Empat - Mati (2)

1.5K 170 41
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Singto menggelengkan kepalanya frustasi. Ia merasa, ada yang aneh sejak kematian Gun. Sering bermimpi tentang seorang pria seumuran dengannya bunuh diri dan yang mengejutkannya, wajah pria itu sangat mirip dengan Krist.

Tak hanya itu, ia pun merasa aneh pada Krist. Si anak baru itu sehari-hari hanya bermain biola di belakang sekolah sendirian. Oaujun dan Off tiba-tiba saja menjauhinya setelah kejadian di pemakaman tempo hari. Singto mengelap keringat yang menetes di wajahnya, matanya tampak terkejut melihat sosok Krist di tepi lapangan basket tengah memperhatikannya dengan tatapan sulit diartikan. Saat mata mereka bertemu, Krist memilih berjalan pergi dan menghilang di koridor. Singto segera mengejarnya tapi, langkah kakinya terhenti saat Phana—kepala sekolah menyuruhnya berhenti.

"Singto. Kau ketua OSIS, kan? Kemarilah, Bapak mau membicarakan sesuatu tentang kegiatan akhir sekolah," Phana masuk ke ruangannya, sedang Singto mengekor di belakangnya.

"Duduklah!" titahnya. Singto duduk dihadapannya. "Bagaimana perkembangan untuk acara akhir sekolah?" tanya Phana tersenyum. Dia adalah kepala sekolah yang ramah dan juga baik, dia selalu dekat dengan siswa di sekolah. Dulunya, dia seorang guru di sekolah itu tapi, karena prestasinya bagus diangkat menjadi kepala sekolah. Setahu Singto, dia juga adalah teman dari orang tuanya.

"Saya masih membuat rencana, Pak. Belum ada rapat, mungkin besok atau lusa. Ya, Bapak 'kan tahu akhir-akhir ini banyak kejadian aneh di sekolah."

"Hm, ya ... kau benar. Bapak serahkan semuanya padamu. Oh ya, bagaimana kabar orang tua Gun? Bapak dengar kau dan mereka menjalin hubungan baik," Phana membuka map-map yang berada di atas meja.

"Ibunya masih sangat shock dan masih di rumah sakit."

"Lalu bagaimana dengan teman-temanmu?"

"Euu... mereka juga masih sedih."

"Hm, seberapa jauh kau mengenal Krist?" Singto menaikan satu alisnya, merasa heran dengan pertanyaan kepala sekolah. Krist? Kenapa kepala sekolahnya bertanya seberapa jauh dia mengenal Krist?

"Krist, Pak? Dia anak yang baik dan jago main biola."

Uhuk!!

Phana terbatuk bersamaan secangkir kopi yang kebetulan ada ditangannya hendak disesap memercik tumpah membasahi baju juga tumpukan map yang sedang dibacanya. Mendengar fakta jika Krist jago main biola membuatnya terkejut.

"Pak, Anda tidak apa-apa?" Singto mendekati kepala sekolahnya dan memberikan tisu, membantu Phana membersihkan bajunya.

"Tidak apa-apa, Sing. Bapak akan menemuimu lagi nanti, sekarang kembali saja ke kelas. Bel istirahat sebentar lagi berakhir. Bapak harus ke kamar mandi," Phana terburu-buru meninggalkan Singto. Singto pun akhirnya keluar dari ruang kepala sekolah dan berjalan menuju kelasnya.

Biola Kematian [Singto X Krist - Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang