2. Little Shit

5.4K 928 43
                                    

Bunyi siulan si pencuri kecil terdengar santai, seolah tak ada kejadian apapun yang menimpa dirinya. Lumrah nya, untuk seorang yang sedang berada di ruang interogasi akan merasa gelisah dan terpojok. Tapi pemuda bernama Jungkook itu sama sekali tak merasa terpojok ataupun gelisah. Justru hal itu membuat Detektif Park yang akan menginterogasi nya sedikit bingung.

"Kemana rekanmu, Detektif?"

"Rekanku? Siapa?" Jimin pura-pura tak menahami apa yang di tanyakan Jungkook. Padahal sebenarnya ia paham. Sangat paham kalau pencuri kecilnya ingin sekali di interogasi oleh rekan sejawatnya itu.

"Detektif Kim, tentu saja. Dia lebih tampan darimu, omong-omong." Sedikit kurang ajar memang dengan membandingkan fisik. Tak apa, Jimin sudah terbiasa dengan itu.

"Kau bedebah cilik. Untuk apa menanyakan dia? Detektif Kim sedang ada pekerjaan lain di kantor." Jelas sang detektif. Pemuda manis dengan tangan terborgol di atas meja itu lesu. Wajahnya menunduk dengan bibir yang mempaut.

"Jadi, dimana rekanmu?" Tanya Jimin. Tapi selama lima menit berikutnya, ia hanya mendapat keterdiaman dari sang tersangka. Pemuda itu keliatan sangat lesu sekali ketika tahu ternyata yang menginterogasi nya bukanlah detektif tampan itu.

"Jungkook-ssi. . . ?"

'Hngg-. . .'

Ya tuhan. Payah sekali.
Bedebah cilik ini ingin rekannya hingga sebegini desperate?
Sialan.

"Tidak ingin menjawabnya?" Jungkook menggeleng, kontras menunjukkan ketidakmauan akan interogasi dengan rekan sang detektif tampan.

"Baiklah. Aku permisi."

Persetan dengan interogasi.
Jimin butuh Taehyung untuk melakukan hal sepele macam ini agar si pencuri cilik mau membuka mulut.

-------

Jungkook mengangkat kepalanya cepat begitu mendengar pintu dibuka dari luar. Lidahnya mendadak kelu kala melihat sang detektif masuk hanya dengan mengenakan kaus hitam ketat dan jeans berwarna sama.

From top to toe,
Detektif Kim sangat panas.
Sempurna sekali, untuk membuat tubuhnya ikut panas.

Sebuah map abu berisi berkas, sengaja dilempar ke atas meja dengan kasar. Tapi semua itu tak membuat Jungkook takut. Karena matanya masih terpaku pada tato yang mengintip dari balik kerah v neck sang detektif.

"Ouh- Detektif Kim. Kau datang. Aku menunggumu omong-omong." Nada bicara Jungkook dibuat mendayu, merayu sang detektif agar jatuh ke dalam pesonanya.

"Cih, kalau Jimin tidak memohon-mohon tadi, aku juga tak akan sudi menginterogasi bedebah kecil sepertimu." Tajam, tapi Jungkook menyukainya. Pria dengan mulut seperti Taehyung itu pasti panas di ranjang. Itu terbukti.

Dan feeling nya mengatakan, detektif Kim bukan orang yang suka bermain lembut di ranjang.

Uh- sialan.

Tubuhnya makin merinding membayangkan adegan-adegan erotis.

"Oi, kenapa ekspresimu seperti jalang begitu?"

"Mm- detektif. Kemari, aku butuh bantuanmu untuk melepas borgol sebentar. Ingin buang air." Wajahnya memelas, memohon bantuan kepada sang detektif untuk membuka kekangannya.

"Alasan."

"Tolonglah, Detektif. Kau tidak mau kan aku buang air di sini?" Jungkooo hanya berdoa dalam hati kalau sang detektif akan mengabulkan permintaannya yang tentunya hanya sebuah trik untuk membebaskan diri.

"Baiklah. Jangan menipuku, oke?" Sangat mudah mengelabui, pikir Jungkook. Tanpa pemuda itu sadari, sebenarnya, sang detektif sudah tau semua itu hanya sebuah trik. Ia telah bekerja di kepolisian dan di berbagai macam departemen selama sepuluh tahun belakangan ini. Sudah terlampau tahu bagaimana trik-trik yang dilakukan para penjahat untuk melarikan diri. Dan si pencuri cilik, terlampau bodoh.

KRAK

Yang Taehyung perkirakan adalah sang pencuri yang melarikan diri. Tapi semuanya tidak terjadi. Yang ada, bedebah cilik itu kini memojokkan dirinya di meja interogasi. Ia dapat merasakan bagaimana jemari kelewat lentik untuk ukuran seorang pemuda, kini merambat ke dadanya, mengusap halus sarat akan gairah.

"Aroma hyung sungguh memabukkan. Aku menyukainya." Hidunya menyusuri rahang hingga leher jenjang sang detektif, menghirup aroma maskulin yang pekat.

Taehyung tersenyum. Tangannya naik, merambat ke pinggang ramping Jungkook untuk mengusapnya pelan. Bermain sebentar dengan seorang buronan tak masalah.

"Kau menyukainya tentu saja. Kau bilang, kau itu bukan seorang homo."

"Aku hanya homo untukmu, Detektif Kim." Jungkook tersenyum tipis dan Taehyung tertawa kecil. Ia menyandarkan kepalanya di dada sang detektif.

"Baiklah. Ingin menceritakan kegiatanmu yang tadi?"

"Dengan senang hati aku akan menceritakan dari awal sampai akhir." Taehyung tersenyum, matanya melirik ke arah jendela yang menghubungkan antara ruang kontrol dengan ruang interogasi, memberi kode dengan wajah mengejeknya kepada rekan sejawatnya, Park Jimin.

"Tapi detektif, aku tidak mau melakukannya diruang ini."

"Apa maksudmu?" Kening Taehyung mengerinyit bingung atas pernyataan Jungkook barusan.

Pemuda manis itu menekan bahu sang detektif, mendekatkan bibirnya ke telinga untuk membisikkan sesuatu.

'Bawa aku ke ruanganmu, detektif. Akan ku ceritakan semuanya dari awal sampai akhir. Mungkin dengan sedikit permainan akan lebih bagus.'

Bedebah kecil licik.

Dirinya bukan tak paham apa maksud 'permainan' yang disebutkan tersangka.

"Bagaimana, Detektif Kim? Berminat akan tawaranku?"

Bedebah gila.

Baru sekali ini, dalam sepuluh tahun jajak karirnya, ada seorang tersangka yang terangsang dengan dirinnya.

Siapa lagi kalau bukan Jeon Jungkook?

-------

Gatau w gabisa nahan ngetik ginian :(
Ngebayangin adek bisa segini liarnya seharian ini bikin kepala sakeeet. Sialun emg :(

Lanjut ora iki?

Thief +taekook Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang