Jasmine POV
Setelah mengunjungi Taronga Zoo, sekarang kami ada di Luna Park dekat Sydney Pearl Harbour. Begitu memasuki taman hiburan ini aku langsung tertarik dengan permainan Carousel yang memang kebanyakan dikunjungi anak-anak. pasti jika aku menaikinya dengan Ashton akan sangat romantis jadinya. Aduh aku jadi ngelantur begini.
"jadi kita akan naik apa?" tanya Luke yang moment riamntisnya bru saja aku rusak.
"Carousel," "The Spider," ucapku dan Michael bersamaan. Astaga sepertinya Michael memang diciptakan untuk menguji kesabaranku sebagai manusia. Kuharap aku memiliki alat pencukur rambut di tanganku agar aku bisa membotaki kepala si Clipboard sekarang juga.
"Carousel saja sebagai permulaaan, kan lebih baik tidak yang seram dulu," ucapku beralasan. Benar kan lebih baik naik wahana yang tidak terlalu menyeramkan dulu sebagai perulaan. "Carousel itu untuk anak-anak, mulut cabai. Pokoknya Spider," ucap Michael ngotot.
"Tidak bisa, pokoknya Carousel." Kataku tak kalah sengit dengan mata melotot.
"haha, bilang saja kau tak punya nyali naik The Spider," kata Michael meremehkan. Apa? Tak punya nyali katanya? Belum tau siapa aku sih dia. Dasar Clipboard kubunuh juga kau. "Apa? aku tak punya nyali? yang benar saja, kau lupa ya siapa yang pernah meninju hidungmu saat kecil dulu," kataku mengingatkannya pada fakta masa lalu kami yang membuatku bangga. Aku pernah meninju hidung Michael dulu, sekali.
"Heh? Itu karena aku tak sudi melawan cewek," katanya beralasan. Alah masa bodoh denganmu Clipboard. Aku hanya komat-kamit tidak jelas dan mengikuti yang lainnya yan ternyata berjalan menuju wahana Flying Saucer.
Michael POV
Ternyata dugaanku benar, si cewek mulut cabai ini menyukai Ashton Irwin, Ashton Irwin sahabatku. Ck, kurasa Jasmine tidak pernah berkaca. Mana mau Ashton dengan gadis seperti dia yang menyebalkan dan cerewet. Tidak ada anggun-anggunnya barang secuil. Sejak berangkat tadi kulihat Jasmine selalu menacri perhatian Ashton. Kasihan juga sebenarnya mengingat bisa dipastikan dia akan patah hati.
Sekarang kami baru saja turun dari wahana Roller Coaster. Aku masih merasa geli mlihat tingkah Luke yang seharian ini jadi agak aneh karena ada Melody bersamanya.
"Aaah menaiki roller Coaster membuat perutku lapar." Aku menepuk perutku. Kulihat Jasmine mencibir padaku, ah masa bodoh dia kan memang selalu sinis denganku. "Kurasa kau memang selalu lapar Michael," dengus jasmine. Memang, aku selalu lapar dan membayangkan cinta pertamaku, pizza.
"Kalau begitu ayo kita cari makan," ajak Calum.
"Aku dan Lody akan naik satu wahana lagi," celetuk Luke dan oh crap, dia sudah berani menggenggam tagan Lody. kemajuan yang bagus juga. "Kalian cari makan saja dulu, nanti kami menyusul," katanya dan beranjak pergi. Lihat, dia sepertinya tak mau kami ganggu. Apa mungkin dia akan menyatakan perasaannya?
"Kalau begitu Calum dan Michael saja yang makan dulu, aku mau naik Carousel. Ashton kau mau menemaniku kan?" ucap jasmine lembut?. Look, cara bicaranya pada Ashton beda sekali dengan cara bicaranya padaku.
"Tidak bisa!" Tidak bisa dibiakan, dia tak boleh dekat dengan Jasmine. Aku tak mau melihat Jasmine mendekati Ashton, bisa patah hati dia. Eh? apa aku emngkhawatirkan perasaan Jasmine? Ah tidak mungkin, ini pasti karena aku tak mau sahabatku punya pacar cewek aneh ini. Kulihat jasmine mengernyit padaku curiga, aku harus mencari alasan yang logis. tapi apa ya?
"kalau tidak ada Ashton Calum bisa makan meja dan kursi cafe. Kau denganku saja, Ayo!" kataku cepat dan menarik Jasmine menuju wahan Carousel yang cukup jauh dar tempat kami berdiri. Kulihat Calum menampakkan wajah shock dan kesalnya. Maaf, Calum aku tak berniat merusak nama baikmu yang sudah tidak bisa dikatakan baik lagi.
"Ck, Kau ini apa-apaan sih Mike, memangnya Calum seaneh itu apa? Kau cuam beralasan, kau pasti tak rela aku dekat dengan Ashton kan?" tuding Jasmine melepas tanganku. Dia menatapku curiga. crap! Aku memang tak pandai mencari alasan. tapi, apa tadi katanya? Aku tak rela dia dekat dengan Ashton? hahaha otak jasmine sepertinya memang tidak utuh.
"Aku? Tak rela kau dekat dengan Ashton?" tanyaku terperangah, jasmine mengangguk mantap. "ahahaha, yang benar saja. Kau bukan seleraku ya, maaf." kataku tergelak. Kulihat dia masih saja menatapku curiga, anak ini.
Aku menegakkan tubuhku. "Dengar ya, kau ini bukan tipeku jadi jangan berfikiran macam-macam. Aku suka gadis yang lembut dan anggun, sedangkan kau urakan seperti itu. Dua, Aku suka gadis seperti Marry Stewart bukan Jasmine Roodhawk." jelasku padanya yang seketika melongo. Apa itu mengejutkan? Kurasa wajar-wajar saja.
"Ahahahaa, kau? menyukai Marry Stewart?" Jasmine tergelak hingga membungkuk menahan tawanya. "Astaga kau tak berkaca ya? Marry itu sempurna, dia cantik, pintar, favorite semua guru, juara olimpiade sains negara bagian. Sedangkan kau? Kau ini jelek, bodoh, idiot, sering mendapat hukuman, pemalas, tukang makan, dan kau tak pernah mempunyai pretasi akademik apapun. Yaah, kecuali memenangkan lomba makan pizza termasuk dalam prestasi akademik," jelasnya panjang lebar yang jelas sekali menghinaku terang terangan.
"Ah sudahlah, Ayo!" kaataku kesal dan menyeretnya menaiki wahana Carousel yang tidak asik sama sekali.
Aku dan Jasmine duduk di atas kuda buatan yang berjalan berputar, lihat? disini tidak seru. Tidak ada teriakan. Aku hanya melihat Jasmine yang duduk di atsa kuda buatan di sebelahku, kulihat ia tnampak gembira menaiki wahana ini. Benar-benar seperti anak kecil. "persis seperti bocah lima tahun," gumamku pelan yang ternyata juga didengar jasmine. Ia menatapku kesal.
"hah, terserah kau mau bilang aku anak kecil atau apa," katanya menghela nafas. Aneh, tidak biasanya dia tidak semangt berdebat denganku. "Aku menyukai ini, ini mengingatkanku dengan Dad dan Mom. Kau tahu kan orang tuaku sudah berpisah? Dulu setiap kali aku merasa sedih karena semua ejekan yang kuterima di sekolah, Dad pasti akan mengajakku dan Mom menaiki Carousel," katanya dengan mata menerawang. Kulihat ada air mata yang tersembunyi di sana.
Apa aku tak salah lihat? Seorang Jasmine yang cerewet dan terkesan selalu ceria itu kini menatap langit senja dengan mata menerawang. Dengan wajah sedihnya. Aku tak pernah tahu gadis cerewet ini mempunyai luka juga, untuk pertama kalinya aku merasa bersimpatik pada jasmine.
"ehm, kau menyukai Ashton ya?" tanyaku hati-hati mencoba mengalihkan pembicaraan. Aku tak tahan melihat wajah sedihnya itu. Jasmine menoleh padaku dan nyengir kemudian mengangguk. Ternyata benar dugaanku, batinku agak kecewa?. Apa? Kecewa? kurasa aku salah memilih kata.
"Sebaiknya kau tidak terlalu menyukainya," kataku lunak. Kulihat dia mengernyit bingung. "Ashton sudah menyukai gadis lain dan kurasa mereka sebentar lagi resmi berkencan. Namanya Joanna, tetanggaku." kataku menjelaskan.
Jasmine menghela nafas dan mengedikkn bahu acuh. "Belum resmi kan? aku masih ada kesempatan." katanya keras kepala.
"Heh? Kau ini keras kepala sekali sih. Kubilang sebaiknya kau melupakannya ya kau lupakan perasaanmu padanya. Kau akan patah hati. joanna itu lebih segalanya darimu, kau hanya kana menyakiti hatimu sendiri," teriakku pada Jasmine tanpa aku sadari. Entahlah, aku merasa kesal mendengar kekerasan kepalanya. Dia bahkan tak peduli jika itu akan menyakiti hatinya.
"Mike? kau kenapa?" tanyanya bingung. Auk! aku kesal padanya. segera saja aku turun dari kuda buatan itu dan melompat dari wahan Carousel.
"Ayo, kau mau pulang tidak?" teriakku padanya lagi.
noh, Michael kayakanya mulai suka jasmine noh. vote and coment ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Idiot's Love Story // m.c (Clifford)
FanfictionDia itu menyebalkan, setiap melihat mukanya yang super songong itu rasanya aku ingin meninjunya. Aku membencinya? entahlah yang pasti dia selalu sukses membuatku marah dan kesal. Aku sendiri lupa sejak kapan perm usuhan ini bermula. Yang aku ingat s...