Gelap malam terlihat dari balik jendela besar di samping ranjang. Amira terbangun dengan tenggorokannya yang terasa begitu perih, juga matanya yang begitu bengkak. Ia berbalik dan melihat Bastian tengah menghadap kearahnya sambil lelaki itu meringkuk. Hidungnya memerah dan matanya membengkak.
Seketika Amira menjadi berpikir. Mengapa ia begitu egois dan merasa jika dirinya lah yang paling terluka? Mengapa tidak ia menengok ke arah Bastian? Suaminya? Lelaki ini... mungkin kah ia yang sebenarnya jauh lebih terluka dari pada Amira?
Tangan Amira merambat mengelus rambut Bastian yang begitu halus. Bastian sangat suka jika diperlakukan seperti ini oleh Amira. Amira tersenyum getir. Ia kembali terisak. Dan ia tak mampu menyembunyikannya, sehingga Bastian pun terbangun. Lelaki itu tampak kebingungan.
"Ra, kenapa?" Bastian merubah posisinya menjadi duduk, ia menatap Amira cemas.
"Bas" Amira ikut merubah posisinya menjadi duduk, ia menatap Bastian dalam.
"Ya?"
"Aku ikhlas, kamu menikah lagi."
Bastian termangu diam. Ia menatap Amira ragu. Ia tidak yakin dengan ucapan Amira di jam yang hampir sepertiga malam ini. Apa yang membuat Amira mengubah keputusannya begitu saja?
"Tapi kamu gak boleh kemana-mana , Ra" pinta Bastian sambil menggeleng.
Amira mengangguk, "aku gak akan selalu ada didamping kamu, Bastian"
Bastian menarik tubuh mungil Amira ke dalam pelukannya. Kepalanya menyelinap dibalik rambut panjang Amira yang tergerai bebas. Ia hanya ingin wanita ini tahu, betapa ia mencintai wanita ini, sangat. Dan menikah lagi bukanlah benar-benar suatu keinginan yang berasal dari hatinya.
oOo
Satu minggu setelah permintaan Bastian kala itu , untuk menikah lagi, keadaan rumah tangga mereka mulai membaik. Bastian seperti biasa, selalu memperlakukannya dengan manis. Mereka selayaknya pasangan muda yang tengah dimabuk asmara. Setiap pagi Amira bangun terlebih dulu untuk membantu Bastian mempersiapkan diri, dan setiap malam Amira akan menunggu Bastian pulang dan membantu Bastian membersihkan diri. Selalu seperti itu.
Sampai pada hari ini, subuh-subuh sekali, saat ia terbangun, Bastian tidak ada di sebelahnya. Ia mencari Bastian kemanapun dan tidak menemukannya. Ponsel Bastian masih berada di atas nakas, itu berarti Bastian tidak membawanya saat lelaki itu pergi.
Jujur Amira cemas, kemana Bastian kira-kira?
Terduduk di atas sofa panjang di ruang keluarga, Amira terdiam sambil memandangi TV tidak fokus. Pikirannya jadi kalut, memikirkan Bastian. Sudah hampir jam sembilan pagi, dan lelaki itu tak kunjung pulang. Apa mungkin Bastian pergi ke kantor? Di hari minggu seperti ini? Rasanya aneh sekali. Lalu kemana perginya lelaki itu?
oOo
Di suatu restoran bernuansa Eropa, di pusat Ibukota, Bastian sengaja mengumpulkan dua orang manusia yang tak lain adalah orangtua Amira. Bastian berencana untuk mengajak kedua orangtua barunya itu untuk jalan-jalan seharian.
Kini mereka tengah menikmati makan siang, setelah selesai berbelanja beberapa gamis juga tas untuk Ibu. Sementara Bapak, Bapak belum menentukan pilihannya, seleranya begitu tinggi, pikir Bastian.
Bastian sengaja tidak memberitahu Amira perihal kepergiannya, ia ingin merasakan quality time bersama Ibu dan Bapak. Ia ingin sekali membahagiakan dua orang berusia dua kali lipat dari usianya, ini, dalam jenis apapun itu.
Melihat bagaimana Ibu dan Bapak yang sangat bahagia bercanda gurau membicarakan masa muda mereka, Bastian semakin merasa bersalah . Keputusannya untuk menikah lagi, lupa ia bicarakan dengan kedua orangtuanya ini. Tidak tega, tentu Bastian tidak tega. Apalagi mengingat kondisi Bapak yang sedang tidak stabil. Ia takut jika kabar buruk darinya malah akan mempengaruhi kesehatan Bapak. Ia sudah menganggap Ibu dan Bapak, seperti orangtuanya sendiri, tentu ia akan merasa sedih jika suatu hal buruk terjadi pada kedua orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berkas Cerita
RomanceSetelah yakin dan meyakini kedua orangtua Amira bahwa Bastian serius, serius untuk menikahi seorang Amira, saat itulah terjadi pernikahan diantara mereka. Untuk pertama kalinya Amira berada dalam radius yang sangat dekat dengan lawan jenisnya, dan t...