Alasan baru Yuna

63 6 11
                                    


"1..2..3..4..5..6..7..8.."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"1..2..3..4..5..6..7..8.."

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"AYO LEBIH SEMANGAT! SATU! DUA! TIGA! EMPAT-"




"AAAHHHHH!!!"


Yuna mengerang dari balik selimut. Wajahnya memanas mendengar teriakan papi yang membahana sembari senam di ruang tengah. Volume musiknya pun sepertinya dalam keaadan full. Ku ingin istirahat lebih lama di hari minggu yang cukup mendung ini, bapak bapak ibu ibu~~

"MAMI AYO KAKINYA KURANG TINGGI!"

"INI SUDAH SAMPAI KE TELINGA, PAPI"

"JONGKOOK! AYUNKAN TANGANMU SEPERTI PAPI!"

"BAIK PAPI!"

"WONU! JANGAN DIAM SAJA!"

"IYA PAPI"

"YUNA TOLONG GANTI LA- YUNA MANA?"



Deg!



Jantung yuna serasa berhenti.




Aduh, bagaimana ini? Aku tidak mau mengikuti senyam konyol papi! Apa aku harus mengeluarkan gaya cicakku? Tapi tapi, papi sudah mengetahui jurus yang satu ini. Aku harus berpikir untuk jurus yang lain! Berpikir yuna!

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"YUUUNAAA!!"




Tidak ada jawaban.



"YUNAAAAAAAA"



Lagi-lagi tidak di grubris.







"JEEOOONNN YUUUUUNNNAAAAAAAAA"

Teriakkan papi membuat seisi rumah bergetar hebat. Lemak yuna pun ikut bergetar. Lumayan ada pembakaran.






Berpikir yuna berpikir!







"Aku berak dicelana, papi!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

I am a fool - Yuna

Daily Life of Jeon's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang