2

46 14 6
                                    

Aldeo menghisap rokok menthol putih yang selama ini telah menjadi teman sejatinya.
Aldeo menghisapnya dalam dalam dan menghembuskan asapnya ke udara yang akhirnya bersatu dengan udara bersih kawasan sekolah. Tatapan matanya tajam, setajam silet. Sekarang disinilah mereka, di lapangan basket sekolah. Aldeo, Zeyn, Rey, Ozan, dan Hans.
Mereka bolos dari pagi, mereka hanya nongkrong malas malasan di warung samping sekolah, atau yang sering dipanggil anak anak warung uni Er. Mereka memanggil uni Er karena memang sang pemilik warung adalah orang padang. Dan sekarang entah dasar apa, mereka berani beraninya pergi ke lapangan basket sekolah walaupun mereka bolos dari pagi. Dan mereka hanya duduk malas malasan di lapangan basket. Dengan pikiran masing masing. Dengan kegiatan masing masing. Jika dilihat dari penampilannya, mereka memang terlihat seperti anak baik baik. Terlihat sama seperti ramaja tanggung kebanyakan.
Padahal mereka adalah remaja tanggung yang tak beraturan dan liar. Remaja tanggung yang sering terlibat dengan komplotan barak kuda dan mafia, remaja tanggung yang sering ikut balap liar. Bahkan mereka hampir tiap malam ke club dan berakhir mabuk (minus Aldeo) karena Aldeo tak pernah bisa dan tak pernah mau dirinya dikendalikan oleh alkohol. Tapi beda dengan Rey, jika sehari saja tenggorokan Rey tidak menyentuh alkohol, keadaan Rey berantakan, berteriak kalap seperti orang gila. Keadaan Rey seperti ini sejak setahun terakhir, saat dia ditinggalkan kekasihnya tanpa alasan, yaitu perempuan yang sekarang sekelas dengannya. Genaya Azizah atau yang kerap dipanggil Naya.

Tapi jika dilihat dari sisi positif, mereka bahkan terlihat seperti pemuda yang aman sentosa yang tidak memiliki masalah hidup.
Lihatlah!
Dengan Aldeo yang dengan santai menghisap rokok mentholnya. Dengan Zeyn yang asik mengutak atik ponselnya,entah main game atau apa. Dengan Rey yang sedang mendribble bola basket dan memasukkan nya ke dalam ring.
Dan dengan Hans dan Ozan yang sedang main ABC lima dasar dan kadang berteriak histeris.
(Tau permainan ABC lima dasar kan?)

Sekolah terlihat sepi karena sekarang masih dalam jam PBM (proses belajar mengajar). Mungkin sebentar lagi bel pulang berbunyi.

KRIIIING!!!

Bel pulang berbunyi dengan lantang, seperti gerombolan lebah, murid murid keluar dari kelas masing masing. Suasana sekolah menjadi berisik, teriakan terdengar di sana sini. Belum lagi anggota osis yang memberi pengumuman lewat mikrofon.
Ditambah lagi Ozan dan Hans yang berteriak tidak jelas.

"Anjing! Mana ada benda epon yang ada tuh I-PHONE, salah lu elah...mana gocap." Teriak Hans.

"Ada woyy...dirumah gue ada epon, jangan sok Inggris dah lu." Bantah Ozan tak mau kalah.

"Apaan sih lo, bilang aja lo kalah. Lagian bawa bawa nama epon dirumah lo ke sini, udah sini mana gocap!" Teriak Hans.

"Elah gocap doank...ambil nih! Makan di lo tuh duit, makan sama kembaliannya. Muntah darahin dah tu." Ucap Ozan melemparkan uang lima ribuan tepat di depan muka Hans.

"Eh kunyuk...utang lo ke gue gocap, lo ngasih uang gocap juga ke gue, ya kagak ada kembaliannya bege." Ucap Hans.

"Berisik kampret!" Ucap Rey dan melemparkan bola basket yang dipegangnya ke arah Hans dan Ozan. Hans dengan sigap menangkap bola yang meluncur bebas ke arahnya. Aldeo menatap kelakuan teman temannya dengan pandangan yang mengatakan bosan melihat kelakuan mereka.

JERG! JERG! JERG!

Ponsel Aldeo bergetar, Dengan malas Aldeo merogoh saku celana belakangnya dan mengambil benda pipih ajaib yang masih saja bergetar di dalam saku celananya. Aldeo melihat notifikasi yang terpampang di layar ponselnya.
Panggilan masuk dari Adam.
Aldeo menggeser ke lampu hijau.

"Apaan?" Tanya Aldeo to the point.

"Lo dimana? Faldo nyariin lo tuh! Faldo sama kunyuk nya yang lain bikin rusuh nih di warung uni Er, cepetan kesini!" Jawab Adam tak kalah to the point. Seketika rahang Aldeo mengeras. Aldeo mematikan ponselnya.

MI AMANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang