Sejak awal aku sudah tahu tujuan ayah dan ummu memanggilku ke ruang baca sore hari yang cerah itu. Bahir, pemuda tanggung berusia 15 tahun yang berbadan besar, yang selama ini menjadi pendampingku, telah membisikiku tentang rencana kedua orangtuaku menjodohkanku pada seorang putri cilik dari keluarga El Baraq. Bahkan sebelum ayah menceritakan latar belakang sang putri kecil, aku nyaris mengenal siapa yang akan bertunangan denganku. Tentu saja itu berkat Bahir.
Sebelumnya aku mengenal Bahir di saat usiaku 8 tahun. Awal mulanya, Bahir menjadi teman membaca Al Quranku di Deira. Anak laki-laki bertubuh raksasa itu berusia 13 tahun, berbicara amat sedikit dan terkesan kaku, namun memiliki suara yang merdu saat membaca Al Quran. Kami berteman kemudian, meski aku tak mengingat bagaimana awalnya. Terjadi begitu saja seakan Bahir dan aku sudah berteman lama.
Baru tiga bulan kemudian, Ummu memanggilku. Di ruangan luas yang biasanya ayah mengadakan pertemuan dengan para bangsawan, aku melihat Bahir bersama Syarifah Haalimah. Wanita itu adalah orang yang mengasuhku sejak kecil dan Bahir bersamanya.
"Abdul. Ini Bahir Al Atrash. Dia adalah putera dari Syarifah Haalimah. Mulai hari ini Bahir akan mendampingimu." Ummu tersenyum dari balik cadarnya dan mendorong pelan punggungku. "Bukankah kalian sudah bertemu di latihan menghapal Al Quran di Deira? "
Tentu saja. Kami berteman dan Bahir kerap kali membantuku saat aku kesulitan melafalkan huruf. Anak laki-laki itu hanya tersenyum singkat dan kuraih lengannya. Kami akan berteman selamanya, demikian sumpahku di dalam hati.
Demikianlah, selama ini aku dan Bahir berteman. Meski tugas Bahir adalah menjagaku, tetapi aku tak pernah menganggapnya salah satu dari penjagaku. Maka, ketika suatu malam di usiaku menjelang 11 tahun, Bahir mengatakan bahwa dalam beberapa hari lagi aku akan bertemu tunangan kecilku, kutatap dia dengan lekat.
"Apakah kau mengetahui Sheikh Mustafa Rasyid El Baraq?" Begitulah kalimat pembuka Bahir.
Aku menutup bacaanku dan bersila dengan pandang mata penuh rasa ketertarikan. "Sang penasehat Raja?"
Bahir mengangguk. "Sheikh memiliki puteri kecil."
Kali ini rasa ingin tahu mulai menguasaiku. "Apakah Sayyidah Maryam sudah melahirkan?"
Bahir yang jarang kudengar tertawa itu kini terbahak. "Sudah 7 tahun yang lalu." lalu dia menatap wajahku. "Ummu berkata bahwa saat kau kecil pernah bertemu Sayyidah Maryam saat mengandung Puteri Leila." Dia melanjutkan kalimatnya. "Sayyidah Salma mengatakannya pada Ummuku."
Kulepas serban dan bersandar di bantalan empuk di lantai berkarpet nyaman di kamarku. "Lalu?"
"Kau akan ditunangkan bersamanya. Demi keturunan darah bangsawan kalian. Sheikh Mustafa adalah penasehat Raja yang merupakan saudara jauh dari pihak Ratu."
"Sementara aku adalah pangeran dari pihak Raja karena Ummu merupakan sepupu Raja?" untuk ukuran kanak-kanak berusia 10 tahun, banyak orang mengatakan bahwa aku sangat pintar. Bukan bermaksud sombong, tetapi aku cepat tanggap akan situasi.
Bahir menyetujui buah pikiranku. Pemuda itu menepuk lututku. "Sheikh dan Sayyidah Salma akan memanggilmu esok sore."
****
Ayahanda memintaku duduk di depannya bersama Ummu. Senyum terukir di wajah pria itu, yang selalu kukagumi akan ketampanannya. Di samping itu, Ummu, yang membuka cadarnya hanya untuk ayahanda dan diriku, tak kalah memukaunya di mataku. Sosok Ummu begitu anggun dan halus meski harus kuakui, Ummu kadang bersikap keras jika berhubungan dengan aturan-aturan yang tak boleh dilanggar. Selebihnya, Ummu begitu penyayang.
"Duduklah, Abdul." Ayah tersenyum seraya mengelus jenggotnya. "Bagaimana tugas menghapalmu? Sudah berapa Juzkah yang kau hapal?"
Kusebutkan jumlah juz yang kuhapal. Anggukan puas ayah dan senyum bangga Ummu membuat dadaku mengembang senang. Kami berbicara tentang semua kegiatanku, entah itu mengaji, latihan berkuda, memanah hingga berujung pada suara Ummu yang halus mengalihkan perhatianku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEILA : A TRUE PRINCESS (COMPLETED) ✅
Ficção GeralLeila Naqib El Baraq dikenal sebagai istri tegar yang menerima suaminya berpoligami. Meski diawal dia merasa amat berat namun dia memilih ikhlas karena Allah. Leila Naqib El Baraq, dikenal sebagai seorang tunangan dari seorang pangeran di masa muda...