DUA

12 4 0
                                    

Matahari mulai meninggalkan tempatnya bersemayam. Pagi ini, jarum jam menunjukkan pukul 06.30 WIB. Die berangkat menuju sekolahnya. Seperti biasa ia diantar Mang Ojo supir pribadinya.

"Entar gak usah jemput ya, Mang. Die mau ke rumah temen." ucap Die denga seutas senyum di bibirnya.

"Oke, Non. Hati-hati ya.." balas Mang Ojo tak kalah ramah.

Die pun keluar dari mobilnya dan bersiap menyebrang. Sementara Mang Ojo dan mobilnya sudah berlalu meninggalkan Die. Baru berapa langkah menyebrang tiba-tiba..

Tin tin!!

Motor ninja putih melaju cukup kencang dan hampir menyerempet Die. Die yang terhuyung hampir saja terjatuh.

"HEEII!!!" teriak Die.

Dengan amarah yang memuncak ia lemparkan sepatu kets nya ke arah pengendara motor itu. Dan..

Plak!

Sepatu kets pink itu mendarat tepat di kepala -atau lebih tepatnya helm yang dipakai- si pengendara. Pengendara itupun menghentikan laju motornya dan berbalik arah menuju Die. Sebelum itu, ia sempat mengambil sepatu milik Die. Sekarang motor ninja itu berada tepat di depan Die. Die tampak tenang, padahal perasaannya takut tak keruan.

"Kembaliin sepatu gue!" gertak Die.

Si pengendara melepas helmnya.

'Ganteng juga' batin Die.

"Lu punya otak?" tanya pengendara yang berjenis kelamin laki-laki itu.

"Ya.. Ya punya lah..." jawab Die sambil berpikir apa maksud pertanyaan si cowok ini.

"Lah itu lu punya, kenapa ga dipake?" katanya dingin.

"Apa lo bilang!?" kata Die setengah berteriak.

"Gua bilang lu punya otak tapi kagak dipake." katanya sekali lagi.

"Yang ada elo naik motor gak pasang mata, pake acara nyerempet gue segala lagi! Kenapa jadi gue yang disalahin? Udah sini sepatu gue balikin! Dipegangin mulu, lu suka sama sepatu gue??" cerocos Die.

Cowok itu pun langsung melempar sepatu Die dan segera meninggalkan Die alias ngebut.

"Ih gak sopan banget sih jadi cowok!" gerutu Die.

**

"Iya ngeselin banget kan, Ma.." Die menceritakan kejadian tadi pagi kepada mamanya.

"Ya tapi kamu juga harusnya jangan ngelempar sepatu sampe kena kepala gitu dong. Gak sopan namanya.." nasihat Faradila.

"Ya kan reflek, Ma.." ucap Die manja.

"Ckck, ya udah yuk ke salon!!"

"Ngapain?" tanya Die.

"Entar malem kan kita ada dinner sama temen papa. Kita harus cantik dong!" jelas Faradila.

"Fiuh, apalagi sih, Maa..."









---

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang