A Strange Feeling

273 43 2
                                    




Hari-hari berlalu seperti biasa. Rutinitas Sungwoon pun tidak ada yang berubah ataupun berbeda. Setiap hari dari pagi hingga malam menjelang, ia disibukkan bekerja sebagai pengasuh di Daycare Little Angel milik, Choi Junhyuk. Lalu, ketika malam hingga pagi, ia hanya menghabiskan waktunya di Apartment kecil miliknya mempersiapkan bahan apa yang akan ia ajarkan pada anak-anak di Daycare.

Bosan? tentu saja Sungwoon merasa bosan dengan hidupnya yang monoton ini. Namun ia tidak merasa itu menjadi sebuah masalah karena bertemu dengan anak-anak membuat Sungwoon merasa bahagia. Walaupun sejujurnya ia ingin merasakan hal lain yang mungkin bisa membuat hidupnya sedikit lebih berwarna.


Seperti dua orang sepasang kekasih yang sedari tadi Sungwoon perhatikan diam-diam misalnya.Ia berpikir kapan dirinya bisa berada diposisi mereka...menghabiskan waktu bersama, bergandengan tangan, kencan di Taman Bermain, menonton film bersama dan berciu-


"hah! apa yang sedang kupikirkan?" Sungwoon menjambak pelan rambutnya ketika tersadar dari lamunannya. Rona merah terpancar jelas dari pipinya.


Dengan cepat ia menggelengkan kepala membuang jauh-jauh pikiran yang bagi Sungwoon itu tidaklah penting. Yang paling penting baginya sekarang adalah mengumpulkan uang untuk membayar biaya sewa Apartment yang sudah jatuh tempo. Dan mengingat hal itu mendadak dengan cepat merubah mood Sungwoon, "Sial," umpatnya kesal.


"Apanya yang sial?"


Sungwoon mengangkat kepalanya dan menatap terkejut saat seseorang mendatanginya dan menghidangkan makanan yang Sungwoon pesan dihadapan pemuda mungil itu yang masih terpaku terdiam. Pemuda yang telah membantunya di Subway beberapa hari lalu. Ternyata benar dia bekerja di Restoran ini.


"Halo, tuan?" Pemuda berparas tampan dengan rambut hitamnya melambaikan tangan tepat di depan kedua mata Sungwoon.

"Ah, maaf. Terima kasih," sahut Sungwoon dan menganggukkan kepalanya dengan sopan seraya melirik papan nama yang terpasang di baju Pemuda itu. Hwang Minhyun.


"Selamat menikmati," Pemuda itu membalasnya dengan senyuman yang siapapun melihatnya akan luluh seketika dan ia kembali bekerja. Sedangkan mata Sungwoon terus mengikuti hingga pemuda itu hilang dari pandangannya.


Siang itu, Sungwoon mendatangi dan menghabiskan waktu istirahat siangnya  di Restoran depan Daycare tempatnya bekerja. Bukan karena para pegawainya yang bagai pangeran, melainkan citra rasa makanan yang disediakan oleh Restoran itu sesuai dengan lidah Sungwoon. Selain itu, harganya juga terjangkau untuk kantong Sungwoon yang seorang anak perantau dari pinggiran kota Seoul, Ilsan.


Yang biasanya ia datang bersama Moonkyu, kali ini ia datang seorang diri.  Kebetulan Moonkyu masih memiliki beberapa urusan sedangkan Sungwoon yang sejak pagi merasa kurang sehat memutuskan makan di Restoran yang menyediakan samgyetang yang cocok saat dimakan di musim panas dan baik untuk kesehatan tubuh.

Pemuda itu membenarkan letak kacamatanya seraya menatap Daycare yang terbangun kokoh di seberang Restoran. Ia memijit keningnya yang tiba-tiba terasa pusing. Beberapa kali juga dirinya bersin dan kondisinya yang kurang sehat membuat lidahnya pun terasa pahit. Makanan yang ada dihadapannya pun terasa begitu hambar baginya. Namun Sungwoon tetap berusaha menghabiskan makanannya itu. Karena begitulah budaya di negaranya. Akan dianggap tidak sopan jika kita tidak menghabiskan makanan.

Perubahan cuaca terkadang memamng membuat daya tahan tubuh beberapa orang menjadi turun seperti halnya yanb dialami Sungwoon. Ini sangat jarang terjadi pada dirinya ketika di Korea sedang mengalami perubahan musim dari musim panas ke musim gugur. Atau mungkin karena dirinya memaksakan diri untuk bekerja selama satu minggu penuh agar dapat membayar biaya sewa Apartmentnya.





Sweet SensationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang