Chapter 4

5.7K 426 22
                                    

Setelah pembicaraan gila kami kemarin yang masih belum menemukan titik tengah, Sasuke tak bosan bosan menghubungiku.

Sekedar menanyakan kabar, mengingatkan untuk makan, menanyakan apakah aku mau dijemput atau mengajak makan malam bersama.

Aku bisa menolak semua alasan itu tapi sekali lagi, hatiku menghianati akal sehatku. Dan tubuhku pun berpihak pada si penghianat.

Aku tahu kemungkinan terburuk tetap ada jika berurusan dengan sasuke.

Kemungkinan aku akan tersakiti lagi.

Selepas sma hubunganku dengan Hinata merenggang. Aku hanya tahu dia akan pindah ke New York untuk meraih cita-citanya sebagai fashion designer. Kami memang sempat bertukar kabar selama beberapa saat, sebelum Hinata benar-benar menghilang.

Dari akun media sosialnya, aku tahu gadis rupawan nan menawan itu sedang meraih masa keemasannya.

Dibandingkan denganku, Hinata memang terlihat pantas bersanding dengan Sasuke.

Sama-sama cemerlang, sama-sama rupawan, sama-sama bintang sekolah, sama-sama sempurna.

Dibandingkan Hinata, aku tidak lebih dari bayangan yang perlahan menghilang karena sinar nya yang terlalu terang.

Memikirkannya saja membuat hati dan wajahku tertekuk.

Jika awal pertemuan kami dipicu karena Hinata, bukan tidak mungkin Sasuke mendekatiku sekarang karena gadis itu pula.

Entahlah... Aku sendiri bingung. Aku tahu ini akan melukaiku, tapi aku tak juga belajar dari masalalu.

Setan dalam diriku berbisik untuk menikmatinya.

Dan dengan bodohnya aku mengikuti bisikan itu.

Seperti sekarang. Ketika waktu liburku yang seharusnya ku gunakan untuk beristirahat, aku malah duduk melamun mengunyah makan siangku tanpa selera.

"-ra?"

"...."

"Sakura."

Aku menjatuhkan pisau makanku tanpa sengaja ketika mendengar nada Sasuke yang meninggi.

"Maaf, aku mengejutkanmu?"

Demi Wakanda, Sasuke baru saja dengan enteng meminta maaf padaku?

Apa dewa keberuntungan ada di pihakku sekarang?

"Tidak. Aku cuman sedang melamun."

"Apa yang kau lamunkan?"

"Bukan apa-apa. Tidak penting."

"Aku ingin mendengarnya."

Lagi, sifat pemaksa pria itu mendominasi.

"Sebelum aku mengatakannya, bisa kau jawab pertanyaanku?"

Wajah Sasuke tampak bingung sejenak.

"Tentu."

"Kenapa kau ingin hubungan kita membaik?"

Aku bisa melihat rahangnya mengeras sesaat.

Melihatnya membuat hatiku sakit. Seolah mendapat pencerahan dari Tuhan, inilah yang sebenarnya terjadi.

"Karena aku ingin memperbaiki kesalahanku."

Bohong.

Aku bisa melihat dengan jelas keraguan menyelimuti senyum tipismu, Sasuke. Kenapa kau tidak juga jujur jika ini ada kaitannya dengan Hinata?

Entah apa yang terjadi dengan kalian, tapi apa kau merasa ini tidak kejam? Setelah 7 tahun, kau kembali dan menawarkanku sebuah hubungan yang sejak dulu aku inginkan namun niat mu sesungguhnya karen wanita lain.

Sweet And SourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang