Chapter 2

6.3K 445 32
                                    

Baru saja aku menyamankan bokongku di atas kursi mobil sport Sasuke yang terasa luar biasa nyaman, aku malah dibuat kesulitan bernafas karena dia yang tetiba berinsiatif memasangkan seat belt.

Jelaga hitam indahnya seolah mengebor giokku ketika mata kami bertemu.

Jarak di antara kami sangat dekat, aku bahkan bisa merasakan hembusan nafas hangatnya di mukaku.

Semoga detak jantungku yang kini berdegup kencang tak akan terdengar olehnya.

Bernafas Sakura! Bernafas!

Aku mengalihkan wajahku ketika melihat wajahnya sedikit condong ke arahku.

Apapun yang baru saja dia ingin lakukan, aku tidak ingin itu terjadi.

Sadar penolakan halus dariku, Sasuke kembali ke kursinya tanpa sepatah kata.

Sepanjang perjalanan menuju apartmentku aku memandang liar keluar jendela.

Tolong, tolong sekali saja biarkan guntur bersahut-sahut di langit meski tanpa rintik hujan.

Agar aku tidak harus tenggelam dalam percakapan dan berakhir dengan baper semalaman.

"Bagaimana kabarmu?

"Um... Baik."

"Baguslah..."

Canggung. Benar-benar canggung.

Aku masih enggan menatap kearahnya dan jantungku sepertinya sudah mulai bersahabat denganku.

Meskipun aku tidak mau menatapnya, tapi wajahnya yang sesekali memandang kearahku terpantul di dataran kaca di sampingku.

Aku menarik nafas panjang, menahannya untuk beberapa lama sampai akhirnya meluncur lembut selembut deru nafas kami yang terdengar saling bersahutan.

Ku harap hanya ada keheningan di antara kami, seperti dulu-

"Sakura, tentang waktu itu."

-atau tidak?

Aku mengeratkan cengkraman di tali tas selempangku. Tidak peduli Sasuke melihatnya atau tidak, semua hanya reflek. Reflek saat Sasuke menyinggung masalalu kelam kami.

"Aku..."

Bibir berpoleskan lip tint berwarna dan beraroma cherry ku bergetar lembut.

Aku ingin tahu, tapi lima menit sudah keheningan menjeda ucapan sasuke.

"Kau tidak perlu membahasnya."

Meski telat, aku memotong ucapannya. Dia sendiri terlihat ragu membahas masalalu diantara kami. Melihat keraguan itu, hatiku berdecit sakit.

Bahkan setelah 7 tahun, harga dirinya masih terlalu tinggi.

Oh sial. Mataku mulai panas.

Nafasku mulai memberat dan tenggorokanku tercekat.

Jangan sampai aku menangis sekarang! Kau akan terlihat sangat bodoh di depannya jika kau melakukan itu, Sakura.

Terimakasih atas kepekaan pria itu, kini tidak ada lagi percakapan diantara kami.

Setibanya aku di apartment, aku menyampaikan rasa terimakasihku dan tanpa banyak basa basi, aku melesat meninggalkan Sasuke.

Aku fikir, itu terakhir kali aku bertemu dengannya. Menatap obsidian nya. Dan mendengar suaranya.

Tapi dugaanku salah.

Dua hari setelahnya, tak tahu dari mana, dia tiba-tiba datang ke ruanganku yang bertuliskan *Verlos Kamer .
* (ruang bersalin).

Sweet And SourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang