Chapter 6

756 52 6
                                    

Sebaik itu kah dia? Bahkan perempuan itu pun menyebut si perusuh perempuan yang baik.

***
Mereka berdiri sejajar menghadap kepala sekolah. Tepat di ujung kanan Andi berdiri, kemudian perempuan berhijab panjang, perusuh, dan laki-laki yang sama sekali tidak ia kenal.

" Jadi kamu yang pagi-pagi sudah buat rusuh di sekolah." sentak kepala sekolah kepada anak laki-laki di depannya, Andi.
Andi diam membisu.Terkejut. Tiba-tiba saja Bapak kepala  sekolah menuduh atas hal yang tidak ia lakukan.

" Ma-af pak, bukan dia orang yang Bapak maksud, sepertinya dia anak baru di sekolah ini. " Perempuan berhijab panjang itu membuka suara. Meluruskan kesalahpahaman.

" Oh? Kamu Andi? Maaf Bapak tidak tahu nak. " Ucap pelan kepala sekolah. Malu karena asal menuduh.

"Iya Pak, ibu pesan untuk bertemu Bapak terlebih dahulu. "jelas Andi.

" Tidak apa-apa, sebenarnya Bapak hanya ingin melihat kamu sebelum memulai aktivitas. Sekarang kamu boleh masuk ke kelas. Sudah tahu?" tanya kepala sekolah.

Andi terdiam sejenak. Ia berusaha mengingat apakah rizky memberi tahu dimana letak kelasnya. Jika ya, maka ia akan berusaha untuk pergi sendiri.
Disamping itu, dua anak yang berdiri bersama Andi berdecak kesal. Si perusuh dan laki-laki di sebelahnya. Mungkin bosan karena terlalu lama menunggu urusan Pak kepala sekolah dengan Andi selesai.
"Hmm kalau begitu kamu pergi bersama icha saja. Dia yang akan mengantar mu. Bapak tahu cha, pasti dalam masalah ini kamu tidak terlibat sama sekali. Tapi, setelah pergi kamu harus kembali kesini untuk menemani atta menyelesaikan masalah yang sudah diperbuatnya. " Ucap panjang lebar Pak kepala sekolah yang terarah pada perempuan berhijab panjang itu.

"Baik Pak, saya permisi.Assalamu'alaikum." Icha berjalan lebih dulu menuju luar ruangan.
" Saya permisi juga Pak, Assalamu'alaikum. " Andi menyusul. Berjalan mengekor di belakang Icha.
Hening. Tak ada perbincangan apa pun disana. Di sepanjang koridor, tangga, bahkan sesampainya di depan kelas yang Andi tuju. Walaupun Andi berada jauh di belakang Icha, namun Andi yakin ada ketidaknyamanan yang Icha rasakan. Ya, Andi akan memanggilnya dengan nama Icha. Memang itu namanya bukan. Lagipula hanya itu yang Andi tahu.
Icha berhenti di depan sebuah kelas yang diatasnya terdapat papan bertulisakan dua belas IPA satu. Matanya masih menunduk, meski sesekali melihat kearah Andi untuk berbicara.

"Syukron." ucap Andi sembari tersenyum tipis.
Icha membalasnya dengan anggukan dengan mata yang selalu tertuju pada lantai sekolah. Andi pun sesekali meliriknya. Dan tepat sekali ia melihat Icha membalas senyum tipisnya meskipun kepalanya masih menunduk kearah lantai.

"Kalau begitu aku pergi, Assalamu'alaikum. " Icha melangkah pergi meninggalkan Andi yang masih berdiri di depan kelasnya.

***
Tak banyak yang dilakukan Andi setelah ia diijinkan masuk oleh guru yang lebih dulu berada di kelas. Memperkenalkan nama, memberitahu alamat, dan dari mana ia berasal. Sangat umum seperti murid baru biasanya. Namun, yang berbeda adalah ketika beberapa siswi menggoda Andi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting.
" Jomblo ga tuh? " tanya salah satu siswi.
" Kok ganteng? " ujar lainnya.
" Itu yang dipake di kepala apa? " pertanyaan salah satu siswi yang bahkan dia tidak tahu tentang peci yang dikenakan Andi.
Tak menggubris pertanyaan mereka,Andi dipersilahkan duduk di kursi kosong yang berada di barisan depan.
Ntah memang sudah dipersiapkan atau memang tidak ada yang ingin duduk disana yang jelas Andi melihat Rifqy di kursi sebelahnya. Rifqy yang sudah tersenyum lebar seakan menyambut kedatangan Andi untuk menjadi partner duduknya.
" Selamat datang bro, selamat karna lo akan jadi partner gue. Selama lo sama gue, dijamin lo akan betah seratus persen. "antusias Rifqy menggelegar membuat bising sesisi kelas.
" So iye lu! Pinter kaga. " teriak seorang siswa di sudut belakang.
Tidak membalas, Rifqy hanya mendengus kesal yang dilanjutkan dengan tawa dari semua murid di kelas itu.
Suasana berhasil pecah walaupun tak lama guru menenangkan mereka untuk kembali kepada materi pelajaran.

***
Kali ini Rifqy memang menunjukkan bahwa ia adalah partner yang baik. Setelah Kegiatan mengajar selesai, Rifqy mengajak Andi berkeliling sekolah. Perjalanan yang menarik bagi Andi ini pun berakhir di sebuah kantin. Dengan perut yang masih kosong. Rifqy tak henti menjelaskan apa saja yang berada di kantin itu. Rifqy benar-benar sudah menjadi pemandu wisata hari ini.

Mereka duduk di sebuah kursi panjang depan penjual kantin yang menjajakan makanan ringan. Empat piring siomay dan empat gelas es teh segera meluncur di atas meja di hadapan mereka. Empat porsi bukan untuk mereka, namun untuk orang-orang yang menghampiri mereka yang bergabung. Maksud sebenarnya adalah untuk berkenalan dengan Andi.

"Kamu makan ya, biar ga cemberut mulu. Mau aku pesenin apa? siomay? bakso? atau nasi? " Suara yang berasal dari meja di depan meja Andi terasa sangat familiar. Icha. Ya, siapa lagi kalau bukan Icha. Memakai hijab panjang dengan suara lembut. Icha duduk dengan posisi tubuh membelakangi Andi. Di depan Icha, duduk  seorang perempuan dengan wajah yang sedang mendengus kesal.

Andi tahu.

Si perusuh.

Assalamu'alaikum guysss
I'm so sorry untuk ketidaknyamanannya kalian mengenai waktu publish nya cerita ini.
Huh....
Maaf..
Ya pokoknya jangan lupa vote Andi comment biar aku tambah semangat..

An-NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang