7.30 KST.
Sinar matahari pagi menyeruak masuk kedalam kamar melalui jendela yang memang dibiarkan tidak tertutup gorden. Sinar itu terus masuk tanpa peduli pada sang penghuni kamar yang masih terlelap dan terus menerobos masuk kemudian dengan sukses mengganggu sang penghuni. Sang penghuni yang merasa diganggu oleh matahari—yang ternyata adalah seorang pria itu akhirnya mengalah, ia membuka matanya.
Silau.
Sinar matahari yang berebut masuk kedalam pupil matanya membuat si pria cantik itu harus mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengatur jumlah cahaya yang bisa masuk ke mata bulatnya sembari mengumpulkan kesadarannya.
Setelah semua kesadarannya terkumpul sepenuhnya, ia kembali mengerjapkan matanya ketika menyadari dirinya tidak berada dikamarnya. Kamar bernuansa hitam, putih dan abu-abu ini jelas bukanlah kamarnya. Kamarnya berwarna paduan ungu dan putih. bagaimana bisa berubah dalam semalam?
Kamar ini terasa asing baginya. Bukan, bukan berarti ia tidak pernah menapakkan kakinya dikamar ini. maksudnya asing, ia hanya belum terbiasa dengan kamar ini.
Dan aroma kamar ini.. Aroma kamar ini terasa begitu familiar di indra penciumannya. Si manis itu lantas teringat akan pemilik aroma itu. Aroma favoritnya. Aroma yang dapat membuatnya merasa candu untuk terus menghirupnya.
Jihoon—si pria cantik itu tersenyum malu setelah mengingat semua kejadian semalam. Pertistiwa panasnya. Jihoon memang keterlaluan karena telah melupakannya. Tapi tak apa, tak ada yang mengetahuinya.
Sepersekian sekon kemudian, ia baru menyadari ada lengan kokoh yang tengah melingkar dipinggangnya. Memeluknya erat.
Jihoon meremas pelan lengan itu sebelum ia berbalik kearah pemilik lengan, Woojin. Tentunya tanpa merusak Danieltan lengan yang memeluknya. Senyum Jihoon kembali merekah mengingat bahwa pria didepannya kini sudah resmi menyandang status sebagai suaminya. Ingat! Suaminya!
Satu tangan Jihoon kini terangkat. Ia benar-benar tergoda untuk menyentuh wajah damai Woojin yang sedang terlelap. Tangannya mulai menyusuri setiap centi dari wajah Woojin tanpa melewatkan 1 centipun.
Kenapa aku tak pernah bosan melihat wajah ini? Batin Jihoon terus memandangi ciptaan Tuhan yang kini telah menjadi miliknya. Tuhan pasti sedang dalam suasana yang senang saat menciptakannya, pikir Jihoon.
Jihoon memainkan jari-jarinya diwajah rupawan milik suaminya. Ia menyentuh dengan begitu pelan dan lembut agar sang pemilik tak terbangun. Jihoon tersenyum mengingat bagaimana wajah ini akan berubah menjadi sangat menggemaskan saat Woojin memasang ekspresi polosnya.
"Selamat pagi Mr.Park" gumamnya. Jari-jarinya masih sibuk bermain di wajah Woojin tanpa tahu orang yang menyandang status sebagai suaminya itu sebenarnya telah bangun. Jarinya terhenti pada sudut bibir Woojin. Lama ia memandang bibir Woojin.
"Ada apa dengan bibirku?" Tanya Woojin. Tiba-tiba suaminya itu membuka matanya. Jihoon sempat terperanjat. Ia terkejut. "Kau ternyata suka menyentuh wajahku ketika aku sedang tidur" Woojin menyipitkan matanya menatap sang istri yang perlahan muncul semburat merah di pipinya. Malu. Jihoon menyembunyikan wajahnya didada Woojin. Woojin hanya tertawa melihat tingkah istrinya.
"Selamat pagi Mrs.Park" Woojin mengangkat wajah Jihoon sembari tersenyum jahil. Ia mencuri sebuah ciuman dari bibir Jihoon. "Morning Kiss" semburat merah kembali muncul di pipinya. "Kau menyebalkan" gumam Jihoon membuat Woojin kembali menciumnya. Ia menatap Woojin tajam. Bahkan sampai muncul kerutan di keningnya.
"Apa yang akan kita lakukan hari ini? Kau tidak kekantor 'kan?" Jihoon menyibakkan selimut yang menutupi mereka berdua. Ia hendak beranjak tapi Woojin kembali menariknya hingga ia kembali terduduk dikasur. Woojin mendudukkan dirinya disamping Jihoon. Sedangkan tangannya ia gunakan untuk memeluk Jihoon.
"Aku mau mandi" Jihoon berusaha melepaskan pelukan Woojin. Tapi, dengan seenaknya Woojin menciumnya. Jihoon hanya diam, ia tak memberontak, toh, percuma saja ia memberontak. Woojin lebih kuat darinya.
Woojin menggigit bibir bawah Jihoon gemas karena Jihoon tak kunjung membalasnya. Baiklah, Jihoon kalah kini ia mengalungkan kedua tangannya di leher Woojin. Cukup lama mereka bertautan, tapi pada akhirnya Jihoonlah yang lebih dulu melepas tautan mereka karena ia mulai kehabisan nafas.
"Kau tadi bertanya apa yang akan kita lakukan kan?" Jihoon mengangguk."Bagaimana kalau seharian ini kita bermain?" Woojin menarik satu sudut bibirnya membentuk sebuah seringaian. Woojin menyeringai. Pemilik gingsul nan manis ini menyeringai? Sungguh tidak cocok. Jihoon melemparkan deathglarenya kearah Woojin. ia tahu apa maksud Woojin. Kini ia benar-benar tak percaya, Woojinnya yang manis, Woojinnya yang baik sekarang sudah berubah menjadi...... Woojin yang mesum.
Daniel.
Tiba-tiba saja satu nama itu muncul dipikiran Jihoon. Mungkinkah dia yang membuat Woojinnya jadi seperti ini?
Jihoon melempar bantal ke wajah Woojin. "Apa yang Daniel lakukan pada kepalamu?"
Daniel atau Kang Daniel adalah teman kantor Woojin, mereka sangat dekat. Pernah satu kali Woojin mengajak Jihoon untuk bertemu dengan Daniel. Dan Jihoon dapat menyimpulkan kesan pertamanya pada Daniel yaitu, Dia adalah Namja yang Mesum. Terlihat dari bagaimana Daniel menggoda Jihoon dan senyuman Daniel pada Jihoon.
Woojin tertawa."Wae?" ia kembali menahan tangan Jihoon yang hendak menjauh. "Kenapa kau menyebut-nyebut nama Niel Hyung?"
"Karena dialah yang membuat suamiku menjadi mesum seperti ini! Aku bersumpah jika aku bertemu dengannya lagi aku akan memukulnya" Jihoon menunjukkan kepalan tangannya yang masih bebas pada Woojin.
"Aigoo, istriku mau bertengkar dengan pria lain" Woojin menangkupkan kedua telapak tangannya di pipi Jihoon "Aku sarankan jangan, tinju sekecil ini mana bisa menang" ucap Woojin menunjuk-nunjuk tangannya yang terkepal. "Lebih baik kau bertengkar denganku saja, diranjang" goda Woojin lagi yang sukses membuat bantal kembali melayang. "Yak!" teriak Woojin.
Jihoon berlari menjauh meninggalkan Woojin. "Kau mau kemana sayang?" teriak Woojin lagi ketika Jihoon tak meresponnya.
"Aku mau mandi!"
"Mandi bersama?" teriak Woojin lagi membuat sebuah bantal sofa kembali melayang. Beruntung, bantal itu tepat sasaran membuat orang yang menjadi sasaran lempar itu mendengus kesal.
"Dalam mimpimu!" Jihoon menutup pintu kamar mandi setelah dirinya berhasil masuk.
"Kalau dalam mimpiku itu artinya terserahku kan? Baiklah aku akan menyusulmu Hoon!"
"Pikiranmu jorok sekali Woojin!" Jihoon segera mengunci pintu kamar mandinya.
"Itu karenamu!"
"Hentikan Woojin!" Woojin hanya tertawa mendengar istrinya.
FIN.
Mianhae~ *nyanyi bareng Jjaeni* ku menghilang hampir sebulan lamanya :")
Sekarang ku kembali dengan cerita absurd lainnya.
Semoga suka ya yeorobun :)
Kali ini kutak ingin mengumbar janji lagi, takut dikatain php :v
Vomentnya jangan lupa ya gaes!
Sekian terima Ujin!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet of Love • 2Park
RandomHanya imajinasiku tentang 2Park dengan bentuk drabble, ficlet, oneshoot atau twoshoot. Coba baca aja dulu, mungkin suka:) Warn! BxB!