"Tentang masalalu kita. Aku ingin meminta maaf padamu."
Aku selalu bertanya-tanya tentang ukuran sepatu Hulk, atau ukuran bra yang dia kenakan jika Hulk terlahir sebagai wanita. Apakah branya akan terkoyak seperti nasib celana-baju malang yang ia kenakan? Atau dia akan memesan bra khusus anti melar anti kerut anti bocor yang menjaga dua bukit kembarnya tetap terlindungi meski tubuhnya membesar 6 atau 7x lipat ukuran normal?
Tapi aku tidak pernah memikirkan Uchiha Sasuke akan meminta maaf padaku.
Alasannya? Jelas karena seorang Uchiha adalah manusia yang memegang tinggi harga diri dan egonya.
Tampar aku agar aku sadar ucapan Sasuke bukan hanya sepoy angin biasa.
Deg!
Tanganku bergetar saat dia menyelipkan kelima jarinya di sela-sela jariku.
Oh Tuhan, tak bisakah kau bicara tanpa melemahkan pertahananku?
Apa kau baru saja berguru pada Kim Jong Un untuk menyusun strategi melemahkan hati mantan yang membencimu? Nuklir jenis apa yang kau gunakan?
Lagipula, aku tidak benar-benar membencimu. Kecewa, Mungkin.
Dengan sedikit paksaan aku melepaskan genggaman tangannya. Jika dibiarkan berlanjut, siapa tahu aku bisa khilaf.
Populasi setan di bumi ini lebih banyak daripada angka kelahiran manusia di seluruh dunia.
"Semua sudah terjadi, Sasuke. Tidak ada yang bisa kita lakukan."
Benar.
Tidak ada yang bisa kita lakukan selain menerimanya.
"Kita bisa memperbaikinya."
"Dengan apa? Mesin waktu doraemon?"
Aku menyisipkan tawa renyah agar Sasuke tak sadar aku merendahkannya.
Tapi sepertinya dia sadar. Terbukti dari sorot matanya yang menajam seperti mata pedang yang siap menebas kepalaku kapan saja.
Kali ini aku akan lebih berhati-hati. Jangan sampai Sasuke menyeretku dan membawaku ke gudang kosong lalu membantaiku seperti tikus percobaan.
"Dengan memperbaiki hubungan kita saat ini."
Apa?
"Tidak ada yang salah dengan kita."
"Kau membenciku, Sakura."
Membenci? Sasuke?
Aku harap aku bisa membencimu.
"Tidak. Aku tidak pernah melakukannya."
"Lalu kenapa kau menghindariku? Bahkan kau tidak lagi bicara atau sekedar menatapku.
Kau memperlakukanku seperti orang asing yang tidak berharga untukmu."
Beri dia bento lengkap dengan segala macam hidangan di atasnya.
Selama aku mengenal Sasuke, baru kali ini dia bicara begitu panjang lebar. Tentu saja dia akan melakukannya di forum diskusi formal.
Ini keajaiban.
"Karena aku tidak tahu harus bersikap seperti apa padamu-" itu benar. Aku memang tidak tahu harus bersikap seperti apa padanya setelah aku menangis seperti orang gila di depannya, terlepas dari rasa maluku saat itu.
"-dan lagi, aku merasa seperti aku wanita simpananmu. Karena itu, berpura pura tidak pernah mengenal mu adalah pilihan teramanku saat itu."
Untuk hatiku.
"Aku tidak pernah memperlakukanmu seperti wanita simpananku."
Lalu kenapa kau memintaku merahasiakan hubungan kita?
"Benarkah?"
Aku tertunduk dalam. Menatap dua sepatu putihku tanpa niat.
"Ada alasan kenapa aku memintamu merahasiakan hubungan kita. Tapi ini akan melukaimu."
Lagi?
"....--"
"Sejak awal aku mendekatimu untuk mencari tahu tentang Hinata. Aku menyukainya jauh sebelum aku menyadari keberadaanmu di dekatnya.:
Benar.
Ini menyakitiku.
Rasanya seperti seseorang mencubit jantungku sekarang. Sakit sekali.
Kenapa aku harus mendengarnya disaat aku sudah bersahabat dengan masalalu kita, kenapa kau datang dan mengatakan semuanya?
"Kenapa kau memintaku menjadi pacarmu?"
Suaraku terdengar serak dan rendah. Jelas saja, mati-matian aku memahan agar air mataku tidak jatuh.
Aku tidak bisa menangis sekarang, di sini. Di depannya? Tidak bisa.
"karena ku kira itu cara termudah untukku agar bisa mendekati Hinata."
Aku menggigit bibir bawahku.
Sejak tadi jantungku tak berhenti berdetak kencang.
Bolehkah aku memaki pria ini?
Atau bolehkah aku menangis sekarang?
Kenapa Sasuke begitu tega padaku? Hanya untuk mendekati Hinata, dia mengangkatku kemudian menjatuhkanku dengan sangat keras dan dia masih menginjakku?
"Aku tahu aku salah. Melihatmu yang terus menjauhiku, aku sadar aku sudah menyakiti gadis yang tidak seharusnya aku sakiti.
Kau gadis baik, Sakura."
Tapi kau menyadarinya setelah menyakitiku, Sasuke!
"Aku tahu ini lancang, tapi bisakah kita kembali seperti dulu?"
DEG!
Tak terhitung sudah berapa kali rasa sakit menyerang hatiku sekarang.
Mataku sudah sangat panas. Aku hampir mencapai batasaku.
"Kita bukan teman. Kita tidak pernah bicara sedikitpun. Percakapan pertama kita adalah saat kau memintaku menjadi pacar rahasiamu. Jadi hubungan seperti apa yang kau inginkan? Seperti saat aku tidak mengenalmu?"
"Seperti ketika aku memintamu menjadi pacarku."
Siapapun, tolong bawa aku pergi dari sini.
To Be Continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet And Sour
RomanceSakura tidak pernah menyangka akan bertemu kembali dengan mantan kekasihnya. Pria yang membawa kebahagiaan tak seberapa namun meninggalkan luka menyakitkan. Salahkan hatinya yang terlalu lemah, hingga tak sanggup mendorong pria itu keluar dari hidup...