3 -- Rahasia Keluarga

59 12 1
                                    

Lana POV

"Bang, masih sakit ya luka di pipinya itu?"

"Ya iyalah, Singa Betina!" gerutu Rion, suaranya meninggi. "Kamu kira ini gak sakit apa? Teman-teman Abang di sekolah sampai heboh karena wajah tampan maksimal ini dinodai luka bakar kayak tompel!"

Kami sedang berada di dalam mobil, berangkat menuju sekolah.

Sekolah kami sama, tapi hanya beda tingkatan. Berada di kompleks yang sama, tapi gedung yang berbeda. Jadi cukup mudah kalau soal menjemput.

"Lebay banget, deh, itu baru level noob, lho, luka bakarnya di pipi. Belum masuk "Elite III" bang," jawabku santai, memakan roti lapis sisa sarapan tadi—dengan caraku sendiri. Tidak perlu kuberitahu caranya, bukan?

"Kamu itu, jangan samain kekuatan kamu sama moba favorit Abang!" sahutnya, menyilangkan kedua lengannya.

"Dasar biang kerok, wajahnya aja sudah setengah rusak, masih berkoak kayak ayam bangun pagi-pagi." gumamku, menoleh dari Rion.

"Apa?!" Suara Rion meninggi, menatapku dengan mata tajam.

Akhirnya dia dihentikan oleh Ayah dengan kata pamungkasnya, "Mau turun sekarang?"

Dalam sekejap, sang babu pun terdiam.

"Kamu sabar aja, Rion. Kamu baru hadapin adik kamu, belum istri ataupun dunia kerja," Ayah berkata pelan, menatap jalan raya. Fokus mengemudi.

"Kok malah bahas istri, Yah? Kan nggak mungkin ada cewek yang mau sama biang kerok yang pekerjaannya babu ini," sahutku, tertawa sinis sambil menyilangkan tangan.

"Eh? Kok babu? Siapa yang berani jadiin kamu babu, Bang?" Ayah akhirnya menoleh. Kami berhenti di lampu merah perempatan jalan.

Rion menepuk dahi, merasa kecewa dengan ketidakpekaan Ayah.

"Yah siapa lagi kalau bukan Nala si istri Simba," jawab Rion ketus, melirikku.

"Kan memang babu," jawabku singkat, menoleh ke luar jendela.

Rion sudah berubah dari mode sabar menjadi marah, sedangkan aku berubah dari gentle ke savage secara bersamaan.

"Bang," Ayah berkata lembut, menatapku dengan wajah pasrah.

Aku yang melihat Ayah mengangkat bahu. Apa salahku, Ayah? Demikian maksud raut wajahku—aku yakin.

***

Kalau dipikir-pikir, aku saja masih bingung kenapa hanya aku yang mendapatkan kekuatan aneh ini dalam keluargaku.

Aku sebagai anak bungsu saja sudah merasakan yang namanya bersyukur karena lebih disayang sama Bunda dan Ayah—kata Rion si biang kerok sih. Tapi aku tetap bingung.

Mengapa Tuhan memberikanku kekuatan ini? Apa gunanya? Untuk membasmi para biang kerok di dunia ini? Pencuri pulpen yang tidak mau ngaku saat ditanya? Orang yang pura-pura menjadi baik hanya untuk barang atau reputasi?

Tapi yang jelas, kekuatan ini membuatku unik dari gadis-gadis remaja lainnya.

Aku mungkin sama seperti yang lainnya—suka nonton drakor, baca novel, nyebut-nyebut idol Korea suami atau pacar, mendengarkan lagu, dan lain sebagainya—tapi aku tetap saja berbeda.

Hanya karena aku bisa mengeluarkan listrik dari telapak tanganku. Terkadang, aku bertanya pada diriku sendiri: Apa aku bisa bertahan dengan kondisiku ini?

***

"Hei,"

"Hei, Lana,"

"HEI, SINGA BETINA!!"

Aku tersadar dari lamunanku, dan segera menoleh.

"Kamu memang suka ya julukan itu, sampai-sampai nama asli dipanggil aja nggak balik-balik," Rion menyeringai, menyilangkan kedua tangannya.

"Mau ada luka di pipi satunya?" Aku tersenyum "riang", melakukan pemanasan jari.

"Tidak jadi," Rion langsung berbalik ke depan, duduk normal—tangan dan kaki gemetaran, ditambah keringat dingin.

"Kalian sudah selesai dramanya?"

"Hah?" sahutku heran, mendongakkan kepala.

"Kalau sudah selesai baca skrip dialog dramanya, silahkan turun, Rion dan Lana Adirgana." lanjut Ayah, dengan tatapan mata yang seram melalui kacamatanya itu.

Aku menoleh ke jendela, dan sudah melihat kompleks sekolahku.

"Ba-baik, Yah!" sahutku dan Rion kompak—sahut ketakutan. Kami segera mencium tangan Ayah, lalu turun dari mobil.

"Nanti Ayah jemput jam tiga, ya! Kalau nggak jadi, nanti Ayah ngabarin sama pesankan mobil online!" sahut Ayah melalui jendela mobil yang ia buka.

"Ok!" jawabku, memasang simbol okay dengan tangan.

"Ok!" jawab Rion dengan gestur yang sama.
***

Sebelumnya, Selamat Hari Raya Idul Adha untuk yang merayakan, Author mohon maaf lahir dan bathin, ya!🙏🏻✨

With Love,

PoccoLoco/A.N

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret of LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang