Cuka Ajaib

22.1K 2.1K 198
                                    

Uhuy!
Ini sekuel Yemima yah, tapi bukan satu cerita. Ini cuma kumpulan adegan iseng-iseng daripada puyeng. Soook ... Dibaca.

*******
Pemuda itu berwajah keras, dengan rahang tegas dan hidung lurus yang mancung, serta mata sipit yang tajam, membuatnya terlihat memikat. Bibirnya tipis, berwarna cerah, menandakan pemiliknya tidak merokok, dan rambutnya yang lurus dan sedikit kaku, ditata bergaya. Tobias Maleachi bukan pria yang sangat tampan, tetapi siapa pun akan bilang dia menarik.

"Sudah, Ko?" seorang wanita baya muncul dari balik pintu, dan berjalan ke belakang Toby, ke arah wastafel besar tempat satu baskom berisi wortel sedang direndam.

"Sudah, Mi," Tobias menjawab. Dia menutup dandang, lalu berbalik dan menatap ibunya. "Kenapa, Mi? Di depan rame banget kayaknya, ya?"

Maminya mengangguk. "Ya. Tapi masih kepegang sama Mei dan Papi, kok." Beliau mulai mencuci wortel di bawah air keran yang mengalir. "Ngomong-ngomong, tadi Mami sudah seleksi satu orang untuk bantu Koko di dapur. Besok bisa mulai kerja."

"Oke, makasih, Mi."

Ibunda Toby mengangguk. "Ko ... Mami agak bingung, lho. Kenapa Koko nolak si Cantik bantuin di sini? Takut dia capek?"

Toby terkekeh. "Bukan, Mi. Takut kita bangkrut. Mami kan tahu jailnya kayak apa si Cantik?"

Ibunya ikut tertawa. "Betul juga, sih."

"Toby!"

Toby dan ibunya menoleh ke pintu dapur dan melihat sosok yang sedang dibicarakan berdiri dengan wajah merah karena kelelahan tapi tetap berhias senyum lebar nan cantik itu.

"Hai, Mim."

"Hai, Tante."

"Hai, Mima."

"Di luar rame tuh, Tan. Sini aku gantiin cuci wortelnya." Gesit Yemima menggeser tubuh ibu Toby, dan langsung mengambil alih pekerjaannya.

Ibunda Toby tersenyum melihat antusiasmenya. "Cantik enggak capek?" tanyanya.

Yemima mengacungkan jempolnya. "Tenang aja, Tante. Udah ... Tante ke sana dulu, kasihan Mei sama Om, tuh."

Sambil berkutat dengan rebusan kerangnya Toby melirik ibunya yang sedang mengusap lengan Yemima penuh sayang.

"Ya, sudah. Tante ke depan ya."

"Oke!"

Beberapa saat Toby masih berkutat dengan kerangnya, tapi seolah refleks, kewaspadaan langsung meningkat dengan hadirnya sang pacar di dapur. Saat ibunya benar-benar sudah meninggalkan dapur, benar saja. Gadis bule itu tampak berjalan ke arahnya, lalu memeluk pinggang Toby.

"Toby, kangen."

Toby tersenyum sambil mengusap lengannya. "Sama. Tapi aku perlu wortelnya segera, Mim."

"Oke!"

Yemima melepaskan Toby dan langsung menyelesaikan pekerjaannya dan membawa wortel yang bersih ke meja pengerjaan. Cepat Toby memasukkan kerang ke dalam air dingin, mengangkatnya, lalu menatanya di mangkuk mie, sebelum diletakkan di jendela.

"Mie asin kuah tiram," serunya. Seorang pelayan langsung mengambil mangkuk itu dan mengantarnya.

Toby membersihkan tangannya di celemek, lalu duduk di dekat Yemima yang sedang menggerogoti wortel.

"Hm ... hm ...."

Toby meliriknya, dan tersenyum kecil melihat sang kekasih yang sepertinya sedang sibuk berpikir itu.

"Lagi mikir apa, Mim?"

Yemima memandangnya sejenak. "Barusan itu aku lihat botol cuka kamu tinggal setengah isinya. Mau kubikinin?"

Toby menggeleng. "Enggak usah, tinggal beli aja, murah, kok."

Yemima berdecih. "Ish, Toby. Enggak percayaan banget sama pacar kamu, deh. Aku bisa bikin cuka yang kadarnya tinggi, jadi cukup pake sedikit aja. Irit."

Toby mengangguk-angguk. "Irit, ya? Aman seratus persen buat perut pelanggan?"

Yemima mengetuk dagunya sendiri. "Yah ... paling blebek-blebek sedikit perutnya."

Toby terkekeh. "Nanti pelanggan enggak mau balik, aku bangkrut lho, Mim. Terus ... kapan ngelamar kamu?"

Yemima menatapnya, lalu tersenyum lebar. "Iya juga ya."

Toby mengayunkan telunjuknya. "Nah."

"Walah ... mana aku udah taruh satu botol hasil buatanku di depan. Nanti gimana tuh?"

Mata sipit Toby langsung mengerjap cepat. "Di meja berapa kamu taruh?"

Yemima menggeleng polos. "Aku enggak ngerti, kan belum ngapalin nomor meja? Tapi ... tepatnya sih di meja Pak Kapolsek dan Pak Kasat yang lagi ngobrol serius soal siapa yang lebih berhak dapetin Mbak Arini."

Tepat saat Yemima selesai bicara, Toby langsung melesat menuju ke meja yang dimaksud. Meja yang kini dikerumuni oleh ibunda Toby, ayahnya, Mei, dan seorang pelayan. Wajah mereka pucat karena takut dan kaget.

Dua perwira polisi yang duduk di meja itu langsung menatapnya garang. Wajah dan pakaian mereka basah dengan cairan berbau asam.

"Tobias! Kamu ndak suka kami makan di sini? Kami kan bayar," omel Bayu, sang kapolsek.

Pandu yang kalem meraih tisu dan membersihkan wajahnya.

"Kok cuka bisa meledak begitu, sih, Toby?" tanyanya.

Toby menghela napas. "Maaf, Pak Kapolsek, Pak Kasat. Ini...."

"Widih ... cuka buatanku keren banget, deh. Meledak, ya?" Wajah jahil Yemima muncul dari belakang Toby.

Bayu dan Pandu memelotot berbarengan, sementara Toby sebisa mungkin menyembunyikan kekasihnya di balik punggung.

Dasar biang kerok.

End.

Ini cuma kerjaan iseng supaya enggak puyeng, jangan ditagih2 ya. Hehehe ...

Lopyuh ol

Winny
Tajurhalang Bogor 12 Agustus 19

Yemima & TobyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang