PAGE 8

365 74 24
                                    

"Kau—" Tanganku terkepal, amarahku semakin memuncak setelah mendengar penjelasannya. "—bisa-bisanya kau melakukah perbuatan itu hanya karena hal yang sepele!". Bentakku tepat di depan wajahnya. Aku benar-benar kesal, sangat kesal hingga ingin sekali ku layangkan tinju ku ini ke wajah poslosnya. Aku heran kenapa ada orang seperti dia di dunia ini?

"Mi—mianhae Sunbae.. hiks.. aku.. aku tak terima Mankook menjelek-jelekan Sunbae di depan semua orang hiks..". Taeyong membela diri, wajahnya yang putih terlihat memerah dengan air mata yang tak berhenti mengalir di kedua matanya.

Taeyong yang tadi hampir membunuh orang itu kini tak berdaya di hadapan ku. Meringkuk memeluk lutut di salah satu sudut atap sambil menangis sesengukan. Bahkan untuk melihat wajah ku pun ia tak berani.

 Bahkan untuk melihat wajah ku pun ia tak berani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sudah lah Jae, jangan membentak Taeyong lagi. Dia juga sedang terguncang!". Seru Yuta yang tetap setia mengelus punggung Taeyong sejak satu jam yang lalu untuk menenangkan.

"Bagiaman bisa aku diam? Kalau tadi gunting itu menancap di wajah Mankook—" Aku menjentikan jariku di depan wajah Taeyong. "—anak ini akan masuk penjara karena percobaan pembunuhan!".

"Hai. Hai. Aku mengerti. Tapi.. apa yang dia lakukan juga untuk membela mu Jaehyun. Kita tak bisa menyalahkan Taeyong sepenuhnya. Kau tahu sendiri kan bagimana watak Mankook?".

"Shit!". Aku meremat rambutku sendiri, kemudian duduk dan meninju lantai beton dengan sekuat tenaga. Kepalaku pusing sampai mau pecah rasanya. Satu masalah belum selesai dan sekarang muncul lagi masalah yang baru. Hidupku ini benar-benar tak bisa tenang.

"Taeyongah, sebentar lagi jam makan siang akan berakhir. Kau mau ku antar ke kelas, ke ruang kesehatan atau mau di sini saja?".

"Tak usah kau manjakan dia seperti itu, dia bukan anak balita yang mudah tersesat".

"Jung Jaehyun, tutup mulut mu!". Bentak Yuta membuat ku terhenyak. "Kau pergi saja dari sini dari pada memperburuk keadaan!".

Yuta.. membentak ku?




Sebenarnya apa yang ku pikirkan? Kenapa aku mau-mau saja melakukan ini semua? Sudah begitu kacaunya kah pikiranku hingga menolak perintah Yuta saja aku tak bisa?

Hah... sial. Kalau sudah begini percuma juga disesali.

"Su—Sunbae, terimakasih sudah mau mengantarku pulang".

Aku hanya menganggukkan kepala sambil terus menyesap oolong di tanganku.

Nakamoto Yuta.

Sudah dua tahun ini aku berteman baik dengannya. Dia adalah teman pertama ku di kota ini. Kami bertemu pertama kali di hari kedua kepindahanku ke sekolahnya, SMP Shindong. Saat itu aku tak sengaja menendang bola ke arahnya saat pelajaran olah raga.Yuta tersungkur, kami berkelahi dan mendapat hukuman untuk membersihkan lapangan selama satu minggu. Dan sejak itu lah kami mulai berteman.

[G] 짝사랑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang