Prolog

14.9K 488 6
                                    

Jarum jam bergerak menuju angka lima. Langit malam perlahan berubah menghantarkan sinar milik sang Surya.

Amira terbangun dengan seorang lelaki yang tertidur lelap disampingnya. Dia adalah Bastian. Sesaat Amira menatap wajah lelaki itu tanpa berkedip, mengamati dengan betul, akan seperti apa rupa anak mereka nanti ? Jika sang Ayah berwajah setampan ini?

"Selamat pagi"

Amira buru-buru memalingkan wajahnya, ia yakin jika kedua pipinya kini sudah bersemu kemerahan.

"Pagi"

Degub jantung Amira serasa meningkat drastis secara seketika. Perubahan yang membuat cairan keringat di pelipisnya mulai nampak menunjukkan bahwa ia tengah panik sekarang.

Bastian membuka kedua matanya, tersenyum sambil memandangi wajah wanita disebelahnya dari samping. Rambut hitamnya tergerai bebas sepanjang bahu. Rasanya, kini Bastian sudah melihat Amira dari segala sisi, dan tidak ada yang ia sesali. Ia yakin itu.

"Aku sholat di masjid, ya?"

"Eh?" Amira menoleh, "i.. iya"

Bastian tertawa kecil, gemas melihat tingkah laku isterinya, ia bangkit sambil menyibakkan bed cover berwarna biru yang membungkus tubuhnya.

"Kamu mau mandi duluan?"

"Enggak, kamu aja, Bas" jawab Amira sedikit gelagapan.

Lagi Bastian tertawa, "okey"

Amira memandangi punggung Bastian yang menghilang dibalik dinding kamar mandi. Punggung lebar itu, ia yang akan melindungi Amira mulai sekarang dan sampai, Tuhan memutuskan untuk menggantinya.

Berkas CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang