6. Meet Again?

4.7K 750 4
                                    

Jimin masih setia berdiri sambil bersedekap di pembatas mejanya dengan meja rekan satu divisinya. Matanya menatap Taehyung dengan tajam. Ada rasa kesal yang tersorot di mata gelap rekan sejawatnya itu. Desah nafas Taehyung membuat Jimin membenarkan posisi nya.

"Apa, Jim?" Pertanyaan Taehyung membuat Jimin membuang nafasnya cepat. "Kau tolol atau idiot, sih?"
Ungkapnya kesal. Taehyung memijat tulang hidungnya lelah. Apa maksud rekan se-divisinya itu sebenarnya?

"Kau itu tolol atau idiot, huh?" Kening Taehyung makin mengerut mendengar Jimin berbicara. Apalagi ini? Kenapa Jimin seperti kesal kepadanya? Salahnya dimana?

"Tidak usah berpikir dimana letak kesalahanmu." Sejenak terjeda. "Kenapa kau melepaskan bedebah cilik itu?"

"Ada masalah dengan itu?" Bukannya menjawab apa yang sudah ditanyakan oleh rekannya, pemuda itu memilh untuk bertanya lagi. "Hei, kalau kau tak amnesia karena kau yang kemarin ditugaskan untuk memeriksa berkas buronan divisi kita." Taehyung mengangguk, ia mengerti kalau kemarin telah ditugaskan untuk memeriksa berkas terkait beberapa tersangka yang masih dalam tahap pengejaran oleh kepolisian.

"Oh ya Tuhan, Kim Taehyung!"

"Apa?"

"Idiot. Bedebah itu buronan divisi kita. Sadarlah." Jimin mendecih, menatap pemuda kelahiran Busan itu aneh. "Lalu kenapa kalau dia buronan divisi kita?"

"Itu artinya jangan membebaskannya, tolol." Geraman kesal dari rekannya telak membuatnya tertawa terbahak-bahak. "Biarkan saja. Lagipula, dia sudah memberikan bibir nya semalam."

Oh, dasar otak mesum.

"Terserahlah, Kim. Besok-besok, bebaskan saja semua buronan yang bertubuh montok seperi Jungkook." Pemuda dengan kaos hitam itu terbahak kemudian menarik pergelangan tangan Jimin ketika hendak melengos. "Hei, hei. Aku tidak bodoh. Ingat, aku adalah lolosan akademi terbaik. Aku tidak mudah melepaskan bedebah kecil incaran kita bertahun-tahun." Ungkapnya bangga sembari menepuk dadanya keras-keras. Jimin memutar kedua bola matanya lalu kembali bersedekap.

"Cih, sombong sekali."

"Ia tetap berada di genggamanku, Jim. Tenang saja. Aku hanya mengikuti permainannya saja."

Permainan, Kim?
Yakin?

"Ya, permainan." Tegasnya sekali lagi. "Jangan khawatir. Apabila timing nya tepat, kita akan membekuk bedebah kecil dan rekannya sekali operasi." Senyumnya misterius. Taehyung memang sengaja menaruh umpan dengan pura-pura bertekuk lutut pada Jungkook. Sebuah taktik licik yang ia pelajari selama di akademi.

"Awas kalau kau sampai menaruh perasaan dengan buronan kita, Kim." Ancam Jimin tegas. Ia tak mau Taehyung sampai melibatkan perasaannya dalam bertugas karena itu sangat-sangat tidak profesional, terutama di kalangan penegak hukum. Disini, semua orang dituntut untuk tidak bermain perasaan alias mati hati agar tidak menyusahkan diri.

Tahu kan, kalau perasaan itu kadang menghancurkan semuanya? Jimin tahu karena ia nyaris terbunuh karena salah menaruh perasaan pada seorang penjahat yang ditangkapnya. Pemuda itu tak ingin kalau rekannya sampai melakukan hal idiot yang pernah terjadi.

Setidaknya begitu.

Ia sudah memperingati Taehyung agar tidak bermain perasaan dalam pekerjaan berbahaya yang dilakoninya.

-------

Bir kaleng menjadi pilihan minuman sepulang bekerja. Lumayan untuk pereda stress setelah dihadapkan pada setumpuk berkas kasus kriminal yang dirasa makin bertambah setiap hari.

Taehyung memijat sisi kepalanya yang mulai berdenyut sakit. Raganya terasa letih, begitu juga psikisnya karena efek jarang beristirahat dan juga makan yang sama sekali tak teratur. Ia tak pernah pulang ke apartemennya karena terus menerus tidur di kamar yang ada di kantor. Satu hingga empat jam adalah waktu tidurnya. Selebihnya digunakan untuk memburu penjahat, rapat divisi hingga memeriksa berkas.

Kaleng ke tiga sudah tak berisi, lenyap karena diteguk rakus tanpa henti. Kepalanya terkulai diatas meja, menatap sekitar dengan pandangan buram karena fokusnya mulai hilang. Perlahan tapi pasti, ketidaksadaran mulai merenggutnya sebelum tepukan dua kali dibahu membuat Taehyung tersadar.

"Selamat malam, detektif." Sapanya manis.

Taehyung mencoba memfokuskan pandangannya. Dan ia menemukan bedebah kecil yang sialnya manis kini duduk di sampingnya.

Oh, sial.
Mata bulat, bibir tipisnya begitu menggugah rasa gemasnya saat ini.

"Detektif Kim? Kau mabuk, ya?" Tanya si manis khawatir. Tangannya mengusap pipi tirus sang detektif yang memerah secara perlahan.

"Ugh- apa kau-hhk. . . Jungkook?" Taehyung bertanya dengan nada kacaunya. Pemuda itu terhuyung begitu berdiri kemudian oleng sampai Jungkook menarik lengan sang detektif untuk melingkar di bahu sempitnya.

"Iya. Ini aku, Detektif Kim." Jawabnya lugas. Sembari berjalan menyusuri trotoar, Jungkook tersenyum mendengar ocehan-ocehan konyol yang keluar dari mulut Taehyung.

Pemuda Kim berhenti, menarik tangannya dari bahu Jungkook kemudian jemari telunjuknya naik untuk menunjuk wajah Jungkook sembari tersenyum lebar. "Ah, kita bertemu lagi ya, Jungkook." Kekehan bercampur dengan cegukan sontak membuat Jungkook tertawa. Dibalik sikap dinginnya, ternyata Detektif itu memiliki sisi konyolnya, sama seperti kebanyakan orang. Hanya saja, Taehyung dapat menyembunyikannya dengan luar biasa baik dan selalu memasang topeng dinginnya ketika diluar.

"Kau mabuk, Detektif. Kemarilah!" Jungkook kembali menarik tangan Taehyung agar dapat melingkar di bahunya. Untung saja Taehyung itu ringan, jadi kalau pemuda itu tiba-tiba tak sadarkan diri, ia bisa menggedongnya sampai markas.

"Uhuk- kau manis omong-omong." Puji Taehyung kacau. Pipi Jungkook memerah telak, wajahnya terasa panas karena pujian tak sadar dari sang Detektif. Baru dalam dua puluh lima tahun hidupnya ini, ada seseorang yang memujinya begitu.

"Terimaka- . . ."

'OUGH !'

"BAJINGAN! KAU MEMUNTAHKANNYA DI BAJUKU!" Teriaknya kesal karena tiba-tiba Taehyung mengeluarkan nyaris seluruh isi perutnya tepat di bajunya.

"Ah, maaf!"

BRUK

Taehyung total tak sadarkan diri setelah mengucapkan maaf, meninggalkan Jungkook dengan seribu umpatan kesal yang mengudara di langit Seoul.

------

Thief +taekook Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang