Enam - Perjanjian

1.3K 166 8
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Malam bulan purnama terpampang nyata menghias angkasa. Krist menangis karena biola yang sedang dimainkan olehnya, dirampas lalu dibanting ke lantai oleh ibunya. Namun, Arthit datang menolongnya saat ibunya hendak menamparnya, entah bagaimana dia muncul dalam dirinya seperti menyatu dengan raganya. Krist membiarkan Arthit memarahi ibunya, lalu ibunya seperti ketakutan dan meninggalkan dia sendiri di rumah, bersama dengan Arthit.

Angin malam berembus, menerbangkan daun-daun pohon di sekitar rumahnya tapi, Arthit masih betah duduk di bawah pohon besar di samping rumah, memainkan biola dan bernyanyi lagu ciptaanya sendiri. Krist berdiri menatapnya, dia merasa lagu yang dibawakan Arthit terdengar menyedihkan dan menakutkan.

Kapan mati kekasihku
Ku menanti kau di sini
Ayo mati bunuh diri
Biar kita jumpa lagi seperti dulu ....

"Arthit, apakah lagu ini buatanmu?"

"Iya, benar. Aku menciptakan lagu ini untuk kekasihku, orang yang sangat aku cintai," ujar Arthit sendu. Tangannya berhenti memainkan biola, ia membawa wajahnya untuk menatap Krist. Berdiri berhadapan dengan Krist dengan pancaran mata yang kosong dan hampa, kemudian dia mengulurkan tangannya pada Krist.

"Krist, kau mau berjanji satu hal padaku?"

"Janji apa, Arthit?"

"Janji untuk membantuku dan aku akan membantumu."

"Membantu untuk apa, Arthit? Aku tidak mengerti."

"Aku akan membantumu membalaskan rasa sakit hatimu pada teman-teman dan juga Ibumu, kau bisa bermain biola sepanjang waktu semaumu. Sedangkan kau bantu aku menemukan kekasihku."

"Tapi, Arthit ... aku tidak tahu keberadaan kekasihmu. Aku tidak bisa memban—"

"Kau bisa! Dan kau harus mau, karena aku sudah membantumu," Arthit menatap tajam Krist, ada rasa takut menyelubungi hati Krist. Dia mulai berpikir dan mempertimbangkan semuanya, dia butuh keadilan. Bukan hanya itu, dia juga sakit hati dengan Gun dan Off yang ternyata membicarakannya dan menjelek-jelekannya. Dia jatuh cinta pada Singto tapi, Gun juga menyukai pemuda itu.

"Ai'Gun, bagaimana hubunganmu dan Singto? Kau masih mengejarnya, kan?"

"Jalan di tempat, mungkin ini malah kemunduran, Ai'Off. Lagipula aku merasa Singto menyukai anak pindahan dari Bangkok itu. Aku hanya berusaha baik dan mau menjadi temannya, padahal aku tidak suka dengan caranya memandang Singto."

"Ya, kau benar. Sepertinya Singto menaruh hati padanya hmm ... bagaimana jika nanti kita beri saja pelajaran kalau dia berlebihan? Aku mendukungmu, Gun."

"Terima kasih, Off. Kau sahabat terbaikku, untuk sementara kita pastikan saja si murid baru itu tidak berbuat macam-macam pada Singto. Kita berusaha terlihat baik dan seolah-olah mau menjadi temannya."

Biola Kematian [Singto X Krist - Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang