Kita bertemu lagi.

64 7 0
                                        

Pukul 23.53 WIB

Meya juga tidak percaya, bahwa di jam rawan seperti ini Meya akan melangkahkan kakinya ke luar dari kamar apartemennya. Tapi Meya memang harus keluar, dari semua keterpurukannya ini.

Meya sudah membulatkan tekadnya, untuk menjalani harinya dengan sebuah senyuman kembali. Meya sudah lelah berdiam terus di dalam ruangan yang hanya di huni olehnya selama kurang lebih 2 minggu ini. Meya rasa, ini sudah saatnya dia berubah. Meya tidak ingin menjadi cengeng, dan lemah seperti ini. Benar kata Romeo, Meya harus melupakan pria brengsek yang sudah menyakitinya ribuan kali tersebut, dan Meya harus berubah agar bisa membuktikan bahwa pria yang sudah menyakitinya tersebut tahu bahwa Meya baik-baik saja setelah semua hal yang pria itu lakukan terhadapnya.

Tanpa tahu tujuan Meya terus berjalan, sampai akhirnya menemukan sebuah kafe yang buka 24 jam. Meya tidak pernah tahu bahwa di jam yang rawan seperti ini justru membuat kafe tersebut ramai pengunjung.

Meya membuka pintu kafe, kakinya melangkah maju ke depan lalu matanya menelusuri penjuru kafe, mencari tempat duduk yang kosong dan yang pasti pas untuknya.

Meya melangkahkan kakinya lagi, ke kursi yang berada paling pojok kanan di belakang. Memang jika ingin menonton live music tidak begitu kelihatan, tapi itu bukan masalah. Toh, Meya kesini untuk memulai awal hidup yang baru terlepas dari keterpurukannya, lagipula live musicnya masih bisa di dengar walau tidak terlihat sekalipun.

Sembari menunggu pesanannya datang, Meya memusatkan perhatiannya kepada handphonenya yang sudah memperlihatkan aplikasi berlogo kamera dengan warna gradasi yang indah. Jari jempolnya terus men- scroll up - dan scroll down, bahkan sampai ada suara yang menginstruksi para hadirin yang ada di kafe untuk menonton pertunjukan live music yang akan segera di mulai pun, Meya tetap memusatkan perhatiannya pada si ponsel.

Sampai alunan nada mulai terdengar lalu di susul dengan suara sang penyanyi yang membuat tubuh Meya menegang.

Makan di resto terenak

Meya langsung mengarahkan tatapannya ke panggung.

Membaca di sudut paling tenang

Benar saja, itu adalah dia.

Menonton pertunjukkan musik

Romeo.

Telusuri jalanan...

Bernyanyi bersama dengan seorang wanita.

Dari malam hingga pagi.

Meya masih terus memperhatikan Romeo dari jarak yang lumayan sangat jauh, bahkan sekarang Meya telah berdiri agar penglihatannya lebih jelas. Tatapannya semakin membulat saat Romeo juga melihat ke arahnya, sempat kaget memang karena melihat Meya yang berada di kafe jam segini. Tak lama, Romeo tersenyum. Dan senyum itu hanya untuk satu orang penonton yang sekarang tengah berdiri di sudut kafe dengan tatapan tertegun.

Tanpa mereka ketahui lagi, di hari-hari berikutnya mereka akan selalu di pertemukan kembali.

🌜🌜🌜

Pukul 02.32 WIB.

Romeo tak tahu apa yang membuatnya melakukan hal ini.

Tadi sehabis manggung, Romeo langsung buru-buru izin pulang lalu tak lupa mengajak Meya.

Dan disinilah mereka sekarang.

Di jalanan mengarah ke perumahan dimana keduanya tinggal, yang hanya di lewati oleh beberapa kendaraan saja.

Sudah setengah jalan, tapi gadis di sampingnya tak juga membuka suara. Membuat Romeo semakin dilanda kebosanan.

Meya sungguh bosan, namun sampai saat ini Meya masih bingung bagaimana cara memulai sebuah percakapan dengan cowok di sampingnya ini, dan Meya masih menunggu Romeo untuk menjelaskan maksud dan tujuan cowok tersebut mengajaknya pergi dari kafe.

"Aku.. "

"Gue.. "

Kaget!

Keduanya langsung bertatapan, lalu Romeo langsung melanjutkan kalimatnya.

"Gue duluan aja." Meya makin kaget, menurut novel romansa yang dia baca, dan juga sinetron yang dia tonton, pasti saat ada kejadian tersebut sang lelaki akan membiarkan si wanita berbicara lebih dulu dan sebaliknya, sampai keduanya menyerah. Namun mereka belum melakukan hal tersebut tetapi Romeo sudah mengalah. Payah.

"Sori, udah narik tangan lo tanpa ijin tadi."

"Iya gak apa-apa."

"Abisnya gak baik tau cewek keluar malem-malem, sendirian lagi."

"Iya udah tau."

Romeo berdecak. "Ya kalo tau kenapa di lakuin?"

Meya berdesah lelah. "Suka-suka aku elah."

Romeo terkejut, songong juga ini cewek, omongannya kemarin di copy paste.

Tak terasa mereka telah sampai di depan gerbang perumahan dimana keduanya tinggal, keduanya berhenti saling berhadapan lalu Romeo kembali membuka suaranya.

"Gue emang kerja disitu, yaa itung-itung buat nambahin uang kuliah, malu juga masa masih di bayarin ortu."

Meya mengerutkan dahinya bingung. "Kamu ngomong sama aku? Perasaan aku gak nanya apa-apa sama kamu."

Romeo terkejut, beneran songong ini cewek!
Lalu Romeo menunjukkan senyum jahilnya. "Gue tau daritadi tuh ya lo pengen nanya itu, tapi bingung aja kan cara bilangnya gimana?"

"Kamu sok tau banget jadi cowok, nyebelin tau!" Romeo tertawa mendengarnya, kenapa gadis ini sangat menggemaskan?

"kok ketawa sih? Makin nyebelin!"

Hah, tapi ini cewek beneran songong banget!

"Yee bukannya makasih udah gue anter balik." Ucap Romeo.

"Gak minta." Ucap Meya, lalu terus jalan mengabaikan Romeo di belakangnya yang ikut terus berjalan.

Meya berhenti, begitu juga dengan Romeo. "Kamu ngapain sih masih ngikutin aja, udah sana pulang udah malem tau!"

"Yaudah ini juga mau pulang." Jawab Romeo santai, lalu melangkahkan kakinya mendahului Meya.

Meya heran, lalu berlari kecil menyeimbangkan langkah kaki Romeo. "Kamu tinggal di komplek ini juga?" Romeo hanya mengangguk.

"wahh, gak nyangka." Ucap Meya, Romeo tak menjawab.

Lalu sampailah di depan rumah Meya, mereka kembali berhadapan, dan ucapan dari Meya membuat Romeo mengerutkan dahinya. "Makasih ya, Romeo." Lalu Meya melangkahkan kakinya kerumah.

Bagaimana bisa gadis yang beberapa saat lalu ketus padanya lalu beberapa saat kemudian berubah menjadi manis?

"Konyol banget tu cewek emang." Ucapnya sembari mendengus geli.

🌜🌜🌜

SELAMAT MALAM, Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang