Seorang Gadis dan Senyumannya

17 3 13
                                    

"Ugh... Kepalaku pusing"

Gumam Hendra yang sedang duduk ditaman dekat rumahnya. Belakangan hari ini, Hendra sering kali terkena sakit kepala. Khususnya, setelah ia pulang kuliah. Namun, sakit kepala yang ia rasakan sedikit berbeda dari sakit kepala pada umumnya. Disaat Hendra sakit kepala, ia sepeti merasa bahwa sebagian dari dirinya, perlahan-lahan keluar dari tubuhnya.
"Aku rasa, aku harus segera pulang malam ini. Pusingnya juga sudah mereda. Tapi entah mengapa, aku merasa lebih ringan hari ini..." Ucap Hendra sembari melihat kedua telapak tangannya.

Hendra, seorang mahasiswa tahun pertama yang menjalani semester satunya dengan IP yang sempurna. Bahkan berkat itu, ia diberikan kesempatan khusus untuk mengambil beasiswa kuliah di Jepang yang seharusnya hanya diberikan oleh mahasiswa semester 7 keatas. Hendra memang seseorang yang sangat pandai. Bahkan ia selalu ranking 1 paralel dari SD hingga SMA.

Dibalik kesempurnaan otaknya tersebut, ia mempunyai satu kelemahan. Yaitu, tidak peka dengan perasaannya sendiri. Bahkan lebih parah dari itu, bahkan dia tidak dapat merasakan perasaan orang disekitarnya. Itu menyebabkan ia kesulitan untuk mempunyai teman. Oh tunggu, ia juga tidak bisa olahraga.

"Aku pulang..." Ucap Hendra memasuki rumahnya.
"Ah, kakak! Kamu terlambat lagi hari ini!!!" Ucap Sidqi yang merupakan adik dari Hendra
"Hehehe... Tadi aku berdiam diri dulu di taman. Maaf, ya...."
"Apa kepalamu masih pusing, kak?"
"Ya... Begitulah. Tapi berkat itu, aku rasa tubuhku semakin ringan. Mungkin aku dapat berlari dengan kecepatan 250km/jam sekarang! Hahahaha...."
"Hentikan bercandaanmu yang tidak lucu itu, kak. Cepatlah mandi dan lekas makan malam. Makan malammu sudah aku siapkan. Setelah itu, bergegaslah tidur. Kamu tidak boleh terlambatkan, besok?"
"Duh, senangnya mempunyai adik yang dapat diandalkan. Makasih ya, Sidqi" Ucap Hendra dengan senyumannya yang ala kadarnya

Setelah itu, mereka berpisah. Sidqi memasuki kamarnya untuk persiapan UASBN dan Hendra pergi ke arah kamar mandi.

Sidqi merupakan adik satu-satunya yang dimiliki Hendra. Karena orang tuanya selalu pulang larut, mereka lebih sering berdua di Rumah. Dulu, Sidqi sempat kabur dari rumah dikarenakan ia tidak suka berada di Rumah karena sepi tidak ada siapapun. Bahkan Hendra pulang lebih lama dibandingkan Sidqi. Namun, semenjak insiden itu, Hendra menjadi pulang ke Rumah lebih cepat. Karena pada saat insiden itu terjadi, ia mencari adiknya yang akhirnya ia temukan di Taman sedang menyendiri dan menitikkan airmata.

Tidak seperti Hendra, Sidqi harus belajar dengan giat untuk menjaga nilai akademisnya. Kebalikan dari Hendra, ia sangat baik dibidang olahraga. Ia mempunyai banyak teman status kepekaannya sangat tinggi. Bahkan, melewati batas parameter dunia.

Hendrapun telah menghabiskan makanannya dan bergegas ke Kamarnya untuk segera tidur. Kamarnya berada di lantai dua persis di depan kamar Sidqi.

Hendra pun membuka dan memasuki kamarnya. Bagaikan rutinitas, ia melihat kearah cermin yang ada dipintu lemarinya. Cermin itu cukup besar sehingga mampu untuk mencakup seluruh tubuh Hendra.

"Eh? Bayanganku kenapa?!"
Hendra kebingungan karena pada saat ia bercermin, bayangannya seperti mengganda. Bagaikan ada Hologram yang menyelimuti tubuhnya. Ia mencoba untuk meraba-raba wajahnya. Namun, ia tidak merasakan ada yang aneh pada tubuhnya. Ia merasa sangat normal. Hanya saja, dengan sedikit keringat dingin yang keluar dari wajahnya karena kepanikan yang ia alami.

Tidak lama kemudian, kejadian tersebut pun berhenti dan bayangan Hendra menjadi normal.

"Uahh... Apa-apaan barusan. Membuatku panik saja... Untung saja tidak terjadi apa-apa." Ucap Hendra sembari menghela nafasnya.

Kembali ia memperhatikan bayangannya. Wajahnya yang biasa saja dengan rambut ikal dan berponi tipis. Mata yang hitam legam nan tajam dan hidung yang normal. Cukup memberikan kesan bahwa ia sebagai laki-laki yang tidak begitu memberikan kesan nyaman pada saat pertama kali melihatnya.

Namun, tidak lama kemudian, ada kepala yang muncul dari belakang Hendra.

"Hallo, Hendra!"

Sebuah kepala perempuan berponi sedahi dengan senyuman ramah nya mulai menyapa Hendra dan melihatnya melalui kaca Hendra.

"HUW-"

*Tok-tok-tok*

Belum sempat ia berteriak, ada yang mengetuk pintu kamar Hendra.

Karena panik, ia langsung menarik tangan gadis itu, membuka pintu lemarinya dan melemparkan gadis itu kedalam lemarinya.

*Cekrek*

Terdengar bahwa gagang pintu kamar Hendra telah dibuka. Dengan paniknya, Hendra menggebrakkan pintu lemarinya

*BRAKKK*

"Huwa! Ada apa, kak?!" Ucap Sidqi
"Ah, tidak. Anu... Itu, di Lemari tadi loh... Ada anu... Ohya! Cacing besar Alaska!!!" Ucap Hendra yang bercucuran keringat
"Mencurigakan... Yasudahlah. Ohya, kak. Ajarin aku belajar, dong...."
"Ah? Oh... Iya-iya... Belajar. Ayo kita belajar! Humu! Let's go!!!" Ucap Hendra dengan gugup.

Ia berbisik, "Kamu jangan keluar dulu darisana sampai aku masuk lagi. Janji, ya..."
"Apa? Aku tidak begitu mendengarnya..." Ucap Sidqi bertanya dari depan pintu kamar Hendra.
"Ah, tidak. Ayo kita belajar! Ayo-ayo..."

Hendrapun meninggalkan kamarnya. Ia kebingungan. Mengapa ada seorang gadis di Kamarnya? Mengapa begitu tiba-tiba? Dan satu lagi yang tidak pernah terlepas dari pikirannya, senyumannya! Ya... Ia berpikir bahwa senyuman gadis itu adalah senyuman yang terindah yang pernah ia lihat...

My Last 17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang