SATU

15 4 0
                                    

"Claudya!!"

Claudya pun beranjak dari singgasana tidurnya. Dibungkus piyama merah jambu kesayangannya, ia jalan menuruni anak tangga menuju sumber suara.

"Iya, Pa?" tanya Die pada sosok lelaki tua yang sedang duduk menatap kesunyian malam di paviliun rumahnya. Itu papa Die.

"Die, besok papa ada acara dinner sama temen lama papa. Kamu ikut ya?" ajak papa Die, Haryo namanya.

"Em.. Gimana ya?" Die berpikir.

"Gimana apanya sih sayang?" ucap Faradila, istri Haryo yang tiba-tiba muncul dengan secangkir teh.

"Ya emang Die anak kecil pake ikut dinner orang tua segala?" celetuk Die.

Haryo tertawa sebentar lalu berkata, "Kamu ini.. Ini bukan acara formal kok, cuman silaturahmi aja. Biar kamu juga kenal deket sama keluarga mereka."

"Maksud papa?" Die mulai curiga. "Papa gak ada maksud lain kan??" tanya Die yang sudah berpikiran jauh.

"Ish kamu ini, kamu pikir kita mau jodohin kamu gitu?" timpal Faradila seraya mengacak-acak rambut anak semata wayangnya itu.

"Ya.. Mungkin aja kan.." gumam Die.

"Kalau kamu memang cocok sama anaknya Arnold ya kenapa enggak? Ya kan, Ma?" ledek Haryo.

"Iyayaya.. Bener.." tambah Faradila.

"Ih.. Papa.." Die mengerucutkan bibirnya.


Di lain tempat.

Cittt..

Pintu rumah berdecit ketika seseorang membukanya dari luar. Galih tampak lusuh masuk ke dalam rumah yang sunyi. Galih yang lelah berjalan menuju kamarnya seraya mengacak-acak rambutnya yang kecokelatan. Ya, perawakannya tidak seperti orang Asia pada umumnya. Bola matanya yang kebiruan dan kulit kuning langsat ia dapat dari ayahnya yang berasal dari Inggris. Galih merupakan pria blasteran. Ibunya asli nias, hal itu yang membuat Galih mempunyai sentuhan Arab di wajahnya. Benar-benar sempurna.

Galih membuka ponselnya, ia mengecek grup Whatsapp kelasnya. Ini kebiasaan Galih sepulang sekolah, selain nongkrong di kafe bersama teman-temannya.

Marcelino: hei kawan!  kuy kerumah gua! party party lah

Gitaria: seriously?

Marcelino: iya kuy kuy

Hanin: jm brp?

Marcelino: jam 7 ae dah, gua tgg ye

Lukito: otw guys

Jericho: tunggu kawan

"Ck" Galih berdecak. Entah apa yang ia pikirkan.

Tok tok tok

"Buka aja"

Seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu. "Hai sayang?" sapa wanita itu.

"Ada apa, Bu?" tanya Galih pada wanita yang ternyata Ibu Galih, Mira.

"Kamu kemana aja? Jam segini baru pulang lagi."

"Ada urusan, Bu." jawab Galih singkat. Enggan memperpanjang obrolan.

"Oh iya, temen ayah kamu ngundang kita buat dinner bareng mereka. Kamu ikut ya?" ajak Mira.

Galih menggeleng denga cepat.

"Kenapa sayang? Cuman kali ini aja kok.." pinta Mira memohon.

"Galih ada acara sama temen kelas, Bu.." jawab Galih.

"Kamu? Main sama temen kelas kamu?" tanya Mira ragu, ia tahu Galih tidak terlalu akrab dengan teman kelasnya.

"Iya" ucap Galih.

"Jadi untuk kesekian kalinya ya kamu nolak ajakan ibu." kata Mira menunduk.

Galih melihat ibunya yang menunduk, dan akhirnya pasrah mengiyakan ajakan ibunya. "Ya udah. Galih ikut."

Mira yang mendengar perkataan Galih langsung tersenyum girang, "Bener, Nak?"

Galih mengangguk dengan muka datar.

"Ya udah kalo gitu." Mira pun beranjak pergi dari kamar Galih dengan ekspresi yang bahagia.

Galih yang melihat tingkah ibunya hanya memasang lagi lagi muka datar.




---

Jangan lupa tinggalkan jejak:)

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang