Tetangga Baru

37 5 8
                                    


Yuna membawa kaki kecil nan gempalnya untuk berlari menuju jendela depan rumahnya. Kemudian membawa pantat berisinya untuk memanjat sofa ruang tamu supaya dapat mengintip dari balik jendela dengan sedikit kesusahan.

"Satu... Dua... Tiga..." Yuna mencoba menghitung mobil box berukuran cukup besar yang terparkir diluar perkarangannya, menunjuk dengan jari mungilnya.

"Wah...! Banyak orang diluar sana~," serunya takjub. Matanya berbinar untuk mengamati beberapa orang berseragam oranye cerah yang keluar masuk kedalam box berwarna putih sambil menggotong macam-macam prabotan yang Yuna tidak tahu namanya.

Lalu pandangannya diedarkan kesekitar, memantau. Tidak ada siapa pun disini. Yuna sendiri.

"Yes!" Seru Yuna dalam hati.

Tentu saja, Wonwoo dan Jeongkook sedang terlelap dikamar mereka karena ini sudah masuk jam tidur siang Jeon bersaudara -termasuk Yuna, seharusnya. Sedangkan Mami Jihyo lagi sibuk diruang kerjanya dan Papi Jongki, sudah jelas sedang bekerja dari pagi hari.

Yuna mulai menyunggingkan senyumnya. Matanya berkilat semangat. Kemudian Yuna turun dari sofa, hampir terjatuh karena terlalu bersemangat -atau karena keberatan bongkahan pantat sendiri. Yang jelas dikepalanya sudah ada sebuah ide cemerlang. Jadi dia ingin cepat merealisasikannya.

Sekali lagi Yuna membawa kaki kecilnya untuk berlari ke pintu utama. Melompat dan menjinjit menggapai kunci yang tergantung di lubang kunci.

Cklek.

"Ah! Terbuka." Yuna terlihat girang karena keberhasilannya.


.
.
.
"Woaah!" seru Yuna melihat beberapa perabotan yang tidak tertata didepannya.

Masih dengan tatapan takjub, Yuna mulai melangkahkan kaki kecilnya ke ruangan yang lain. Bibir kecilnya itu masih saja menganga takjub dengan pemandangan berantakan disekitarnya. Sesekali bergumam mengomentari beberapa hal yang menurutnya menarik.

"Kau siapa?"

Yuna terperanjat kaget diposisinya karena pertanyaan tiba-tiba itu.

Jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Tubuhnya juga tiba-tiba terasa kaku. Butiran peluh sebesar biji jagung mulai merembet keluar dari pori-porinya. Dan Yuna sama sekali tidak berani menoleh ke belakang -kearah sumber suara.

.
.
.
Yuna itu penakut.

Dia sangat takut jika dia menoleh kebelakang nanti, dia akan melihat makhluk seperti yang selalu diceritakan oleh Mami Jihyo-nya sebelum tidur malam.

Hitam, besar dan buruk rupa.

Jangan lupa juga taring dan mata merahnya.

Hiii... Yuna sungguh takut.

"Hei aku bertanya padamu. Kau siapa?"

Yuna meneguk salivanya dengan susah payah. Suara asing itu mulai terdengar menuntut tidak sabaran. Tapi Yuna masih tidak ingin menoleh. Tubuhnya kaku, menjadi batu.

"Hyungku berbicara padamu loh." imbuh suara lain ketika menyadari Yuna yang tidak kunjung menoleh.

"Sudahlah Dae Oppa, Wonie-chan..., Dia tidak mendengar kita." ujar sebuah suara yang lebih lembut dari dua suara sebelumnya, menengahi.

"Mungkinkah dia hantu yang ada disini?, "Jika iya, mana tahu, wajahnya rusak. Atau matanya tidak ada. Makanya dia tidak mau melihat kita." Imbuhnya kemudian yang hanya memperburuk suasana hati Yuna.

"Mana mungkin. Kurasa dia orang jahat!"

Yuna merasa dirinya dituduh sebagai orang jahat -bahkan hantu- menjadi tidak terima. Dengan mengumpulkan sedikit keberanian, akhirnya Yuna menoleh -dengan mata terpejam erat.

"A... A-ku bukan orang jahat ya...," Bela Yuna untuk dirinya sendiri. Tentu saja matanya masih menutup rapat. Tapi, kedua tangannya dia kepal kuat di depan dada sebagai perlindungan. Sedangkan kakinya bergetar hebat karena takut.

"Pffft- dia lucu!" Itulah kata sambutan yang diterima Yuna selang beberapa saat hening paska pembelaan dirinya tadi. Diiringi suara kekehan yang bisa dikatakan cukup keras dan menjengkelkan.

Rasanya Yuna ingin menangis saja saat ini. Bagaimana mungkin dia masih dikatai oleh makhluk jahat yang tadi dibelakangnya. Beralaskan perasaan jengkel, Yuna pun memberanikan diri untuk membuka kedua matanya yang disambut oleh pemandangan dari tiga orang bocah yang -rasanya- tidak jauh berbeda dari dirinya.

"Berhentilah tertawa..." Yuna memberengut lucu melihat dua orang dari tiga orang itu tertawa melihat dirinya. Menghentakkan kaki membuktikan bahwa dia jengkel.

"Wah... Ternyata dia bisa bicara." Seru satu-satunya bocah perempuan secara antusias.

"Ten-tentu saja!"

"Jadi, kau siapa?"

Yuna kembali terdiam -bahkan bocah laki-laki yang tadi tertawa juga ikut diam.

Sambil memandang takut-takut kearah salah satu bocah laki-laki yang paling besar diantara mereka sebagai orang yang bertanya, Yuna menjawab, "Aku, Yuna."

"Lalu, sedang apa disini?" Tanya bocah itu lagi.

"Aku hanya melihat-lihat." Cicit Yuna jujur. Entah kenapa dia takut dengan bocah itu.

Lalu, "Rumah Yu-chan dimana?" Tanya sang bocah perempuan, masih dengan rasa antusias yang sama seperti sebelumnya. Membuat bocah laki-laki yang bertanya tadi menjadi diam memperhatikan enggan melanjutkan introgasinya.

"Di-sebelah." Yuna menunjuk sebelah kirinya ragu-ragu yang dibalas 'Oh' panjang oleh sang bocah perempuan.

"Aku suka Yu-chan, ayo berteman!" Kata bocah perempuan itu. Kemudian menjulurkan tangan kanannya untuk dijabat.

"Namaku, Ayaka Jung. Panggil saja Yaka. Salam kenal, Yu-chan."

Awalnya Yuna masih ragu dan takut. Terutama melihat dua bocah laki-laki yang mengapit Yaka itu. Tapi pada akhirnya Yuna luluh. Yuna menerima jabat tangan Yaka dengan sebuah senyuman lebar dibibirnya.








"Ayo kita berteman!"






.
.
.

Begitulah awal pertemanan Yuna dan Yaka

Yuna (5thn)

Yaka (6thn)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yaka (6thn).

Yaka (6thn)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Daily Life of Jeon's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang