Si Maniak Fisika

8 0 0
                                        

Sebenarnya, apa yang sedang terjadi?!
Teriak Hendra dalam pikirannya.

Ia hanya bisa melihat dari sudut kamarnya bahwa ada seorang gadis yang sedang tertidur diatas ranjangnya. Dan lagi, ia tidak mengenal siapa gadis itu. Kemunculannya saja tidak masuk akal.

Hendra sangat membenci kemustahilan dan kurang menyukai keajaiban. Baginya, logika adalah hal yang utama. Maka dari itu, ia sangat menyukai pelajaran Fisika. Jika ada yang tidak masuk akal menurutnya, maka ia akan menghitung ulang semuanya dari awal. Dari situlah legenda Sang Maniak Fisika terlahir.

Tak lama kemudian, tubuh gadis tersebut pun bergerak. Hendra sedikit terkejut melihatnya dan mulai sedikit panik.

Gadis tersebutpun akhirnya bangun dari tempat tidur Hendra. Dengan mata yang sayu dan rambut bergelombangnya yang sedikit kusut, ia melihat kearah Hendra.

Ia mengangkat kedua lengannya dan memejamkan matanya, "Hoaaammm..."
Lalu, ia membuka sebelah kelopak matanya, "Selamat pagi, Hendra. Apa yang kamu lakukan dipojok sana?"
Hendra terkejut, iapun memalingkan pandangannya kearah pojok kiri atas, "Ah... Tidak. Tidak ada yang aku lakukan."
"Hmm... Kau tidak menghabiskan malam ini hanya untuk memperhatikan aku saat tertidur, kan? Hihihi...."
"A-apa yang kamu katakan?! Tidak mungkin kan aku melaku-"

Telinganya memerah, wajahnya memanas. Hendra memang seorang laki-laki yang sangat sulit untuk berbohong. Didikkan kedua orang tuanya sangat ketat untuk hal itu.

"E-ekhm! Bu-bukankah ada banyak hal yang ingin kau beritahukan kepadaku?" Ucap Hendra sembari melipat kedua tangannya di dada dan memejamkan matanya.
"Hmm... Oh iya! Aku suka padamu, Hendra!" Ucap gadis itu sambil tersenyum dan menggunakan suara liciknya.
"Ap-"

*tok-tok*

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Hendra. Mendengar hal itu, Hendra menahan rasa ingin teriak dan terkejutnya yang sudah ada diujung lidah tersebut. Tidak lama kemudian, keluarlah suara dari balik pintu tersebut, "Ka... Ayo kita jalan Sekolah. Mau sampai kapan kamu mengurung diri dikamar? Bukankah kamu ada apel pagi di Sekolah? Cepatlah turun dan segera habiskan makananmu. Aku berangkat duluan, ya. Selamat tinggal...."

Setelah mendengar hal tersebut, Hendra kembali tersadar akan kenyataan bahwa dia adalah mahasiswa dengan modal bertahan hidup dari beasiswanya. setelah tersadar, dia langsung berdiri dan berkata kepada gadis itu, "Kita selesaikan urusan ini nanti. Kamu jangan kemana-mana! Aku akan segera kembali untukmu!!" 

Dengan ekspresi yang sedikit risau untuk meninggalkan rumahnya kepada gadis yang baru saja semalam ia temui, Hendra mulai memakai dasinya dan pergi keluar kamar.

"Hendra!!" teriak kecil sang gadis itu
Hendrapun berhenti dan dan menoleh kearah kasurnya.
"Namaku, Mina. Mulai hari ini, mohon bantuannya, ya ^-^)~" Ucap sang gadis sambil meleparkan senyumannya.

Hendrapun terpana. Ia tidak dapat berkata apa-apa. Satu hal yang pasti bahwa, itu adalah ucapan selamat pagi yang termanis yang pernah ia terima.

***

   Jalan Cemara di sepanjang Sungai Kipasan pada pusat kota Harapan adalah salah satu tempat paling populer di kota ini. Ketika Hendra berjalan menyusuri jalan di sepanjang sungai, satu kelopak merah muda terbang ringan turun. Hendra menatap pohon. Cabang-cabang yang melambai tertiup angin. Pagi yang magis, begitu yang Hendra rasakan.  

Lamunannya akan semua yang terjadi kemarin sampai sekarang membuat ia terus terbuai dalam khayalannya. 

Diujung Jalan Cemara, terdapat Universitas Sakura yang terkenal akan kegiatan Seninya. Setiap tahun pada upacara kelulusan, selalu diadakan pameran Seni sebagai tanda pelepasan para mahasiswa Universitas Sakura. 

Setelah sampai, Hendrapun langsung masuk ke dalam kelasnya. Dikarenakan Hendra sama sekali tidak memiliki teman, semasa jalan menuju kelasnya, ia hanya dapat terdiam dan melihat kearah lantai. Setelah ia memasuki kelasnya ada suara yang cukup keras menyapanya.

"Yo, Hendra!" Ucap laki-laki yang duduk disebelahnya.
"Hallo, Sho. Kamu cukup bersemangat pagi ini, ya."
"Kau saja yang terlalu lemah! Dasar budak buku! hahaha..." Ledek Sho

Sho adalah teman semasa SDnya dan satu-satunya teman Hendra yang berhasil mengikutinya sampa Universitas sana. Ia merupakan laki-laki yang cukup atletis dibanding teman-teman sebayanya. Ia juga tidak terlalu memperdulikan tentang akademisnya, selama ini dia hidup sesuai mottonya, Popularitas merupakan hal yang utama untuk mencapai atas dunia!

"Kamu konyol" Ucap Hendra setelah Sho menyebutkan tentang motto hidupnya.
"Apa?!!! Tau apa kau tentang hidup, dasar penyendiri!" Ucap Sho.

Tingginya 190cm dengan rambut Wild dicat pirang, matanya yang tajam dan telinganya yang ditindik memberikan kesan ia sebagai laki-laki liar dan nakal.

"Memangnya kau tau apa? Bukankah selama ini kamu hidup di Hutan?" Ucap Hendra sambil duduk disamping Sho
"Apa katamu?!!!"
"Dasar sumbu pendek"
"Kamu cari mati, ya?!!! Hah... Beruntunglah kau merupakan teman lamaku. Kalau tidak, sudah ku eksekusi kamu!"
"Ku ucapkan rasa terimakasihku. Tapi, kamu boleh mengambil keberuntungan tersebut dan membuangnya di tempat sampah itu" Ucap Hendra sembari menadahkan kepalanya ditangan kirinya dan menunjuk tempat sampah yang ada didekat pintu kelas

"Ghh.." Ucap Sho kesal yang tidak dapat membantah ucapan Hendra.

Bell pun berbunyi tanda jam perkuliahan akan segera dimulai. Suasanya kelas yang awalnya ramai pun menjadi senyap menunggu kedatangan dosen kedalam Kelas.

Posisi duduk Hendra pada saat itu tepat berada disamping kaca. Seperti biasa, Hendra menadahkan kepalanya dan mengalihkan pandangannya kepada pohon sakura yang sedang berguguran diluar kelasnya

Loh...  itu...
Ucap Hendra dalam hati tepat pada saat ia melihat kearah pohon sakura.

Wajah Hendra berubah menjadi aneh dan ia berteriak, "HUWAAAA!!!!!" 

Hendra berdiri dan menunjuk kearah pohon tersebut. Hendra terkejut, Sho terkejut, Satu Kelas terkejut, Dosen terkejut, Bahkan penulis pun terkejut!

Yang dilihat Hendra pada saat itu adalah Mina yang sedang duduk di ranting pohon tersebut

My Last 17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang