Chapter V

2.8K 400 25
                                    


Mark menatapku aneh, ia mengerutkan kening saat aku menyapanya terlebih dahulu pagi Ini

"apa yang terjadi?kau sudah tak marah lagi sekarang..??" tanyanya dengan nada heran, aku hanya mengangguk, bersemangat

"ini bekal untuk mu hari ini kita makan sama – sama diatap ya" Mark menerima bekal itu lalu menatap ku yang berangkat sekolah lebih dulu darinya.







Aku melangkahkan kakiku riang memasuki kelas, kulihat tatapan semua orang menatapku heran aku hanya tersenyum menyapa mereka, tak lama Mark menyusul masuk kelas lalu duduk disampingku, aku menoleh padanya dan langsung memberikan senyuman termanisku padanya, kembali Mark menatapku dengan kening berkerut.

"kau kenapa sih?"tanyanya, aku mencoba tak menghiraukan apa yang ia katakan dan tetap tersenyum padanya, sepanjang pelajaran aku tak hentinya memandang Mark, hingga ia nampak jengah sendiri.

Saat bel istirahat berbunyi, aku langsung menyambar tangannya dan mengajaknya keatap untuk makan siang bersama. Mark menatapku terus seakan bertanya apa yang sedang kulakukan lagi sekarang.

"Markie.." ucapku pelan Mark menatapku aneh saat aku memanggil namanya dengan nada manja "aku harus membiasakan memanggilmu seperti itu kan" ucapku, Mark hanya diam melihat kelakuanku.

"kalian berdua tampak senang sekali" sapa seseorang, aku menoleh dan mendapati Jaemin menatap kami dengan tampang datar, aku melirik Mark sekilas dan kembali pada Jaemin yang terlihat menahan kesedihan, aku menyeringai kecil saat sebuah ide muncul di pikiranku.

"Nana, bergabunglah" pintaku dengan suara yang kubuat semanis mungkin, Mark menatapku kaget tapi aku tak peduli, Jaemin tampak ragu tapi tak lama ia hanya menganggukan kepalanya dan duduk disampingku.

"ayo makan bersama" kataku dengan kecerian yang palsu, Jaemin hanya mengangguk kecil, kulirik Mark yang menatap Jaemin dengan canggung dan tatapan khawatir itu membuatku mual.

"kalian berdua kenapa hanya diam saja.."tanyaku pura – pura bodoh pada apa yang terjadi,

"Honey makanlah" ucapku semesra mungkin pada Mark sambil menyuap makanan kedalam mulutnya, Mark menerima itu dengan ragu, aku melirik Jaemin yang hanya menunduk tanpa mau melihat kami dengan senyum puas.

"oy, Jaem, bukannya kau punya kekasih juga bagaimana kalau kita adakan double date, aku dengar itu sangat seru" usulku lagi, wajah Jaemin langsung berubah pucat begitupun Mark, aku ingin tertawa melihat tampang bodoh mereka berdua.

"aku.." Jaemin terlihat kaku saat menjawab itu, Mark memegang tanganku pelan.

"sudahlah Donghyuck-ah kenapa denganmu hari ini?" tanyanya, aku tersenyum sinis.

"kenapa?, apa aku tak boleh bermanja dengan suamiku sendiri, kau aneh sekali Mark.. benar kan Jaemin?"tanyaku memancing reaksi Jaemin, tapi pemuda itu hanya terdiam lama ditempatnya, dengan senyum sinis aku langsung mengangkat tubuhku dan mengecup singkat bibir Mark, Mark terlihat sangat terkejut begitu juga Jaemin , Pemuda itu terpaku beberapa saat lalu air mata seketika jatuh berlinang dipipinya dan ia memilih segera berlari pergi, Mark yang melihat itu langsung mendorongku dan ingin mengejarnya tapi dengan segera kuhentikan langkahnya.

"kau mau kemana Mark, kita belum selesai makan siang" tanyaku sambil memegang erat tangannya, Mark menatapku tajam matanya tersirat kemarahan padaku.

"kau sudah keterlaluan.."

"keterlaluan?, memangnya apa yang aku lakukan??" tanyaku seolah tak berdosa, Mark melepas tanganku dengan kasar lalu berlari pergi tentu saja untuk menyusul Jaemin, aku menatap hal itu dengan sedih

dia memang tak pernah menginginkanku.

"kau benar – benar keterlaluan" aku tersentak dan menoleh pada Jeno yang menatapku dengan tajam, apaka ia mendengar semuanya? termasuk apa yang kukatakan tentang 'suami'pada jaemin??.

Aku menatapnya gugup dan juga heran

"kau..sudah berapa lama kau dengarkan kami?" Jeno tak menjawab, ia malah menarik tanganku hingga membuatku berdiri, aku meringis kesakitan karena kuatnya ia mencengkram lenganku

"hey kau menyakitiku.." Jeno sepertinya tak peduli, ia malah mendorongku hingga punggungku menabrak dinding pembatas, wajahnya terlihat sangat menakutkan.

"kau.. jangan coba – coba menyakiti Jaemin atau aku akan sangat membencimu, asal kau tau siapapun yang menyakiti Jaemin akan menjadi musuh ku." Bentaknya kasar aku mendorongnya tapi ia bahkan tak bergeming.

"kau mengancamku?, kau pikir dia saja yang menderita! mengapa semua orang selalu membela dia!!" jeritku marah, airmata mulai menetes dipipiku emosiku sudah tak terbendung lagi.

"kau tau apa tentang aku? hingga kau berani mengancamku.."

BRUKKK

Aku tersentak saat Jeno memukul dinding disebelahku dengan keras, kulihat tangannya mengeluarkan darah aku menatapnya ketakutan

"kau yang jahat.." bentaknya lagi.. "kau yang datang begitu saja dan merebut Mark dari Jaemin, lalu menikah dengan namja itu, tanpa memikirkan perasaan Jaemin" aku terdiam saat mendengarkan itu, kutatap wajahnya yang begitu dekat denganku, wajahnya memerah menahan amarah.

"aku tak melakukannya.. itu bukan mauku," isakku seketika merasa lemah "kau..kau tak tau bagaimana perasaanku mendapati rahasia antara suamiku dan temanku, kau tak tau betapa aku selalu menangis saat menyadari perasaanku sudah jatuh pada Mark dan tak dapat mengalihkan dia dari kekasihnya" Jeno menatapku dengan sinis.

"itu bukan salah Jaemin kan.." aku menatapnya dengan pandangan kabur karena air mata, perutku terasa sakit lagi, aku memegang perutku menahan rasa sakitnya.

"apa yang kau katakan? bagaimana perasaanmu melihat suamimu setiap malam mengunjungi Pria lain, bagaimana perasaanmu bila kau menikah dan Suamimu tak sudi untuk menyentuhmu" ucapku sedih, suaraku terdengar serak dan tenggorokanku sangat sakit.

Jeno menatapku tetap dengan pandangan mencela.

"lalu bagaimana rasanya merebut Pria orang lain dan membuatnya harus berbohong karena takut temannya yang disayangi akan sakit hati mengetahui siapa dia sebenarnya dan membiarkan kekasihnya bermesraan bahkan menghadap pelaminan dengan Pria lain, kau tak tau rasanya kan.." ucap Jeno dengan suara yang makin meninggi, aku langsung terduduk lemas perutku terasa sangat sakit, nafaskupun terasa sesak dan Jeno sepertinya menyadari itu, ia melihatku dengan heran

"hey kau kenapa..?"aku tak bisa menjawab hanya diam memegang perutku Jeno memegang tanganku dan hendak membawaku pergi, tapi aku menahannya.

"aku tak apa, kau pergi saja" ucapku lemah

"apa maksudmu dengan pergi? kau harus ke UKS" jawabnya kesal, aku menggeleng.

"pergi saja.." ucapku lagi tapi Jeno memaksa menarik tangangku untuk bangun, aku mendorongnya dengan kasar.

"aku tak perlu bantuanmu, PERGI!!" jeritku marah, Jeno menatapku lalu mundur dan membiarkan aku sendirian, aku menyandarkan tubuhku kedinding, rasa sakitnya makin menjadi.

"Ibu... apa yang telah kulakukan?, kenapa aku harus mendapatkan semua ini hingga membuatku lupa pada diriku sendiri," aku memejamkan mata lemah.

Aku menghianati diriku sendiri...



A/N Masih disini readers sekalian... buat yang setia nungguin, mulai chap ini sampe kedepannya ceritanya mungkin bakal pendek2 soalnya ke-enakkan tu siders baca chap panjang2..makin banyak siders makin lambat ni cerita diupdate.. kay gotta go dulu yoo.. sampe ketemu di next chaps

Selfishness (Markhyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang