Cerpen : Independence Day Euforia

185 13 36
                                    

Independence Day Euforia :

"Apa yang Membuat Kami Berbeda"
Oleh : Aerain F. Lytte ( _yourhighness)

***

Aku berjalan pelan di trotoar tepi jalan. Melihat beberapa anak berseragam putih abu-abu tengah bersandar di gerbang, menunggu jemputan orang tua. Satu-dua asik mengobrol satu sama lain bercanda, tipikal anak perempuan sekolahan. Beberapa yang lain asyik menatap ke arah sekolah, mengamati teman-teman satu sekolahnya yang sedang beraktivitas di halaman. Yel-yel pramuka dan pasukan pengibar bendera bersahutan, juga seruan dari anak-anak beladiri serta teriakan bernada koordinasi dari para pemain sepakbola menghias suasana sore di hari ini.

Aku menoleh ke sebelah kiri, ke sela-sela pagar besi yang membatasi area sekolah dengan kawasan umum. Lapangan nan luas dan hijau yang kurindukan. Orang-orang berkata lapangan ini adalah alun-alun kedua kota. Seringkali upacara hari nasional diselenggarakan di tanah itu, membuat kami--para siswa--mendapat harapan adanya pelajaran kosong setelah upacara karena guru-guru beramah tamah dengan para pejabat. Lapangan yang nyaman, saksi segala kehidupan sekolah menengah atas. Ruang kelas untuk pelajaran olahraga, tempat berlatih sepak bola, panggung bagi pementasan dan acara besar.

Ya ... jika ada yang menanyakan perihal sekolah menengah atasku, ketika kusebut sekolah ini, sudah tak terhitung berapa kali terlontar tanggapan : "Oh, yang lapangannya luas itu ya?"

Namun, aku tak capek-capek berjalan kemari hanya untuk membahas lapangan. Hari ini, tanggal 12 Agustus, aku kembali. Untuk melihat apakah kami masih berbeda seperti dahulu.

Euforia kemerdekaan telah terasa. Bendera merah putih terlihat di seluruh penjuru dengan berbagai bentuk. Entah ia yang terpasang dengan bentuk setengah lingkaran dengan lambang garuda, atau berupa umbul-umbul di sepanjang jalanan, atau pun terikat kencang di tiang bendera. Menyesak di dada, menelisikkan rindu yang menggelora, menggerakkan tubuh ini untuk kembali ke tanah air demi bernapas dalam atmosfer cita akan hari merdeka.

Aku sangat nasionalis? Hmm, tidak juga, kurasa, atau kalian bisa menilainya sendiri nanti.

Hanya saja, kesadaran akan pentingnya cinta pada negara tumbuh dan mekar ketika mengenyam pendidikan di SMA.

Ingatanku berkelana menuju tujuh tahun yang lalu.

***

Satu minggu setelah Pengenalan Lingkungan Sekolah, aku resmi menjadi kelas sepuluh peminatan matematika dan ilmu alam, sekolah menengah atas.

Masih teringat dengan jelas perkataan guru PPKn ku saat itu, Pak Prambudi.

"Bagaimana rasanya kalian sekolah di sini?"

Mayoritas dari kami menjawab, "Senang pak!!"

Aku tidak menjawab. Jujur saja, sebenarnya aku mendaftar di sekolah sebelah, namun peringkatku tak cukup untuk bersekolah di sana dan akhirnya aku diterima di sini. Sekolahku memang sekolah favorit, namun tahun ini, peringkat pertama kabupaten dipegang oleh sekolah tetangga.

"Apa yang membuat kalian senang masuk ke sekolah ini?"

"Favorit pak!"

"Sekolahnya hijau pak!"

"Lapangannya luas pak!"

Lagi-lagi, aku hanya terdiam. Tidak berminat menjawab segala pertanyaan Pak Pram.

"Wah benar. Sekolah ini favorit, hijau, dan lapangannya luas," kata beliau, "tapi, ada hal lain yang membuat kalian harus lebih bersyukur bisa bersekolah di sini."

🇮🇩 Commemoration of GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang