1

84 15 41
                                    

"Kau pikir saya ini apa? Hah?" Bentak seorang lelaki paruh baya kepada seorang wanita yang sedang menangis. Usia yang wanita paling tidak beda jauh dari usia si lelaki, tapi jika ditilik dari raut wajahnya kelihatan lebih muda dari usianya

"Saya ini suami kamu, jangan perlakukan saya seperti anak kecil!" Lanjut yang lelaki menatap tajam ke arah si wanita.

"Kau yang memperlakukan saya seperti anak kecil, kau pikir saya tidak tahu tentang hubungan gelap mu itu!" Ucap yang wanita balas membentak.

"Hentikan ucapan mu itu! jangan buat saya kehilangan kendali." Ucap si lelaki geram, mengacak dengan kasar rambutnya.

"Kenapa? kau tidak suka mendengarnya? memang kenyataannya begitu kan? kau mempunyai hubungan dengan si jalang itu." Ucap si wanita makin menjadi jadi.
Si lelaki sudah tidak dapat menahan emosi nya lagi, nafasnya tak beraturan.

PLAAK!!

Satu tamparan mendarat mulus di pipi yang wanita. Memegangi pipinya karena terasa panas habis ditampar. Yang wanita kesetanan, mendorong benda apa saja yang ada di sekitarnya, mencoba meluapkan emosi nya.

"Aarrgh!" Teriak Kiara bangkit dari tidurnya. Tubuhnya berkeringat, dadanya naik turun,nafasnya tak beraturan.

"Shit! Mimpi itu lagi." Umpat Kiara. Matanya sekilas menatap jam dinding yang ada di kamarnya.
Pukul 04.48 pagi.
Bola matanya menjelajahi semua sudut yang ada di kamarnya. Hingga matanya tertumpu pada sebuah dream catcher yang tergantung manis di dekat jendela.

"Katanya dream catcher bisa menangkal mimpi buruk, tapi mimpi bodoh itu tetap saja menghantuiku." Ucap Kiara mengumpat. Keringat membasahi sekitaran keningnya. Hari ini terganggu lagi tidur nyenyaknya.

                         *  *  *
Kiara berjalan ke ruang tengah dengan tergesa gesa. Seragam sekolahnya awut awutan.
Sudah pukul 07.45 pagi, dia sudah terlambat untuk ke sekolah. Mungkin gerbang depan sekolah sudah ditutup oleh satpam sekolah sejak 15 menit yang lalu. Kiara berjalan ke sofa yang ada di ruang tengah, dan melihat wanita paruh baya sedang duduk di sofa menatap termenung ke arah figura foto yang tergantung manis di dinding ruang tengah.

"Pagi ma!" Sapa kiara dan mencium kedua pipi mamanya. Mama tidak menghiraukan Kiara, juga tidak membalas sapaan Kiara. Matanya masih terpaku pada sebuah figura foto keluarga yang tergantung manis di dinding. Di figura foto tersebut terlihat gambar keluarga Kiara yang tersenyum bahagia. Ada mama, papa, Kiara,dan Azka. Azka adalah kembaran Kiara yang sekarang mendekam di penjara karena kasus pembunuhan. Dan papa? tuhan terlalu menyayangi papa sehingga tuhan tidak ingin papa hidup lebih lama lagi di dunia. Mama Kiara tidak bisa bicara (tunawicara), karna kecelakaan yang dialami mama dua tahun lalu, dan mama hanya bisa berbicara dengan bahasa isyarat. Itu salah satu alasan yang membuat mama terpukul sampai saat sekarang ini.

Kiara duduk di sofa kosong disamping mamanya, dan meneguk coklat panas yang sudah disiapkan pembantunya. Kiara meneguk coklat panas dengan santai tidak memperdulikan kalau ia sudah terlambat. Dari arah dapur terlihat wanita yang tidak beda jauh umurnya dengan Kiara mendekat ke ruang tengah, dengan nampan di tangannya.

"Roti bakar Ki!" Seru pembantu Kiara girang.
Mbak Shae. itu nama pembantu Kiara.
Meletakkan piring yang berisi roti bakar di atas meja. Kiara menatap mbak Shae sekilas lalu beralih ke mama.

"Ma, suapin Kia ya!!" Rajuk Kia manja kepada mamanya.
Namun sama sekali tidak digubris mama. Mama malah menatap mbak Shae, dan berbicara kepada mbak Shae melalui bahasa isyarat.

"Turunkan figura foto itu! Saya tidak ingin melihat nya lagi." Ucap mama kepada mbak Shae, Kiara terkejut mendengar perkataan matanya, menatap mama tidak percaya.

MI AMANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang