5

9 5 0
                                    

"Ntar malem jemput ya! Daaa!" Ucap Kiara turun dari dalam mobil Kanza.
Kiara melambaikan tangan ketika mobil jazz merah Kanza melaju meninggalkan komplek perumahan Kiara. Teman temannya balas melambaikan tangan.
Kiara membuka pintu gerbang rumahnya. Saat Kiara masuk ke dalam rumah, Kiara melihat pemandangan yang tidak biasanya ia lihat.

Kok rame banget sih? Ada apaan?

Ada banyak orang di rumah Kiara.
Bukan tamu, melainkan para pekerja yang sedang mendekorasi rumah. Kiara melihat mamanya yang sedang mengutak atik ponselnya.

Sibuk banget.

"Eh, mbak!" Panggil Kiara menghentikan langkah mbak Shae.

"Ini ada apaan? Rame banget." Tanya Kiara melihat sekeliling nya yang penuh dengan pekerja.

"Oh ini, kan mau nikahan." Jawab mbak Shae santai yang berhasil membuat Kiara kebingungan mendengar jawaban mbak Shae yang menurutnya setengah tengah.

"Nikahan siapa sih mbak? Kiara kan masih sekolah, mbak yang mau nikah?" Tanya Kiara.

"Yeee bukan, itu si mama yang mau nikah." Jawab mbak Shae, mata Kiara membelalak kaget mendengar jawaban mbak Shae. Tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

Mama mau nikah?
Mama udah gak cinta lagi sama papa?
Papa belum genap dua tahun meninggal. Dan sekarang mama mau nikah?

Kiara tersadar dari dialog batinnya. Dan mendapati mamanya yang sedang berdiri bersidekap dada tepat didepannya, dan menatap dirinya dengan tajam.

"Ma!" Sapa Kiara tersenyum lebar ke arah mamanya. Dan seperti biasa, tanpa ada respon sedikitpun. Kiara ingin menyalim tangan mamanya, tapi tangan mama disedekapkan didadanya.

"Saya pengen ngomong sama kamu." Ucap mama menggunakan bahasa isyarat yang dimengerti oleh Kiara.

"Mama mau...ngomong apa?" Tanya Kiara terbata. Kiara sangat yakin, mamanya pasti ingin membicarakan hal yang serius.

"Saya mau menikah, dan saya yakin kamu pasti sudah tau itu. Saya tidak ingin luka lama terjadi lagi. Saya tidak ingin keluarga saya hancur untuk yang kedua kalinya. Saya hanya ingin kebaikan bagi saya." Ucap mama dengan bahasa isyarat. Jantung Kiara berpacu lebih cepat menunggu kata yang akan diucapkan mama selanjutnya.

"Saya mau...kamu pergi dari kehidupan saya."

DEG!

Ucapan mama tuntas membuat bulir air mata di pelupuk mata Kiara meluncur jatuh. Katakan padanya bahwa ucapan mama barusan hanya omong kosong belaka.

Mama melangkah pergi meninggalkan Kiara yang menangis.
Air mata terus mengalir di pipi mulus Kiara. Tak lama, mbak Shae mendekati Kiara yang masih mematung. Mbak Shae menggenggam bahu Kiara lembut.

"Ki!" Panggil mbak Shae pelan.

"Aku salah dengar tadi kan, mbak? Mama gak serius kan sama ucapannya?" Tanya Kiara, tubuh Kiara bergetar hebat mengingat bahwa ucapan mama barusan memang bukan main main.

"Mbak tau ini sulit bagi kamu, tapi mbak gak bisa apa apa. Mbak gak bisa nentang mama. Mbak akan selalu ada buat kamu Ki." Ucap mbak Shae ikut menangis.

"Barang barang kamu udah mbak kirim ke apartemen kamu, ini kunci apartemen kamu. Kalo kamu butuh sesuatu, hubungin mbak aja!" Ucap mbak Shae menyerahkan sebuah kunci ke arah Kiara. Dengan berat Kiara menerima kunci tersebut. Kiara menghapus air matanya. Dengan kesal, Kiara berjalan ke arah dimana kamar mamanya berada.
Langsung membuka pintunya tanpa ketuk dulu. Mama yang sedang duduk di depan meja rias menatap Kiara tajam. Kiara tidak memperdulikan tatapan protes dari mamanya.

"Kia tau ma, Kia udah gak dibutuhin lagi dalam kehidupan mama. Di mata mama itu cuma ada Azka. Gak ada Kiara. Semenjak papa meninggal dan Azka masuk penjara, Kiara cuma jadi pelampiasan mama. Gak lebih dari itu. Dan sekarang mama nyuruh Kiara pergi dari kehidupan mama. Itu keputusan mama, Kia ngehargain itu." Ucap Kiara terisak.

"Oya satu lagi, sebelum Kia pergi. Kia cuma mau bilang, Kia mohon sama mama, supaya mama sempetin waktu mama buat nemuin Azka di penjara. Azka pasti kangen sama mama. Kia cuma pengen ngomong itu. Makasih buat waktu mama yang udah mau dengerin ucapan Kia." Isak Kiara keluar dari dalam kamar mamanya. Menyambar kunci mobil yang berada di atas nakas. Mengusap air matanya dengan kasar.

Hari ini. Tuntas sudah Kiara terbuang.

                            * * *
Pukul 18.00

Kiara duduk di balkon apartemennya dengan air mata yang terus mengalir. Kiara menatap kemacetan kota jakarta dari atas apartemennya dengan sedih. Kiara meraih ponselnya yang tergeletak tak berdaya di dekat kakinya.

Kiara menghubungi seseorang.
Mencoba menyambungkan hubungan telepon ke nomor yang ia tuju.

"Selamat malam! Dari kepolisian (---), ada yang bisa saya bantu?" Tanya pria bersuara berat di seberang.

"Maaf, bisa saya bicara dengan tahanan yang bernama Denata Azka." Tanya Kiara.

"Ada hubungan apa anda dengan saudara Azka?" Tanya opsir polisi bersuara berat di seberang.

"Saya adiknya." Jawab Kiara.

"Baiklah, tunggu sebentar!" Ucap opsir polisi tersebut.

Beberapa saat kemudian...

"Maaf, saudara Azka tidak ingin berbicara dengan anda." Ucap opsir polisi tersebut memberitahukan.

Huft! Masih gak mau ngomong? Sampai kapan lo kayak gini Azka? Batin Kiara.

"Maaf pak, bisa bapak menyampaikan pesan saya kepada Azka?" Tanya Kiara.

"Baiklah," ucap polisi tersebut.

"Azka, Kia diusir sama mama. Sebelumnya Kia udah yakin mama pasti bakalan ngusir Kia. Tapi Kia gak nyangka aja ternyata mama ngusir Kia secepat ini. Sori ya Kia jadi curhat ke Azka, Kia gak tau lagi mau curhat ke siapa. Udah ah, nanti pak polisi nya lupa lagi sama ucapan Kia yang kelewat panjang." Ucap Kiara mencoba menahan isakannya.

"Baiklah saya akan menyampaikan pesan anda kepada saudara Azka." Ucap polisi diseberang dengan suara ramah.

"Makasih pak." Ucap Kiara. Detik selanjutnya sambungan telepon terputus.

Kiara menangis sejadi jadinya. Dia sangat merindukan kakak kembarannya itu. Dia sangat merindukan Azka.
Kiara terus menangis sekencang kencangnya.

KRING! KRING!

Ponsel Kiara berdering. Melihat nama si pemanggil.

Auzhiya.

Kiara menghapus air matanya, dan menggeser layar slide ke warna hijau.

"Halo Au." Sapa Kiara dan sedetik kemudian terkejut dengan penuturan Auzhiya di seberang.

"Oke, gue ke rumah lo sekarang." Ucap Kiara panik. Menyambar kunci mobilnya. Masih dengan seragam sekolahnya yang lecek dan matanya yang sembab.

                           * * *

Hai gais...
Ya Allah ternyata udah lama banget ya otor gak up. Maapkeun otor yang hanya manusia biasa.
Gimana sama ceritanya? Berasa gak micinnya? Wkwkwk, dikira bakso apa pake micin.
Vote dan comment yaaaa...
Vote dan comment gak bayar kok sayang...
Kalo ada typo, anggep aja itu bumbu penyedap biar ada hiburan dikit. Hehehe.

Follow ig~
Ig : dewitalusiana9

#noPlagiat
#typoMohonDimaafkeun

Lusiana
Padang, 23 Oktober 2018
21.00

Tbc

MI AMANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang