambil bergidik.

"Ya...!!! Sehun-ah apa kau mendengarkanku?" Lay berteriak tepat di telinga Sehun membuatnya terlonjak sedikit menjauh.

"Ya ... bisakah kau tak berteriak? Bisa-bisa telingaku berakhir di rumah sakit karena ulahmu."

"Lagian daritadi kau melamun saat aku terus memanggilmu."

'Ohh syukurlah, yang tadi hanyalah imajinasiku saja.' Kata Sehun dalam hati saat menyadari jasnya masih dalam keadaan baik-baik saja dan wajah Lay yang masih tetap begitu-begitu saja, tak ada rasa kasihan atau apapun seperti yang tadi sempat dipikirkannya.

"Melihatmu begitu diam dan tak menyadari saat aku terus memanggilmu tadi, kukira kau sudah tak bernyawa Sehun-ah."

"Apa ini yang bisa kau katakan setelah mendengar cerita memilukan dari temanmu hah?" Lay tertawa keras mendengar Sehun bicara dengan semangat berapi-api, membuat Sehun berdelik kesal kearahnya.

"Nde nde mianhae." Kata Lay setelah berhasil meredam tawanya dan melanjutkan, "lagian kau memiliki hutang budi terhadapku."

"Hutang budi?"

'Tak disangka anak ini malah mengingatkan hutang budi setelah ia merengek untuk kujadikan orang pertama dan satu-satunya yang mendengar cerita mengenai kejadian buruk keluargaku di malam itu. Zhang Yixing sebenarnya terbuat dari apa hatimu?'

***

Chapter 5 sampai sini dulu ya, sebenarnya aku buat cukup panjang sekitar 7 halaman ms.word tapi aku bagi dua aja ya. Silahkan lanjut ke chapter selanjutnya ^^ xoxo

Black Tears - EXO FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang