Bagian tujuh

11.1K 1.2K 112
                                    

.


.

Setelah bertemu dengan SajangnimAku jadi merasa tidak nyaman. Pasti dia bertanya-tanya tentang luka yang ada di pergelangan tanganku. Kenapa tadi aku tidak memakai pakaian dengan lengan yang lebih panjang? Kalau sudah begini, apa dia masih penasaran dan bertanya-tanya tentang luka ini? Lalu, bagaimana besok? Sial sekali. Kenapa aku sangat ceroboh?

Tapi mengingat bagaimana sifat tidak perdulinya itu, yang terdengar begitu dingin dan ketus, aku yakin Sajangnim akan segera melupakannya. Pikirku.

Aku melangkah masuk ke dalam kamar. Jimin masih berada di posisi yang sama, masih membelakangiku. Dia benar-benar mabuk.

Aku membuka kantong plastik berisi obat yang sudah ku beli. Mengobati luka lecet yang ada di pergelangan tanganku. Perih, sakit. Tapi tidak sebanding dengan luka yang ada di dalam hatiku.

Saat sudah selesai, aku membaringkan tubuhku yang lelah dan sakit. Menghadapnya, melihat punggungnya. Sepersekian detik, bulir air mata menetes lagi dari ujung mataku. Aku langsung membalikkan tubuhku membelakanginya. Menangis dalam diam dan berakhir dengan ketiduran karena lelah.

*

Pukul 06.00 kst.

Aku bangun lebih awal karena tidak mau Jimin bangun mendahuluiku. Aku sudah rapi dengan pakaian kantor, memakai kemeja sutra berwarna lilac berlengan panjang yang aku padukan dengan celana panjang bahan kain berwarna putih.

Setelah mempersiapkan baju kantornya, kemeja biru tua dengan jas luar berwarna hitam, aku pergi setelah meletakkannya di ranjang tepat di sebelahnya yang masih tertidur dengan lelap. Aku masih marah padanya. Masih teringat jelas perkataannya yang membuatku sakit hati.

Aku berangkat setelah memesan taxi online. Tidak perduli jika Jimin bangun dan aku tidak ada di sana. Ku biarkan saja begitu, dan sengaja aku matikan ponselku.

30 menit kemudian aku sampai di kantor. Aku melihat arloji di tangan. Belum juga jam 7 tapi aku sudah di sini saja. Sesuai perkiraan, belum ada satupun manusia yang datang kecuali Sekuriti.

"Selamat pagi, Nona?" sapanya ramah saat aku masuk menggunakan kartu karyawan.

"Selamat pagi."

"Pagi sekali, anda sekretaris Min Sajangnim?" 

Aku berkerut heran. Bagaimana bisa dia tahu kalau aku sekretaris SajangnimTernyata kabar tentangku sudah di ketahui semua orang di sini? Luar biasa sekali.

"Iya. Ada pekerjaan dari SajangnimSaya di perintah untuk segera menyelesaikannya," jawabku mencari alasan yang paling masuk akal.

Tidak mungkin juga aku menjawab kalau aku datang lebih awal karena pertengkaran rumah tangga yang aku alami. Pun akhirnya aku pamit padanya dan segera masuk ke dalam lift.

"Biarlah aku istirahat dulu di ruanganku sambil menunggu Sajangnim datang," gumamku menekan lantai yang ku tuju.

Sambil menimang kunci ganda yang sudah di berikan Sajangnimaku keluar dari lift. Asal tahu saja, kunci ganda ruangannya hanya ada 3. Satu di bawa Sekuriti, satunya aku yang bawa, dan satu lagi di bawa Sajangnim

SAJANGNIM || BTS-Min Yoongi|| ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang