Jarak terlalu kejam

164 5 0
                                    

Jarak terlalu kejam
Oleh: @fa_himmah25 faiqotulhimmah25

“Halo, Ma. Assalamualaikum,” tangan kiriku memegang ponsel yang ku tempelkan pada telinga kiri sedangkan, tangan kananku menarik koper besar. Aku berjalan sambil terus berbicara pada mama melalui ponsel, melewati orang-orang yang berlalu lalang memenuhi stasiun kereta api.
“Iya Ma, aku bisa jaga diri kok,” entah sudah berapa kali aku mengucapkan kata itu, demi meyakinkan mama yang terus menerus mengkhawatirkanku seolah anak SD yang pergi piknik tanpa orang tua. Ya, aku memang baru pertama kali berpisah dengan orang tua, tapi bukan berarti aku tidak bisa mandiri. Aku merantau meninggalkan tanah kelahiran demi menuntut ilmu mengejar cita-cita. Awalnya orang tuaku tidak mengijinkan aku kuliah di luar kota, namun setelah ku yakinkan mereka akhirnya luluh.
“Iya, aku bentar lagi aku langsung ke asrama setelah itu....”
“Halo, Ma?” sambungan tiba-tiba terputus. Ada apa? Tidak biasanya mama tiba-tiba memutus sambungan telepon tiba-tiba. Aku kembali menghubungi nomor itu namun, tidak aktif. Apa mungkin ponsel mama kehabisan baterai? Ya, mungkin saja. Aku tak menghiraukannya kemudian kembali melanjutkan perjalanan menuju asramaku.
***
Adzan Maghrib berkumandang, jalanan mulai padat dipenuhi orang-orang yang akan kembali ke rumah masing-masing. Sang Bagaskara akan kembali ke peraduannya, hari sudah hampir gelap namun, aku tidak peduli. Kakiku terus berlari menuju stasiun, aku ingin segera pulang ke rumah sekarang juga. Tadi siang aku tiba di kotaini meninggalkan tanah kelahiran, namun baru beberapa jam aku berada disini, aku sudah harus kembali. Panggilan telepon yang tiba-tiba terputus ternyata bukan hal sepele. Tepat pada saat itu kota indah tempat tinggalku diguncang gempa. Aku sudah tidak peduli dengan lelah, aku tidak peduli jarak, aku harus pulang menemui mama, papa, adik dan mereka semua, aku harus tau keadaan mereka.
Aku kembali menaiki kereta sama seperti tadi pagi. Hanya saja tadi pagi masih terhias wajah ceria tak sabar menemui kota baru, namun kali ini tersisa wajah sendu dan tangis yang tak berhenti mengalir. “semoga aku tidak terlambat menemui mereka”
Pukul 10.00 malam kakiku sempurna menapak di tanah yang tadi pagi aku tinggalkan. Hanya saja pemandangannya sudah tak seindah tadi pagi. Kota itu kini hancur. Aku berlari menuju rumah berharap semoga disana kebahagiaan masih utuh. Keinginanku hanya satu, bisa melihat mereka yang aku rindukan.
Aku tiba di rumah yang tadi pagi masih indah, namun kini sudah tertutup oleh tanah. Air mataku masih tumpah, hatiku ikut hancur, otakku masih percaya kebahagiaan masih ada. Aku kembali berlari mencari mereka sampai akhirnya aku bertemu dengan mereka. Aku kembali melihat mereka yang tadi pagi menangis melepas kepergian ku, kini mereka menyambutku tersenyum dengan wajah pucat dan mata tertutup. Aku menangis memeluk tubuh beku mereka. Kali ini jarak benar-benar jahat, ia bukan hanya memisahkan aku dengan mereka sementara tapi selamanya.
***

Quotes: Terkadang jarak begitu kejam memisahkan kita namun, dibalik itu ada hikmah masing-masing.

JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang