4

33 7 4
                                    

Aldeo melangkahkan kakinya dengan langkah lebar lebar menuju warung Uni Er.
Giginya bergemeletuk menahan amarah.

"Ngapain lagi tu anak anj*ng kesini? Nyari ribut?" Batin Aldeo menebak nebak.

BRAAK!

'Anjir...nabrak orang, udah keburu juga, siapa sih yang gue tabrak?' Kesal Aldeo membatin.

Aldeo menoleh ke orang yang dia tabrak, orang yang Aldeo tabrak meringis sakit memegang bahunya. Buku buku yang dibawa nya berserakan.

'Ooh...jadi dia yang gue tabrak, ni anak kan teman sekelas gue, kalo gak salah namanya Kiara. Anak yang dikenal satu sekolah sebagai adik dari seorang pembunuh, walaupun gue gak tau juga sih itu gosip real atau gak.
Ilaah...sangar banget mukanya, ni buku pake jatuh juga lagi, bantu beresin kagak ya? Minta maaf, enggak?
Aah,,,udah ntar aja maaf nya nyusul, ada yang lebih penting daripada ini.' Batin Aldeo.

Aldeo berlalu meninggalkan Kiara, dan kakinya tidak sengaja menginjak salah satu buku paket Kiara.

"Woy...bangsat!" Teriak Kiara marah.

Aldeo menoleh, menatap wajah marah Kiara dengan tatapan datar nya.
Aldeo tidak mengindahkan teriakan Kiara, terus berjalan ke warung Uni Er lewat perantara gerbang samping. Dan saat kakinya melangkah dari gerbang samping yang langsung menghubungkan dirinya ke warung Uni Er, dia melihat Faldo dan teman temannya yang lain sedang menantinya dengan sebatang rokok di tangan mereka masing masing.

"Woy, jerk!" Sapa Aldeo pura pura ramah, menepuk bahu Faldo akrab dan tersenyum miring menatap Faldo.
Faldo balas menatap Aldeo dengan tatapan meremehkan,
Rey, Ozan, dan Hans yang baru sampai berdiri di samping Aldeo.

"Gue kira lo gak bakal kesini." Ucap Faldo, kaki kanannya tertekuk ke dinding sedangkan tangan kanannya memegang rokok. Tersenyum licik menatap Aldeo dan teman temannya yang lain.

"Gue bukan pengecut."ucap Aldeo tajam. Menekankan kata terakhirnya.

"Kirain, tapi gak mungkin lah lo pengecut, trus apa ya kata yang lebih tepat buat lo, mm...pecundang mungkin."  Caci Faldo menghembuskan asap rokoknya kasar.
Aldeo makin marah, terlihat sekali dari raut wajahnya.

"Mau apa lo kesini?" Tanya Rey mencoba membuat Aldeo tenang agar tidak terjadi adu otot.

"Temen lo yang satu lagi mana? Yang jambul nya udah kayak jambul ayam jantan itu." Ucap Faldo balik bertanya. Faldo membuang puntung rokoknya tepat di depan Aldeo.
Aldeo menggeram.

"Ada urusan apa lo sama Zeyn?" Selidik Rey menahan emosi.

"Dia nantang gue buat balap liar kemarin malam, uang taruhannya itu udah di dia, tapi apa? Dia gak dateng. Emang sikap pengecut itu udah melekat ya di diri lo lo pada!" Hardik Faldo. Menunjuk Aldeo dan teman temannya satu persatu.

Aldeo makin marah mendengar penuturan Faldo. Aldeo paling anti atas nama pengecut, apa lagi temannya yang bersikap pengecut.

Tanpa aba aba, Aldeo balik badan, melewati pintu gerbang samping, memanggil Zeyn.

'Anjir...ni anak mana lagi?' Rutuk Aldeo dalam hati.

Aldeo berjalan menuju kembali ke lapangan basket, tapi saat di ujung lorong koridor, Aldeo melihat Zeyn yang sedang berbicara dengan seorang perempuan. Yaitu Kiara.

Aldeo melihat raut wajah Zeyn yang menahan emosi, Aldeo melihat Zeyn mendekati Kiara, dan Zeyn seperti membisikkan sesuatu di telinga Kiara.

'ngapain Zeyn ngomong sama Kiara? Atau Zeyn lagi nembak Kiara? Gila aja tuh anak kalo emang benar dia nembak Kiara, cewek ada dimana mana masih niatan buat nembak teman sekelas, belum puas apa ya dapet gelar PLAYBOY COMPLETED? Tapi kok si Kiara keliatan marah gitu ya, gak mau ditembak sama cogan kayak Zeyn? Zeyn juga gak kalah marah, mau perang nih kayaknya, eh...gue kan kesini ada tujuan juga. Bego!' Aldeo tersadar dari dialog batinnya.

MI AMANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang