Part 1

239 56 24
                                    

SlepSlepSlep

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Slep
Slep
Slep

Tiga anak panah menancap sempurna pada target berwarna kuning. Caramel Aresya Shazein, gadis yang akrab dipanggil Ara adalah salah satu atlet panahan unggulan di SMA Satria Nusantara.

"Baik Ara, saya rasa latihan kita cukup sampai disini. Jaga kondisi fisik kamu, karena turnamen olahraga memanah 4 bulan lagi."

"Siap Coach!"

~♡~

"LIFIA!" Suara melengking gadis cantik itu menggema memenuhi isi cafe di bilangan Jakarta. Tak sedikit pasang mata yang menatap ke arahnya, namun gadis itu nampak tak memperdulikannya. Dia berlari dengan riangnya menghampiri meja di sudut cafe, memeluk seorang gadis yang menahan malu akan tingkah Ara sedari tadi.

"Aahh. Gue kangen banget sama lo." Ara memeluk Lifia sambil menggoyangkan badannya ke kanan dan ke kiri.

"Ara, lepasin ihh! Lo bau. Habis latihan manah dari pagi sampe sore. Dan lagi, lo ngapain kangen sama gue? Kita tetanggaan kalo lo lupa." Refleks Ara melepaskan pelukannya seraya menampilkan cengiran polos di wajah cantiknya.

"Oh iya, lupa." Lifia memutar bola matanya malas. Dia sudah tidak asing lagi dengan sifat ajaib yang dimiliki Ara. Tak terhitung berapa kali dia harus menahan malu karena sifat ajaib Ara.

"Manda mana, kok dia ngga ikut?"

"Dia lagi ada bimbel tambahan buat persiapan olimpiade matematika bulan depan." Ara hanya ber oh ria sambil menyeruput milkshake Lifia.

"Ara! Kok milkshake gue lo habisin sih?"

"Ara itu haus banget Lifi. Kan tadi Lifi sendiri yang bilang kalo Ara latihan dari pagi sampe sore. Banyak cairan tubuh Ara yang hilang, jadi Ara harus banyak minum."

"Ya tapikan lo bisa pesen sendiri Ara cantik." Lifi tampak geram dengan tingkah Ara yang seenaknya, namun Ara terlihat biasa saja seperti tak melakukan apa-apa.

"Ya selagi masih ada yang gratis kenapa harus buang-buang uang buat pesen lagi, Bunda juga sering bilang kalo Ara ngga boleh boros, mending uangnya buat beli keperluan lain yang lebih penting. Oh iya Ara tau kok kalo Ara cantik, Bunda juga sering bilang kaya gitu."
Mendengar penuturan Ara yang terkesan santai membuat Lifi harus menghela nafas kasar berkali-kali untuk sekedar mengurangi emosi yang sudah meletup-letup sedari tadi.

"Terserah lo aja lah Ra. Cape gue ngeladenin lo, ngga ada gunanya, buang-buang waktu juga. Mending sekarang kita pulang, belajar buat ulangan fisika besok."

"Ayo! Ara juga udah cape. Pengen cepet-cepet sampe rumah terus langsung tidur."

"Belajar dulu Ara!"

"Ara belajarnya titip sama Lifi aja. Besok kalo Ara tanya jawaban Lifi harus jawab ya, kan Ara udah titip belajar sama Lifi." Lifi menghela nafas lagi. Entah sudah berapa kali dia menghela nafas seharian ini karena Ara.

"Terserah lo Ra, terserah."















Ini cerita pertama aku. Mohon maaf kalo masih banyak salahnya. Tolong kasih kritik dan saran kalian buat memperbaiki kekurangan tulisan aku yang sekarang.
Terimakasih

26082018

CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang