Pelepah Dendam Elf

1.5K 232 6
                                    

Dengan kaki yang disilangkan sosok itu terlihat duduk dengan angkuh, rambut putih keperakannya berkilau tertempa cahaya kunang-kunang perak yang terbang di sekitarnya, telinganya yang runcing dan panjang bergerak-gerak ketika menangkap suara sejauh lima kilometer. Mata selegam mutiara rusa betina yang bening dan indah itu menatap tajam sosok namja tampan di hadapannya, namja bermata setajam musang berkulit tan yang menatapnya seolah-olah hendak mengulitinya.

Di sekitar mereka beberapa unicorn menendang-nendang tanah dengan tidak sabar, rambut ekor mereka yang berwarna keperakkan berkibas-kibas, cula mereka yang sewarna pelangi bening itu berkilau-kilau cemerlang mengalahkan keindahan bintang malam itu. malam yang cukup sunyi walau balairung besar –bila bisa dikatakan seperti itu− telah terisi banyak tatap mata yang melihat dengan tegang kejadian yang akan terjadi selanjutnya pada dua sosok yang sama-sama keras kepala namun juga sangat hebat itu.

"Kau suamiku tapi masih menemui yeoja tidak tahu malu itu?" bibir semerah darahnya berujar. Ada gurat sakit dan marah dalam tatapan tajam menusuknya, "Bawa Go Ahra kemari!" perintahnya.

"Jae?" bibir berbentuk hati itu bergetar ketika melihat yeoja yang sangat dikenalnya diseret paksa oleh seorang namja jangkung dan seorang namja bertubuh sedikit lebih pendek dari rekannya dan memiliki pipi sedikit gempal. Mata setajam musang itu terlihat nanar ketika sosok yeoja itu didorong paksa ke hadapan mereka –dirinya dan sosok berambut putih keperakkan itu.

"Bawa kemari Thunder dan Janus!" rambut putih keperakkannya melambai-lambai ketika angin bertiup pelan, menimbulkan suara gemerisik aneh akibat gesekkan dedaunan pada pohon yang tumbuh tinggi menjulang di dalam balairung besar itu. Mata hitam legamnya masih menatap sosok namja yang duduk di hadapannya, mengabaikan yeoja yang tengah terisak dengan kepala tertunduk itu.

Suara mulai bersahut-sahutan dari seluruh sudut balairung ketika mereka mendengar auman harimau dan lengkingan suara seekor naga yang menyemburkan api beberapa kali. Mereka yang berada di balairung tahu apa yang selanjutnya akan terjadi pada yeoja malang namun juga mengesalkan bagi sebagian dari mereka karena ulahnya sendiri.

Suasana tiba-tiba hening ketika harimau putih besar setinggi dua meter itu mulai memasuki balairung, semua yang berada dalam jalur yang kedua mahluk mistis itu lalui segera menyingkir, sebagian bahkan sudah lari terbirit-birit karena takut.

"Jae!" mata bermata setajam itu berdiri dari duduknya, "Kau tidak harus melakukan hal ini!"

"Aku harus!" mata selegam mutiara rusa betina itu menatap penuh sayang kedua peliharaannya itu. Thunder sang harimau putih yang mampu menguarkan api biru dari dalam dirinya, api biru neraka. Sedangkan Janus adalah seekor naga api yang mampu menjadikan apa saja yang bersentuhan dengannya menjadi abu –bila dia menginginkannya. Mereka hanya akan jinak pada majikkannya. Lihat saja bagaimana Thunder langsung melompat dan merebahkan dirinya di samping kaki sang majikkan dan Janus yang mengepakkan sayapnya agar bisa segera sampai ke tempat majikkannnya, membuat beberapa unicorn yang ada di sana sedikit gelisah.

"Jung Jaejoong!" bibir berbentuk hati itu memekik.

"Biar semua tahu, apa yang akan aku lakukan pada yeoja penggoda suami orang!" ucap sosok cantik itu dengan wajah angkuhnya, "Junsu, bawa kemari benda-benda itu!" perintahnya.

Seorang namja berambut emas datang dari arah kiri sambil membawa sebuah baki. Diletakkannya baki itu di hadapan sang yeoja yang terduduk di atas lantai sebelum berjalan menuju ke belakang sosok cantik berambut putih keemasan itu.

"Go Ahra, silahkan pilih dengan apa kau ingin mati. Meneguk racun? Menusuk belati ke jantungmu sendiri, menjadi batu, atau menjadi makanan Thunder dan Janus? Katakan?!"

YunJae One Shoot Fantasy RepostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang