Akhir Bahagia
Oleh: ambarfen99Bukan tentang bagaimana aku mencari tetapi seberapa keras aku harus berjuang untuk napas hari ini, esok dan seterusnya. Segala cerita berawal dari susunan kata yang dirangakai sesempurna Sang Pencipta. Segalanya kini bukan lagi tentangku, tentangmu apalagi tentang kita. Karna kita tak lagi dalam satu kata, kita berganti menjadi siang dan malam yang tak akan mungkin menyatu. Bukan masalah kebetulan tetapi tentang kebenaran.Semua berawal dari malam itu saat kutak lagi meletakkan hatiku pada tempatnya. Saat kumerasa aku hidup lagi. Menemukan apa yang kucari. Mengkaitkan pada kesejatian yang kudamba. Tentang dia yang datang pada hati yang benar-benar jenuh.
Malam itu aku bertemu dengannya. Dinda Asti, gadis yang tak sengaja kutemui dilobby kampus. Kami hanya sebatas teman fakultas kenyataan yang baru saja kuketahui. Pertemuan dan pertemuan terjadi lagi. Awalnya kupikir ketidaksengajaan ini hanyalah sebuah kebetulan. Mitos lama pun bermantra, cinta itu datang karna kebiasaan. Setelah pembicaraan panjang atas dasar hobby yang sama kita menjadi dekat. Berhubungan via media sosial pun kami selami. Hingga akhirnya sebuah hubungan berdasar ikatan terjadi diantara kita.
Aku adalah lelaki bodoh dan jahat. Mencintai dua perempuan pada saat bersamaan. Tapi aku tak dapat menolak kenyataan bahwa aku bisa menjadi diriku sendiri saat bersama Dinda. Mungkin inilah indahnya cinta yang tak berawal pada obsesi. Tidak pernah terlintas difikiranku akan menghianati Rasti, kekasihku setelah 2 tahun ini bersama. Dia dengan segala norma dan aturannya yang bahkan membuatku membentuk menjadi orang lain.
"Dinda pun bisa cemburu, Pras. Dinda butuh kepastian" ucap Dinda saat kencan kami di sore itu.
"Iya tenanglah. Tunggu aku" ucapku sambil membelai rambut panjangnya.
Semilir angib memanjakan kami berdua. Memainkan anak rambut Dinda yang menerpa wajahku, membuat aroma rambutnya yang begitu harum dan menenangkan. Aku tak dapat berbohong padanya tentang hubungan yang masih kujalani bersama Rasti. Aku tak ingin menyakitinya dengan tidak berterus terang. Itu bukanlah aku.
"Dinda ingin Pras tetap disini. Pras tahu itu kan? Hanya Pras yang bisa menerima Dinda apa adanya," tuturnya menatap kedua mataku dengan tulus sambil memelukku.
"Hemmm," gumamku mengeratkan pelukan kami. Sore yang terlalu indah untuk diakhiri.
Aku hanya berharap waktu yang akan menentukan kepada siapakah aku harus berlabuh. Aku tahu aku salah menghianati Rasti yang menjaga hatinya di sebrang sana. Jarak yang terlalu jauh memisahkan kita. Kesenjangan diriku yang terlalu kosong sehingga membiarkan cinta lain itu bersemi tanpa kusadari. Aku berserah pada waktu kapan aku harus melepas atau mempertahankan. Karna yang kutahu sekarang aku harus secepatnya memberitahu Rasti tentang hatiku. Aku sudah menyiapkan diri atas segala resiko yang akan terjadi. Aku akan menerima takdir apa yang akan terjadi. Memiliki salah satu dari keduanya atau tidak untuk kedua-duanya.
~### ~
"Kamu tahu kenapa merpati itu disebut pengirim cinta?" tanyaku pada Dinda di kencan kami yang kesekian kali.
"Tidak," jawabnya dengan tatapan penuh.
"Karna dia lambang kesetiaan dimana merpati akan selalu kembali kerumah sendiri. Karna ada cinta yang menunggu disana. Tapi hatiku tak mungkin pulang, Din.." jelasku terputus.
"Maksudnya? Dinda nggak paham," ujarnya tak mengerti.
"Maafkan aku. Pras rasa waktu kita sudah cukup. Terima kasih atas waktu dan kebahagiaan yang telah Dinda berikan. Pras sadar pras bukan kebahagiaan untuk Dinda," jelasku tanpa berani menatapnya.
Sunyi menyelimuti kami, aku tahu dia terlalu terkejut dengan apa yang keputusan yang kubuat. Tapi apalah dayaku. Aku telah gagal membahagiakan dan menyayanginya.
"Dinda benci sama Pras. Entah dari kapan. Dinda minta jangan pernah temui Dinda lagi. Anggap kita tidak pernah saling kenal," ujarnya mengis sambil berlalu pergi. Aku tak mengejarnya pun tidak menahannya. Karna aku takut jika melakukan itu aku akan menghancurkan keputusanku.
Begitu halnya kulakukan pada Rasti. Aku memutuskan hubungan dengannya. Karna aku belum pantas mendapatkan cinta dari seseorang. Aku hanya berharap mereka akan menemuka cinta sejati dengan orang yang lebih baik walaupun itu bukan aku.
Quotes: terkadang seseorang menginginkan yang terbaik untuknya padahal dia belum memperbaiki dirinya sendiri. Apa yang kita dapat adalah cerminan apa yang trlah kita perbuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak
Short Story#Komunitas Sahabat Pena Sebuah Kumpulan fiksi mini dari kami sahabat Pena dengan tema "jarak" selamat membaca... #fiksi mini #KamiSahabatPena #jarak #KOSANA