Kafe adalah keputusan terakhir dari kedua sahabat tersebut setelah lama bergelut dengan pikiran masing-masing tempat yang akan mereka tuju. Tentu saja akhir hasil ditentukan oleh Meya, karena kafe yang Meya pilih adalah tempat kedua dia bertemu dengan Romeo.
Dan, tentu saja Tatiana setuju terkait kafe tersebut juga termasuk kedalam cerita Meya.
"Jadi gimana?" Ucap Tatiana setelah duduk di kursi kafe.
Meya berdecak sebal, dahinya berkerut. "Baru juga duduk! Gasabar banget sih, Na." Ucapnya. Lalu tangannya terulur keatas memanggil pelayan untuk memesan makanannya.
Setelah selesai makanannya Tatiana kembali bersuara. "Gece, jadi gimana?" Tanyanya semangat.
Meya mendesah pelan, percuma saja menyuruh Tatiana untuk diam, karena tidak akan pernah bisa.
Kini, Meya hanya bisa pasrah dengan sifat sahabatnya yang tidak mau bersabar barang sedetikpun.
"Jadi gini-" Meya memotong ucapannya saat melihat tingkah laku sahabatnya yang sangat antusias mendengar ceritanya, bahkan Tatiana kini memajukan sedikit tubuhnya. "Kamu kenapa semangat banget sih, Na?" Tanya Meya keheranan.
"Ish! Abisan Romeo tuh ganteng!" Ucapnya menggerutu.
Dahi Meya berkerut heran. Iya sih ganteng, Batinnya.
"Jadi gini, waktu itu malem dia lewat depan... " Cerita terus berlanjut bahkan sampai makanan keduanya habis, Tatiana bisa lihat bagaimana binar dalam mata sahabatnya saat menceritakan tentang Romeo, walau tahu bahwa yang ada di hati Meya saat ini masih Raka seorang. Namun, Tatiana yakin bahwa Meya akan jatuh terhadap Romeo secepat mungkin.
Itu, hanya sebuah ramalan dari seorang Tatiana.
🌜🌜🌜
"Meo!" Panggilan tersebut membuat Romeo menengok ke arah suara, rupanya disana ada Meya yang tengah berdiri di kiri jalan sambil melambai kearahnya.
Saat Romeo melihat kearahnya Meya langsung berlari ke arah Romeo yang berada di sebrang jalan dan meninggalkan Tatiana yang sedang membeli Takoyaki di sebuah ruko dipinggir jalan.
"Hai." Sapa Romeo saat Meya sampai pada tempatnya.
"Mau ke kafe ya?" Tanya Meya penasaran.
"Iya. Lo abis dari kafe ya?" Tanya Romeo.
Mendengar itu Meya terkejut, bagaimana Romeo bisa tahu?
"Kok Meo tau? Bisa nerawang yaaa?" Alis Romeo terangkat sebelah, Romeo heran dan semakin penasaran dengan kepolosan gadis di hadapannya tersebut antara memang polos atau bodoh, Romeo berpikiran itu sama saja sebenarnya."Ha? Enggak, cuma nebak."Jawab seadanya, Meya mengangguk-ngangguk paham.
"Meya! Gue cariin taunya ada di sebrang jalan!"
Oh God! Meya lupa dengan Tatiana.
"Oh, ada Romeooo. " Ucap Tatiana sudah tidak heran lagi.
"Yaudah kalo gitu gue duluan ya, dah." Ucap Romeo lalu berlalu pergi.
"Gara-gara Romeo, sahabatnya sendiri sampe ditinggalin!" Tatiana menggerutu.
Meya memegang tangan Tatiana yang kosong menggoyang-goyangkannya lalu membujuk. "Ihh, maaf ya Anaaaa, lupa. Soalnya tadi ada Romeo hihi, maaf ya?"
Tatiana mendesah pasrah. "Huh, yaudah iya iya. "
Meya tersenyum lalu berucap, "yaudah kalo gitu Takoyakinya mana?"
🌜🌜🌜
Romeo mengernyit.
Saat dia tiba di kafe, Romeo sudah disuguhi pemandangan yang membuatnya bingung. Masalahnya, atasannya sejak tadi tidak juga berhenti menatapnya sejak Romeo baru membuka pintu kafe. Tatapannya juga tidak mengenakkan, dan Romeo juga takut kalau-kalau atasannya ini sedikit belok.
Dan kini Romeo semakin takut, saat atasannya dengan perlahan mulai berjalan ke tempatnya, Romeo mundur selangkah dan bertanya kepada atasannya, "Kenapa ya, pak?"
Atasannya mendengus, berjalan lebih dekat lagi ke arah Romeo, lalu melepas pin nama yang ada di sisi kanan dada Romeo. Membuat Romeo semakin heran.
Sebenernya ada apa? Batinnya
"P-pak ada apa? Kenapa pin saya di cabut? Saya ada salah?" Tanya Romeo takut-takut.
Atasannya hanya tersenyum tipis sambil menepuk bahu Romeo sebanyak tiga kali, lalu balik badan, pergi.
Romeo mengejarnya, dan bertanya sekali lagi.
"Pak saya ada salah? Ada apa?" Romeo semakin bingung, dadanya terus berdegup kencang, masalahnya atasannya ini adalah salah satu dari orang yang lebih banyak diamnya. Tapi, sekali bicara langsung panjang, dan hanya sekali.
Atasannya mendesah kasar, lalu mulai bersuara. "Kamu masih gak ngerti maksud saya? Bukannya kamu juga udah pernah liat saya melakukan hal yang sama ke karyawan sebelumnya? Dan kamu masih bertanya kenapa? Apa perlu saya sebut semua kesalahan kamu-?" Romeo jelas tahu apa arti dari mencabut pin nama di dada kanan. Dan Romeo jelas sangat tahu, tapi Romeo masih harus tahu apa alasan dari atasannya mencabutnya.
"-pertama, kamu langsung pergi saat bernyanyi pada sabtu malam. Kedua, kamu akhir-akhir ini sering sekali izin pulang cepat, dan selalu di jam yang sama. Ketiga, kamu sering datang telat. Dan terakhir, kamu sudah tiga kali membolos, kamu niat kerja tidak? Dan saya yakin saat kamu menandatangani kontrak kerja dengan saya kamu sudah membacanya dengan baik, bahkan kamu membacanya sebanyak tiga kali! Kamu sebenarnya niat kerja dengan saya tidak?!"
Romeo menelan salivanya sendiri.
Lalu Romeo mengangguk, dan mengakui kalau memang dia telah melakukan perbuatan tersebut.
Lalu tersenyum kepada atasannya.
"Yaudahlah, Pak. Saya juga gak bisa minta balik untuk kerja disini karna mungkin bapak juga udah benci sama saya, saya pamit ya pak. Makasih untuk setengah tahunnya pak! Assalamualaikum!" Setelah mengucapkan hal tersebut Romeo lantas pergi dari kafe tersebut.
Setelah keluar dari pintu kafe dia berteriak. "Ah goblok sekarang gimana gue kasih makan diri gue. "
Dan Romeo membulatkan tekadnya saat dia mendapatkan pekerjaan baru nanti dia tidak akan izin pulang cepat lagi hanya untuk bertemu Meya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SELAMAT MALAM,
Historia Corta"Hari ini malam jahat." "Kenapa?" "Dia nggak mempertemukan bulan dengan bintang."