[ENDING] Delapan - Cermin

1.5K 173 59
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Suara petir menggelegar di angkasa, angin menderu berputar-putar seakan siap memangsa apa pun yang ada di sekitarnya. Malam itu di mana Arthit bunuh diri dengan cara tragis di sebuah pohon besar di belakang rumahnya. Dendam kesumat yang dibawanya sampai mati, menuntut balas atas segala sakit hati yang dia terima saat masih hidup. Nan merasa menyesal sudah menyia-nyiakan sang adik saat hidup. Dia akui semua penderitaan yang Arthit alami karena dirinya dan juga ibunya. Arthit bukanlah adik kandungnya, dia hanyalah seorang anak angkat dari panti asuhan. Ayahnya seorang yang begitu peduli pada anak-anak seperti Arthit, meskipun sang istri tidak suka. Namun, dia memaksa mengambil seorang anak laki-laki berumur 1 tahun dari panti dan diberi nama Arthit Rojnapat. Arthit adalah seorang putra dari wanita TKW yang hamil saat bekerja di Jepang, dia tidak mau mengurusnya dan menyerahkan Arthit ke panti asuhan.

"Pa, buat apa membawa anak itu ke sini? Kita sudah punya Nan, aku rasa sudah cukup. Siapa yang akan mengasuhnya, aku bekerja dan kau juga bekerja."

"Aku akan menyewa pengasuh untuk Arthit dan Nan, kau tenang saja, Ma."

Begitu sayangnya sang ayah terhadap Arthit, sehingga membuat Nan cemburu. Dia selalu menjahili Arthit meskipun dia tidak pernah melawan dan hanya bisa pasrah menerima segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh Nan. Satu-satunya orang yang peduli adalah sang ayah dan juga seorang tukang kebun bernama Sua. Sejak kecil Arthit diasuh oleh Sua dan menganggap Sua seperti ayah kedua baginya, sedangkan pengasuh yang disewa oleh ayahnya tidak bisa berbuat banyak karena Nan bersikap manja. Hingga mereka remaja, Sua berhenti bekerja karena sudah tua. Ayah Nan meninggal dunia dan Nan serta ibunya semakin leluasa menindas Arthit.

"Ini semua salahmu, semua ini karena perbuatanmu di masa lalu," Jack menatap Nan tajam, dia begitu emosi mendengar semua penuturan Nan dan juga Singto yang mengatakan jika arwah Arthit mengambil jasad Krist untuk membalas dendam pada orang-orang yang telah membuatnya menderita. Malam itu, hampir saja Nan terbunuh jika saja dia tidak diselamatkan Singto.

"Dia membunuh Gun, karena Gun adalah putra dari orang yang telah ikut menindasnya semasa dia hidup, begitu juga dengan Off dan juga Oaujun. Dia tidak berani mendekati saya karena saya cucu dari Kakek Sua orang yang mengasuhnya. Ibu saya, Ranee Ruangroj juga bukan salah seorang dari murid yang dulu menganiayanya." Singto menjelaskan panjang lebar.

"Iya. Kau benar, Nak. Ibumu tidak seperti kami, dia adalah gadis yang baik dan pandai. Ibumu tidak pernah menyakiti Arthit, hanya empat orang yang Arthit percayai selama hidupnya. Kakek Sua, Ayah kami, Ibumu dan juga Phana. Namun, aku membuat semuanya berantakan," Nan menangis tersedu-sedu.

"Apa maksud Bibi? Phana? Apakah yang Bibi maksud Phana kepala sekolah kami?" tanya Singto.

"Iya benar. Phana saat itu mencintai Arthit dan aku tidak suka melihat Arthit menemukan kebahagiaan. Akhirnya aku memfoto dia saat sedang berciuman dengan Phana, foto itu aku jadikan senjata agar Phana mau menuruti permintaanku agar dia membuat Arthit patah hati. Malam itu, aku menyuruh Arthit memakai baju yang tak layak pakai agar dia dicemooh banyak orang di pesta, lalu aku menyuruh Phana untuk mengatakan cinta pada Wayo agar Arthit patah hati."

Biola Kematian [Singto X Krist - Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang