1. First Meet

10K 1K 32
                                    

Ditinggal sendirian di kantor dengan setumpuk berkas kasus kejahatan itu total membuatnya suntuk. Seolah setiap hari makin banyak saja kejahatan yang terjadi dan tak berhenti-berhenti. Beban yang ditanggung juga makin banyak pula dengan kasus-kasus semacam ini. Jadi seorang detektif itu tak mudah tetapi tak sulit juga kalau dilakukan dengan senang hati. Di hari lain ketika tak sibuk dengan setumpuk berkas kejahatan, ia akan berkejar-kejaran dengan sekelompok penjahat hingga bermain senjata pula.

Pemuda itu mendengus, mengusak helaian cokelat gelapnya kemudia membali kertas di hadapannya. Tampak disana foto seorang pemuda dengan senyuman cukup manis dan wajah bayi nya. Tertulis dengan jelas dengan tinta hitam bahwa pemuda itu adalah seorang buronan sejak tahun dua ribu lima belas dengan kasus yang bervariasi. Mulai dari pengedar obat-obatan, pencurian hingga penjualan manusia di pasar gelap.

Wow, covernya sama sekali tak cocok untuk menjadi seorang penjahat kelas kakap begitu.

Sepertinya disini berlaku bahwa penampilan luar bukan menjadi patokan atas perilaku seseorang. Bahkan wajah baik belum tentu bahwa perilakunya juga akan sama baik, begitupun dengan wajah yang biasa saja belum berarti perilakunya buruk.

Sekaleng cola sudah habis diteguknya. Masih ada sisa sekitar sepuluh berkas kejahatan lagi yang belum diperiksa. Jam sudah menunjukkan sebelas malam dan ia sendirian di kantor. Beberapa rekan divisi lain sudah ada yang tidur di kamar yang disediakan si markas dan rekan se-divisi nya sedang melakukan patroli malam di luar.

KLING KLING

One missed call from Jiminie

"Ada apa lagi menelpon hhh-." Tangannya kembali menekan tombol hijau dan langsung di angkat dengan cepat. Suara engahan nafas keras seperti orang yang sedang berlari terdengar disana. Apa yang Jimin lakukan malam-malam begini?

'OI, KEMARI CEPAT!!'

"Kemana? Posisi sebutkan?" Pemuda itu dengan cepat memakai sepatu dan berlari ke luar kantornya untuk mengambil mobil. Ia tahu kalau rekannya itu sedang melakukan pengejaran terhadap sesuatu.

'Gangnam-gu, area COEX Mall. Seorang pencuri kecil brengsek menguji adrenalinku, Kim. Kemari, kita tangkap bedebah kecil ini.'

Dan setelah itu sambungan telepon total terputus.

--------

Terjebak di antara himpitan gedung dengan dikepung dua polisi kelewat tampan memang bukan impiannya. Tapi kali ini ia rela ditangkap oleh salah satu diantara dua polisi itu.

"Jangan bergerak atau peluru ini akan menembus kulitmu, bocah." Ancaman itu tak membuatnya takut. Justru hal ini makin membuat nya tertantang. Detektif dengan helaian cokelat gelap dan wajah se-tampan dewa Yunani itu hanya memasang wajah datar sambil memainkan borgol besi di tangannya saja. Berbeda dengan rekannya yang sibuk mengacungkan senjata api ke pemuda manis di pojok gang.

"Rekanmu tampan, Hyung. Dia diam saja, tak sepertimu yang sepertinya banyak menghabiskan energi untuk mengejarku." Ucapnya angkuh. Si manis berhoodie merah itu mendekat ke arah sang rekan, mengulurkan tangannya secara sukarela untuk dikekang.

"Ayo, bawa aku ke markas, tampan." Goda nya dengan nada kelewat manis. Jimin yang menyaksikan momen itu hanya bisa mendecih kesal. Bahkan rekannya itu hanya diam, dan pencuri itu langsung menyerahkan diri.

Wah, memang ketampanan selalu menjadi pemenang.

"Tampan? Kau homo?" Suara bariton itu telak membuat si pencuri eargasm. Sialan, suaranya benar-benae seksi. Dikepalanya sudah membayangkan banyak adegan-

"Tak usah banyak berimajinasi, bocah."

"Tidak, kok. Kata siapa aku sedang berimajinasi?" Sangkalnya gugup. Pipi gembilnya bersemu tipis menandakan bahwa sang detektif berhasil menebak isi kepalanya.

"Aku tidak homo, Tuan detektif. Aku normal-lurus."

Bertingkah seperti seorang straight tapi memikirkan adegan kotor di kepala dengan sang detektif.

KRAK

Terkunci dalam kekangan kuat. Tangannya ditarik lumayan kasar tetapi pemuda manis itu tertawa seperti orang gila. Jimin mengikuti dari belakang dan ia menebak kalau pencuri kecil itu tertarik dengan kawannya.

Tak ada pilihan selain menurut. Ia duduk di samping detektif ber name tag Kim itu dengan dada yang berdebar kencang.

"Uh- namamu siapa?" Si manis berucap gugup, lain dengan sang detektif yang masih tidak berekspresi.

"Kau sudah melihatnya di name tag ku. Jangan berisik, aku tidak menyukainya."

Sungguh seorang pembunuh percakapan.

"Aku Jeon Jungkook. Sebuah informasi, aku tidak melakukan pencurian itu. Temanku yang melakukannya. Aku hanya menemaninya saja."

"Oh, Jungkook-ssi, kerja bagus. Tapi tetap saja kau bersalah karena sudah mengikuti temanmu itu."

Demi apa, detektif tampan nan panas ini membuatnya kesal padahal ini baru pertemuan pertama mereka.

--------

Iya tau woee work baru lagi. Gue gak bisa nahan begitu liat video Jimin fansign di JIMINBASE.
Makasih admin-nim sudah memberi imajinasi ini sama gue.

Btw, ini taekook ya. Ada vmin juga karena gue lagi gemes sama mereka berdua. Terus ada eunwoo x jungkook juga karena gue lagi tergila-gila sama eunwoo T-T

Tertarik?
Berniat untuk lanjut atau stop disini?

Selamat malam dan selamat membaca♡♡

Thief +taekook Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang