Tandai typo dan kalimat rancu yaah,
Di hadapan kaca Greya mematut diri, mencoba menilai penampilannya sebelum menunjukkan diri di hadapan tuan Elzir yang ia harap sudah tidur karena menantinya yang sudah lebih dari tiga puluh menit bersembunyi di kamar hanya dengan apron sesuai perintah tuan durhakanya yang memiliki pikiran paling liar dan menjijkkan.
Dia meneguk ludahnya kasar, kala melihat bagian belakang tubuhnya yang polos tanpa apapun selain seutas tali apron yang diikat ke belakang.
Sedang merutuki semua kegilaan Elzir yang bahkan memberikan syarat aneh-aneh hanya untuk menidurinya saja. Greya mencebikkan bibir ingin menangis. Dan keinginan itu benar-benar terjadi saat ada pesan dari majikannya yang super sialan.
Tuan durhaka : Kamu sengaja memperlama, kan? Cepat ke sini sebelum aku berubah pikiran dan memintamu ke sini tanpa mengenakan apapun.
Tak peduli pada dinginnya lantai, Greya luruh di atasnya, menangis kesal sejadi-jadinya.
Begitu lantang ia berucap di hadapan ibu tirinya akan menjadi pelacur, namun malam ini nyalinya sendiri malah ciut, seciut-ciutnya. Dia tak berani keluar dan menghadapi apapun kesialan yang akan terjadi padanya sebentar lagi. Tapi terus mengurung diri di sini juga bukan pilihan baik.
Berdiri, dengan hati yang coba ia tegarkan. Greya kembali mematut diri di depan kaca. Lakukan sekali lagi saja, bukan hadiah yang wanita itu dapat, melainkan kacanya yang pasti pecah. Bosan menampilkan sosok Greya yang tak ada bedanya. Merasa masih tak yakin akan keluar dengan bagian belakang tubuh yang benar-benar polos, Greya kemudian mengambil secarik kain dari lemarinya, lalu memilih mengenakan benda itu di balik apron yang ia kenakan.
Setidaknya dengan segitiga hitam yang menutupi area kewanitaannya dia jadi sedikit percaya diri untuk keluar.
Masuk ke kamar Elzir yang ternyata dibuka lebar-lebar seakan sangat menantikan dirinya yang berjalan nyaris menyamai robot. Wanita itu tak mau salah langkah sedikit saja, apron yang ia kenakan tersibak memamerkan paha bagian dalam.
Di atas ranjang hanya mengenakan celana kerja yang belum diganti, menampilkan tubuh si tuan durhaka yang membuat Greya mau tak mau menelan ludah karena sebentar lagi, entah pada menit ke berapa dada kotak-kotak itu akan menempel pada telapak tangannya. Uuh ... yang menolak ditiduri sudah memikirkan hal yang lebih jorok dari tuan durhaka sepertinya.
Elzir menatap Greya dengan tatapan dingin menusuk. Seperti runcingan es yang jika jatuh bisa saja membunuh siapapun yang ada di bawahnya. Menerima tatapan tajam namun seduktif itu membunuh imajinasi liar Greya. Hancur sudah. Makin hancur saat Elzir berdiri masih dengan tatapan yang sama, berjalan mendekatinya yang perlahan mundur.
"Mundur selangkah lagi, aku minta kamu kembalikan seluruh uangku sekarang juga."
Ya ampun setan. Ancamannya serius.
Greya memilih berhenti, dari pada harus dipenjara karena menyanggupi untuk mengembalikan uang Elzir dengan uang permainan monopoli.
Tuan durhaka kesal. Namun pria itu begitu pandai menutupi ekspresinya. Dia tahu jika kesal akan berubah menjadi marah, dan marah malah akan mengacaukan semuanya.
Pria yang jarang menunjukkan ekspresi secara berlebihan itu memutari tubuh pembantunya, tersenyum tipis saat melihat sehelai kain menutupi area belakang Greya. Menjauh, berjalan ke arah nakas untuk mengambil pisau buah yang tergeletak di sana dan membawanya kembali ke arah Greya yang sudah tercekat.
Dia hanya mengulur sedikit waktu, apa harus mati karena itu? "Tu--tuan."
"Ssttt." Elzir menempelkan besi pisau pada leher Greya, menyusupkan aura dingin yang rasanya sudah menusuk ke jantung wanita itu. Terlebih ketika benda itu menelusuri tubuhnya dari leher, bahu, lalu turun ke bawah melalui punggung. Dia berharap jika memang harus mati, setidaknya jangan menggunakan pisau yang akan memberi cacat pada kulitnya. Bolehkah ia meminum racun saja??
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Maid
RomansaDia Greya Kezianove Wanita cantik, nyaris tak memiliki cela. Kekurangannya hanya satu. Dia miskin. Wanita miskin yang hanya patut dilirik untuk dinikmati tapi bukan dimiliki. Dia Greya Kezianove Wanita berusia 28 tahun, yang hidupnya diabdikan untu...