LEILA-ABDUL : BERTEMU

4.6K 455 13
                                    

LEILA

Hari itu bukan waktunya bagiku bermain bersama Habibah. Dan tidak juga waktu untuk belajar tata krama bersama Syarifah Latifah. Hari itu adalah waktunya bagiku bersama Ummu, di kamar, membiarkan Ummu memilihkan gamis yang cantik untuk kukenakan. Dengan hanya memakai pakaian dalam, aku melihat Ummu dan Syarifah Latifah membuka lemari pakaian, mengeluarkan bermacam-macam gamis anak-anak, dan kain-kain indah yang akan melingkari kepalaku sebagai jilbab. Hari itu adalah hari di mana aku akan dibawa orangtuaku ke rumah Sheikh Al Jabbar.

Tak hanya Ummu dan Syarifah Latifah yang demikian sibuk, tetapi para kakak laki-lakiku pun silih berganti mengintip ke dalam kamarku. Baiklah, akan kutambahkan, Ayah juga mengintip dari balik pintu, tersenyum lebar padaku di saat Ummu sedang memasangkan gamis cantik yang  bertaburan permata di ujung kain dan Syarifah Latifah membantu dalam memakaikanku jilbab.

Ummu menatapku, penuh senyum dan kebanggaan. Dia menepuk pelan pipi ketika ia membubuhi bedak tipis di wajahku. "Kau amat cantik, Leila. Kelak kau akan menjadi wanita yang sangat cantik."

Bisa kurasakan sentuhan kasih sayangnya di wajahku. Aku membalas senyuman Ummu. "Secantik Ummu?" siapapun tahu bahwa di balik cadar itu, Ummu memiliki wajah yang amat cantik, yang bahkan selalu membuatku terpesona.

Ummu mengoleskan lipstik merah muda di bibirku. "Engkau akan lebih, lebih, lebih cantik dari apapun. Namun, satu hal yang harus kau ingat, Leila."

Jemari Ummu menelusuri pipiku, membelai dengan lambat dan berakhir pada ujung daguku. "Wajah cantik ini hanya engkau persembahkan pada suamimu. Martabatmu, derajatmu, harus engkau jaga serta cintamu. Namun di atas segala cinta itu, yang utama adalah..."

"Kecintaanku pada Allah." Aku menyelesaikan kalimat Ummu. Jawabanku yang tanpa meragu menghasilkan pelukan hangat Ummu. Ia mengecup dahiku.

"Ya. Cinta yang sempurna adalah milik Allah. Cintai Dia, maka Dia akan selalu berada di dekatmu. Apapun itu, Leila. Jika engkau menjauh, maka Dia pun akan jauh darimu. Tetapi jika engkau selalu mendekatkan dirimu padaNya, maka Dia akan selalu dekat denganmu."

Ummu mundur dan menarik cadarnya, menyembunyikan wajah cantik itu di baliknya, menyisakan sepasang matanya yang indah dengan riasan yang memukau. Aku ingin seperti Ummu.

"Kapankah aku bisa mengenakan cadar seperti Ummu?"

Alis hitam Ummu terangkat. Gerakan kecil cadarnya menandakan bahwa dia sedang tersenyum. "Biasanya, pada saat kau mengalami haid pertama kali."

"Apa itu haid?"

Syarifah Latifah menggantikan Ummu dalam menjawab. "Tanda di mana anak perempuan menjadi seorang gadis. Itu akan engkau alami, Leila. Nanti." Dia memberiku tanda agar menghentikan pertanyaan lain yang akan timbul. "Sekarang kau telah siap untuk pergi bersama ayah dan ibumu mengunjungi pesta ulangtahun Sheikh Al Jabbar."

"Masalah cadar...."

Aku menatap Ummu yang berdiri tenang.

"Masalah penggunaan cadar itu tergantung dirimu, Leila. Jika kau merasa ingin mengenakan cadar, itu keputusan yang baik. Tapi jika kau tak mau mengenakannya, itu bukan suatu masalah. Ummu tak memaksa."

Ummu bersikap lunak. Aku tahu itu. Tetapi, di dalam hatiku, di dasar sanubariku, aku ingin mengenakan cadar. Cermin yang ada di kamar memantulkan diriku yang telah siap. Ucapan Ummu telah meresap ke dalam hatiku. Di masa pembelajaran Al Quranku di Deira, aku mengetahui ayat di mana Allah berfirman,

وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

"Dan hendaklah mereka (para wanita) menjulurkan kain jilbab ke dada mereka" (QS. An Nuur: 31).

LEILA : A TRUE PRINCESS (COMPLETED) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang