Bab 1. B

25.3K 2K 24
                                    

Bab 1. B


Bianca masih menatap layar ponsel yang ia genggam. Membaca novel online sudah menjadi kebiasaannya bahkan sejak tinggal di luar negeri, hingga ketika ia bosan seperti saat ini, novel-novel tersebut mampu menghiburnya.

Saat ini, dirinya sudah berada di dalam sebuah mobil dengan Sienna yang duduk di sebelahnya. Hari ini adalah hari dimana ia menemani Sienna menonton konser The Batman, konser yang katanya akan menjadi konser terspektakuler di tahun ini.

Dan Bianca tidak peduli. Ia bahkan tampat tidak tertarik sama sekali.

Bianca tak berhenti mendengus sebal ketika mendengar ocehan Sienna yang menceritakan tentang Jason, yang tak lain adalah vokalis Band tersebut. Sienna menuturkan jika pria itu adalah pria terpopuler senegeri ini. Banyak wanita yang mengantri padanya, namun Jason terlihat enggan memilih salah satunya.

"Mungkin saja dia Gay." Bianca berkomentar tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponselnya.

"Bee, jaga bicaramu. Enak saja. Jason bukan Gay. Jangan percaya sama gosip-gosip murahan itu. Lagian, dulu dia sempat jadi pacar Felly sebelum Felly nikah sama Raka."

"Oh ya?" Bianca hanya menanggapi seadanya, tampak tak tertarik sama sekali dengan pembahasan tentang Jason. Baginya, tak ada sosok yang sempurna di dunia ini. Sosok sempurna itu hanya ada di dalam novel-novel yang pernah ia baca hingga membuatnya bergairah atau bahkan orgasme ketika membaca sastra-sastra erotis tersebut.

"Bee, kalau misalkan nanti aku nggak sengaja ketemu sama dia, apa kamu mau aku kenalin sama dia?"

"Hei, aku nggak suka di comblangin. Lagian apaan sih, aku nggak suka sama anak Band."

"Terus, kamu maunya yang kayak gimana? Bukannya saat itu kamu pernah bilang kalau nggak suka sama tipe CEO yang kaku dan membosankan kayak kak Aldo dan Kak Raka? Nggak ada salahnya, kan kalau aku nawarin anak Band?"

"Ya tapi, aku juga nggak suka sama anak Band. Lagian apaan sih, memangnya kamu kenal sama dia?"

"Kenal dong, dia kan alumni di SMAku."

Bianca memutar bola matanya jengah. "Hanya alumni, lagian biasanya artis Top nggak akan mau mengenal orang luar kecuali keluarga atau teman dekat mereka. Udahlah, nggak usah bahas dia lagi."

"Tapi Bee, beneran deh, kayaknya seru kalau jodohin kamu sama dia."

"Hadehhh, terserah kamu deh." Bianca akhirnya memilih mengalah dengan kecerewetan sang kakak ipar. Ya, Sienna memang sangat cerewet dan manja seperti seorang adik, tapi Bianca dapat mengerti, mengingat kakak iparnya tersebut memiliki usia tujuh tahun lebih muda daripada dirinya.

***

Bianca cukup terkejut saat sampai di tempat konser yang mereka tuju. Konser tersebut ternyata sangat ramai dengan banyak sekali fans The Batman yang membawa aneka macam atribut untuk meramaikan konser tersebut.

Lebih terkejut lagi saat ia sadar jika dirinya diajak oleh Sienna menuju ke area VVIP yang letaknya tepat di baris depan panggung. Ia juga sempat mengernyit ketika Sienna ikut mengeluarkan berbagai macam atribut seperti poster dan lain-lain dari tas besar yang ia bawa.

"Kamu menggelikan." Bianca berkomentar.

"Kamu apaan sih? Nggak pernah nonton konser ya?" ejek Sienna.

"Ya nggak gini juga kali Si. Lagian aku emang nggak pernah suka nonton konser, karena aku nggak terlalu fanatik dengan anak Band."

"Kamu belum lihat aja bagaimana penampilan mereka. Astaga, aku udah nggak sabar. Kalau Kak Jason nyamperin kesini, aku akan teriakin dia nyaring-nyaring."

"Malu-maluin kamu, Si." Komentar Bianca.

"Yee, lihat saja nanti di sebelahmu, semuanya akan begitu."

Bianca hanya bisa mendengus sebal saat Sienna masih kukuh dengan pernyataannya. Ia memusatkan kembali pandangannya pada layar ponsel yang ia genggam. Lebih baik ia menenggelamkan diri pada novel-novel online yang ada dalam ponselnya ketimbang ia harus ikut-ikutan gila seperti Sienna.

Tapi tak lama, setelah ia berkonsentrasi membaca novel tersebut, konsentrasinya buyar ketika ia mendengar teriakan-teriakan histeris, dengan kesal Bianca memutar bola matanya ke arah di sekitarnya. Rupanya acara baru saja dimulai karena tiba-tiba lampu-lampu di panggung di hadapannya mati seketika.

Bianca kembali mendengus sebal sembari bersiap menatap layar ponselnya kembali, tapi ketika ia baru saja menundukkan kepalanya, tubuhnya kaku saat mendengar sebuah suara merdu di iringi oleh teriakan banyak wanita di sekitarnya.

Bianca mengangkat wajahnya. Matanya terpaku pada seorang lelaki yang berada di atas panggung dengan sorot lampu terang tertuju pada lelaki tersebut. Lelaki itu bernyanyi tanpa diiringi musik, hingga suaranya terdengar menggema dan begitu merdu. Ekspresinya tampak sekali kesakitan, tapi demi Tuhan, itu tak mengurangi sedikitpun ketampanan yang terpahat sempurna di sana.

Tampan?

Ya, lelaki itu amat sangat tampan. Tampan, gagah, dan begitu panas. Oh, bahkan semua gambaran lelaki yang diinginkan Bianca seakan tertuang pada lelaki tersebut. Bianca hanya ternganga, jantungnya tak berhenti berdetak cepat, tubuhnya terasa panas membakar, dan mungkin kini wajahnya sudah merona-rona tak jelas.

Astaga, apa yang terjadi dengannya?

-TBC-


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bianca NEW!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang