"Dorongan kuat untuk menghindari sesuatu atau seseorang"
.
.
.
.
.
Terlihat keduanya tersenyum.
Mereka belum melepaskan kaitan tangan mereka sedari tadi.Merasa nyaman akan kaitan tersebut hingga enggan untuk melepaskannya.Merasa hangat akan kaitan tersebut hingga ingin selalu seperti itu.
Mata keduanya kembali menyelami satu sama lain.Tidak pernah bosan untuk melakukan hal tersebut.Mungkin karena merasa melihat keindahan yang tersirat kesedihan dalam mata masing-masing.
Senyum keduanya terlihat tulus kali ini.Bukan seringaian, bukan paksaan, bukan pula senyum tanpa makna.Hanya senyum sederhana namun mengandung makna mendalam.Senyuman yang menyiratkan ketulusan dan kelegaan dan sesuatu yang disebut cinta.
Apakah mereka saling mencintai atau tidak, bahkan mereka sendiri tidak tahu.Mereka tidak menyadari adanya perasaan khusus yang hinggap di antara keduanya.Hanya mengetahui mereka nyaman dan saling memiliki.Hanya itu.
Mungkin mereka perlu disadarkan agar tidak terjadi hal lainnya yang tidak diinginkan.
"Aku senang kau menerimaku setelah selama ini.Benar-benar menerimaku,"
"Karna akupun menginginkanmu.Bukan hanya dirimu yang tergila-gila.Akupun sama,"
"Akhirnya mengetahui rasa gilamu itu membuatku mengerti.Namun, aku ingin kau benar-benar menerimaku dan mengijinkanku untuk masuk ke dalam hatimu lebih dalam.Lebih dalam dari siapapun yang pernah memasuki hatimu,"
Ia menarik tangan manusia satu lagi itu dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya.Tidak ada lumatan, tidak ada nafsu, hanya ketulusan yang ada.
"Dan sekarang aku mendapat ijin itu.Maka dari itu, terima kasih Thomas Sangter.Terima kasih atas segalanya." ujarnya sembari tersenyum dengan lembut.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Seorang perempuan berkulit pucat dengan rambut hitam kelam sebahu memasuki kelas itu.Mengedarkan pondangannya, mencari-cari sahabat tercintanya.
Ia mengerutkan alisnya saat menyadari bahwa orang yang dicarinya tidak berada dalam ruangan itu.
"Kemana Ella?"
Sang perempuan yang tenggelam dalam pikirannya tidak menyadari bahwa sedari tadi ia masih berdiri di depan pintu ruangan itu.Memblokir pintu masuk seseorang di belakangnya yang sedang menunggu.
"Permisi, apakah kau akan masuk atau tidak?"
"Wuahhhh!!!"
Perempuan itu terkejut ketika ia dibangunkan dari lamunannya secara tiba-tiba oleh suara yang tidak ia kenali.
Ia menoleh ke belakangnya secara refleks untuk melihat wujud orang yang baru saja mengagetkannya.Menatap orang tersebut dengan seksama.Bisa ia lihat pemuda tinggi dengan surai light brown yang berantakan namun terlihat sexy.
Ia terlalu sibuk mengobservasi pria di depannya tanpa mengubris ucapan sang pria tadi.
"Jadi?" ucap pria tersebut.
"Hah?"
"Apakah kau akan masuk ke kelas ini?Karna aku ingin memasuki kelas ini namun ada seseorang yang rupawan menghalangi jalan masukku." ujar pria itu kembali namun dengan tambahan sebuah seringaian.
"Ma...Maafkan aku." jawabnya sembari menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya akibat ucapan sang pria.
Pria di depannya terkekeh kecil melihatnya yang langsung minggir dari posisi sebelumnya dengan wajah memerah.
"Thomas."
Sang perempuan mengangkat kepalanya mendengar ucapan sang pria.
"Thomas Sangster.Mahasiswa jurusan bisnis semester 7.Senang bertemu denganmu."
Sang perempuan kembali tercengang melihat pria yang tiba-tiba saja memperkenalkan dirinya.
"Ahh!Kerry Deazley.Mahasiswi jurusan bisnis semester 5.Se...Senang bertemu denganmu Thom...Thomas." ucapnya tergagap
"Hahaha.Tidak usah gagap begitu."
"Ap...Apa??Aku tidak gagap kok!"
"Iya iya Kerry.Kau tidak." ucap Thomas sembari menyeringai.
Kerry tertunduk malu.Ia tidak tahu tapi ia benar-benar malu sekali.Padahal tidak biasanya ia begini.Mungkin karena ia baru saja berkenalan dengan salah satu orang populer di kampusnya.
Tentu saja ia tahu siapa itu Thomas Sangster.Siapa yang tidak tahu mengenai pria tampan satu ini yang merupakan pewaris tunggal dari perusahaan terbesar di negaranya.Ia juga tentu tahu mengenai rumor-rumor yang mengelilingi pria tersebut.
Ia sangat terkejut ketika Thomas memperkenalkan dirinya.Karena ia tergolong orang yang sangat intovert dan tidak akan berbicara kepada siapapun.Auranya yang kelam juga selalu menguar dengan kuat.
"Hei Kerry.Apa kau pernah mendengar rumor mengenai diriku?"
Kerry hanya terdiam.
"Kuanggap itu sebagai ya.Aku hanya ingin memberi tahu tidak semua dari rumor itu benar dan tidak semua dari rumor itu salah." ujarnya dengan seringaian yang mengerikan.Kerry dapat merasakan instingnya yang berkata untuk menjauhu manusia di depannya ini.
"Dan aku tidak suka apa yang menjadi milikku disentuh atau bahkan ditatap oleh orang lain.Aku juga tidak suka ketika seseorang menyentuh atau menatapku saat aku merupakan milik seseorang yang spesial.Aku bukan orang yang sabar.Aku bukan juga orang yang berbaik hati."
"Aku bisa melakukan hal-hal buruk yang bermunculan di kepalamu.Bahkan lebih.Sangat lebih dari itu."
"Maka berhati-hatilah.Karna kau milikku dan aku milikmu.Kerry Deazley."
Thomas menyelesaikan penuturannya dengan sebuah seringaian yang kali ini lebih menyeramkan dari sebelumnya.Aura dominan Thomas berkobar bercampur dengan aura kelamnya membentuk sesuatu yang sangat mengerikan.Matanya yang tajam mencerminkan dirinya yang tidak main-main.Terutama akan ucapannya.
Setelah selesai menatap Kerry dengan tajam ia berjalan menuju kursi paling belakang di kelasnya dan mulai memasangkan headphone dan menidurkan kepalanya.
Ia meninggalkan Kerry yang gelisah akan apa yang baru saja terjadi.Segudang pertanyaan menghampiri dirinya.
"Apa yang baru saja terjadi?" - Kerry Deazley
"Karna kau baru sembuh dan baru kembali, hari ini aku tidak akan melakukan apapun." - Thomas Sangster
.
.
.
.
.

YOU ARE READING
You're My Abience
Fanfiction"Dorongan kuat untuk menghindari sesuatu atau seseorang" Itulah dirimu bagi diriku Thomas Sangster dengan segala misterinya dan Kerry Deazley dengan segala masa kelamnya.Sepasang yang tidak seharusnya sepasang. Mereka tidak melengkapi namun sebalikn...