Chapt 3.B (Lebih panas dari sang CEO)

24.2K 1.7K 19
                                    



Chapter 3.B

-Lebih panas dari Sang CEO-


Bianca tak berhenti tertawa lebar saat mengingat bagaimana lucunya wajah Sienna tadi saat ia tak sengaja menyembur kakak iparnya itu dengan jus yang ia minum. Sienna sangat murka, dan melihat Sienna murka merupakan hal langka untuk Bianca.

Kini, Sienna masih di dalam toilet untuk membersihkan dirinya, sedangkan Bianca masih sesekali tertawa sendiri sepereti orang gila karena mengingat kejadian tadi.

"Bee, kamu keterlaluan." Felly datang sambil menegur Bianca. Bagaimanapun juga, Sienna adalah kakak ipar Bianca, harusnya Bianca menghormatinya meski usia Sienna jauh lebih muda.

"Astaga, aku nggak sengaja, sumpah."

"Tapi kamu bisa kan berhenti menertawakannya?"

"Hahahhaha, oke, oke. Ya ampun, dia lucu sekali tadi, aku sampai gemas."

"Dia kakak iparmu, Bee."

"Yes, I know. Tapi aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri." Lagi-lagi Bianca terkikik geli.

Ketika Bianca sibuk dengan tawa cekikikannya, ponselnya berbunyi. Bianca melirik sekilas dan melihat nomor baru sedang menghubunginya. Akhirnya Bianca mengabaikannya. Ya, ia sama sekali tidak suka dengan pemanggil nomor baru, karena biasanya, nomor-nomor tersebut hanya untuk menggodanya saja.

Ketika Bianca membiarkan ponselnya berdering terus menerus, Felly bertanya "Kenapa nggak kamu angkat?"

"Malas, nomor baru, paling cuma missed call aja."

Felly tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Ya ampun Bee, sejak tadi kamu mantengin ponsel kamu terus, sekarang pas bunyi, kamu malah mengabaikannya."

Oh Sial!! Bianca baru ingat, kalau sejak seminggu yang lalu, ia memang menunggu nomor baru masuk ke dalam panggilannya, nomor yang mungkin saja milik seorang Jason. Dengan segera Bianca meraih ponselnya, tapi ketika ia akan mengangkat telepon tersebut, deringnya sudah mati.

"Yaaahhhh apa-apaan sih ini. Nyebelin banget." Bianca menggerutu kesal.

"Tuh kan, pasti ada yang kamu tungguin." Goda Felly.

Bianca mendengus sebal. "Itu Fell..." saat Bianca akan bercerita dengan Felly tentang Jason, ponselnya kembali berdering. Bianca dan Felly sempat saling pandang sebentar karena sama-sama terkejut, lalu secepat kilat Bianca mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?" Bianca menyapa penuh harap.

"Hai, Bee."

Ya, Bianca merasakan jantungnya seakan ingin meledak saat ini juga. Itu Jason, ya, benar-benar Jason. Dan astaga, Bianca masih tak menyangka jika lelaki itu benar-benar menghubunginya, meski sangat terlambat. Astaga, apa yang sudah terjadi dengannya? Kenapa ia merasa sangat bersemangat saat berhubungan dengan lelaki itu?

***

Dengan langkah ragu, Bianca memasuki sebuah lift di sebuah gedung apartemen. Lift tersebut menuju ke lantai 25. Lantai dimana ia akan bertemu dengan Jason.

Ya, tadi saat Jason menghubunginya, lelaki itu memintanya untuk mendatangi lelaki tersebut di apartemen ini. Apartemen yang keamanannya sangat terjaga, karena untuk memasuki apartemen ini saja Bianca harus melewati beberapa penjagaan. Pantas saja penyanyi sekelas Jason tinggal di apartemen ini.

Jantung Bianca tak berhenti berdebar kencang, saat mengingat jika dirinya akan kembali bertemu dengan sosok Jason. Astaga, sebenarnya ada apa dengan dirinya?

Bianca tak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya, tapi melihat Jason yang tampak begitu menggoda malam itu ketika ia melihat aksi panggungnya, Bianca selalu merasa terbakar saat mengingat tentang Jason.

Apa-apaan ini?

Bianca menggelengkan kepalanya ketika otaknya mulai berpikir semakin jauh tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi diantara dirinya dengan Jason. Sial! Ini pasti karena novel-novel Romance dewasa yang sering ia baca, hingga ketika ia membayangkan tentang Jason, pikirannya selalu menjurus kepada hal-hal mesum.

Bee, kamu harus mulai menghilangkan kebiasaan burukmu itu! gerutunya pada dirinya sendiri.

Tak lama pintu lift di hadapannya terbuka. Jantung Bianca semakin berdebar kencang. Apalagi saat melihat beberapa laki-laki tinggi tegap berpakaian serba hitam berdiri di ujung lantai tersebut.

Bianca keluar dari dalam lift itu, sesekali ia merapikan rambutnya yang sengaja ia cat pirang. Kakinya melangkah menuju pintu paling ujung. Pintu yang tampak di jaga ketat oleh beberapa laki-laki tinggi tegap yang Bianca yakini adalah Bodyguard Jason. Saat Bianca sudah berada di depan pintu apartemen Jason, seorang Bodyguard bertanya padanya.

"Nona Bianca?"

"Ya, saya." Bianca menjawab dengan sedikit gugup.

"Silahkan masuk." ucap sang Bodyguard sembari membukakan pintu tersebut untuk Bianca.

Bianca megangguk, dan kakiya mulai melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut. Sedikit terkejut ketika ia menolehklan kepalanya ke belakang ternyata pintu masuk di tutup oleh Bodyguard tersebut.

"Hai, Bee, baru sampai?" suara tersebut sontak membuat Bianca menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Dan demi Tuhan! Bianca menyesal karena sudah menolehkan kepalanya ke sana.

Tampak Jason berdiri di depan pintu kamar mandinya dengan tubuh dan rambut yang masih basah. Hanya berbalutkan handuk kecil yang melilit pinggangnya. Sungguh, lelaki itu tampak begitu panas dengan tubuh tegap yang tampak begitu perkasa. Oh, bahkan Bianca mengakui jika Jason lebih panas dari sang CEO di dalam novel-novel romance dewasa yang pernah ia baca sebelumnya. Astaga, bagaimana tubuhnya tak terbakar ketika menatap pemandangan panas di hadapannya seperti saat ini?

-TBC-

Bianca NEW!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang